60 - Plan Selanjutnya.

1.1K 98 9
                                    

Ammar mengancingkan kemejanya, ia rapikan kerah kemejanya dan sekilas melihat pantulan dirinya dari kaca lalu berjalan mendekat ke tempat tidur yang dimana Dilsha yang sedang menyusui Salma. Ammar menaikkan kedua alis matanya melihat pemandangan ini. Ammar duduk disamping Dilsha lalu tersenyum lebar ke Dilsha. Dilsha pun mencolek pipi Ammar karena ia berekspresi seperti ini. "Jangan senyum gitu, takut.. kayak ekspresi om-om gatal, Ammar." Terkejut mendengarnya tapi lucu, sehingga Ammar tertawa mendengar ucapan Dilsha.

"Sarapan kamu udah aku siapin ya di meja makan. Bekal kamu untuk nanti siang juga udah aku siapin. Jadi, nanti tinggal di panasin aja ya di microwave kantor." Ammar mengangguk lalu mencubit pipi Dilsha yang masih chubby. "Terima kasih ya sayang." Ucap Ammar dan Dilsha menahan senyumnya. Sedikit klise, tapi sedikit debar juga rasanya ketika mendengar panggilan sayang itu. Istilahnya, geli didengar tapi nagih dirasa. Asekk, bisa aja lu tong.

"Kenapa?" Tanya Ammar tertawa sambil memasang dasinya. "Kayak ABG kita ya?" Dilsha tertawa mengangguk dan sambil memerhatikan Salma yang sedang menyusu. "Tapi beneran. Semenjak kita nikah, aku senang dan bersyukur banget akhirnya ada yang merhatiin aku. Dari segi makan, pakaian, bahkan hal kecil pun kamu perhatiin." Ucap Ammar sambil menatap Dilsha.

"The kindest thing i've ever had and i've ever felt. Bahkan dari pernikahan pertama aku dulu, aku nggak pernah diperhatiin seperti ini." Lanjut Ammar dan Dilsha memilih untuk menatap Ammar. Ammar tersenyum lalu mengelus kepala Dilsha. "Terima kasih ya." Ucapnya dengan tulus dan lembut. Dilsha hanya mengangguk lalu Ammar pun mencium pipi Dilsha.

Ammar pun berdiri untuk memerhatikan dirinya di kaca lagi, setelah pas semuanya Ammar mengambil jas dan tas kantornya. "Aku pergi dulu ya. Kamu ada mama, papa, oma. Kalau kamu butuh sesuatu bilang atau telfon aku, ok?" Dilsha mengangguk. Ammar mencium Dilsha dan Salma bergantian. "Ammar, aku nggak bisa nemenin kamu sarapan dan anter sampai pintu depan." Dilsha menjulurkan tangannya untuk menyalim Ammar. "Disini aja ya, kamu hati-hati." Ammar mengangguk lalu berpamitan dengan Dilsha.

***

Ammar merenggangkan tubuhnya dan melihat waktu sudah berlalu hingga pukul 21.00 WIB. Menutup matanya lalu menarik nafasnya untuk menenangkan diri. Sedang asik-asiknya menenangkan dirinya, Ammar mendapat telfon dari Gustaf.
Ammar mendengarkan dengan seksama penjelasan Gustaf.

"Baik kalau urusan polisi sudah selesai, kita ke plan selanjutnya. Malam ini harus kita eksekusi. Panggil orang suruhan kita, alamat akan saya kirim melalui messages." Jawab Ammar lalu Ammar mematikan sambungan telefonnya.

Ammar tersenyum memikirkan rencana pertamanya berhasil, untuk mengumpulkan beberapa korban kriminal dan kekerasan seksual yang telah diperbuat Deniz untuk bersaksi didepan polisi dan akan berlanjut ke proses hukum. "Bangkai akan tercium Deniz walau kau kubur terlalu dalam." Ucap Ammar lalu tertawa kecil.

Ammar pun menyempatkan diri untuk mengirim messages ke Gustaf, setelahnya ia pun membereskan meja lalu bergegas menuju alamat yang telah ia kirimkan ke Gustaf.

Memakan waktu satu jam untuk sampai ditempat yang dimaksud. Ammar memerhatikan dari jauh, sebuah gudang produksi sepatu yang begitu besar yang terlihat didepan matanya. Ammar duduk sambil mendengarkan lagu dari radio mobilnya dengan keadaan mesin mobil mati.

Sedang asik memandang sebuah pabrik sepatu yang begitu besar itu, sebuah sambungan telefon terdengar dan Ammar langsung menjawab tanpa melihat nama di display name. "Halo bos, all done. Kita eksekusi sekarang?" Ucap Gustaf dari sebrang sana dan Ammar pun mengangguk, "Sekarang."

"Bos yakin bos? Orang suruhan ini adalah orang kepercayaan Deniz." Ammar mengangguk kembali, "Untuk mencapai singa, kita harus mencapai sangkarnya Gustaf. Namun sebelum kita sampai ke sangkarnya, kita harus bertemu dengan penjaganya." Ammar memutuskan sambungan telefonnya lalu mengambil sebuah cokelat yang ia sempatkan untuk beli di supermarket tadi sebagai cemilan untuk menyaksikan live film action.

The Kindest ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang