29 - Jaga Diri Baik - Baik, Ya.

2.4K 208 3
                                    

Waktu terus berputar, hari terus bergulir, minggu silih berganti, dan bulan terus bertambah membuat hari H terasa sudah sangat dekat. Tinggal H-10 lagi. Selama itulah, Ammar dan Dilsha tidak pernah berjumpa satu sama lain.

Ammar disuruh Damla untuk datang ke kantor Cypruz setelah selesai kerja untuk fitting baju. Sekarang disini lah Ammar datang dengan membawa sebuah paper bag Wales yang berisikan tiga buah sepatu untuk Dilsha pakai di acara mereka nanti.

Ammar terlebih dahulu datang menuju meja Damla yang terletak tak jauh dari ruangan Dilsha. Damla langsung berdiri ketika Ammar datang menghampirinya, "Selamat sore, Pak Ammar. Fitting bajunya akan dilakukan di studio saja pak. Karena studio sedang tidak dipakai." Jelas Damla dan Ammar hanya mengangguk.

"Sebelum saya kesana, saya mau kasih ini untuk bu Dilsha tapi melalui perantara saja ya." Ucap Ammar lalu memberikan paper bag Wales tersebut ke Damla lalu Damla terima. "Baik, Pak. Nanti saya sampaikan ke bu Dilsha." Ammar kembali mengangguk dan berjalan menuju studio.

Damla seketika kagum melihat bag Wales itu. Karena pasti sepatu yang ada di dalam ini, benar - benar bagus dan limited! Seketika Damla tersenyum kesem-sem, "Ah imut banget sih mereka." Ucapnya lalu ia membawa bag Wales itu ke ruangan Dilsha.

Dilsha yang hendak keluar, sedikit terjingkat ketika Damla yang baru saja ingin menarik knop pintu juga. Damla tersenyum lalu memberikan bag Wales tersebut ke Dilsha, "Ini Bu, dari pak Ammar." Dilsha tersenyum ketika Damla tersenyum lebar ke Damla. "Terima kasih, Damla. Kalau gitu, kamu dulu yang handle Pak Anto." Tawa kecil Dilsha.

Ia buru - buru menutup pintu ruangannya dan membuka bag nya yang langsung disungguhi dengan tiga kotak sepatu. Dilsha menatapnya dengan tatapan terkejutnya, "MasyaAllah, Ammar. Banyak banget." Ucapnya sambil mengeluarkan satu per satu kotak sepatu dari bag nya.

Ia buka perlahan dan Dilsha lagi - lagi langsung yakin bahwa sepatu buatan Wales tidak pernah diragukan. "Yaampun cantik banget." Ucapnya ketika sepatu tersebut nyata sudah dipegang oleh Dilsha. Ia langsung memakainya dan melihat kakinya di cermin full body untuk melihat sepatu tersebut di kakinya. "Alhamdulillah pas banget." Dilsha tersenyum bahagia diberikan sepatu limited lagi dari Wales yang didesain dan dibuat khusus untuk Dilsha.

Dilsha membuka sepatu Walesnya lalu ia masukkan ke kotaknya dan bag nya semula dan memakai sepatu miliknya sendiri, karena ia ada janji dengan Pak Anto dan Ammar untuk fitting baju.

***

Ammar berjumpa dengan Damla ketika ia hendak mengganti bajunya, "Bu Dilsha kemana?" Damla tersenyum, "Sebentar lagi menyusul, Pak." Ammar hanya diam dan melanjutkan langkahnya ke ruang fitting.

Tak lama Ammar berjalan ke ruang fitting, Dilsha masuk dan langsung menghampiri Pak Anto. "Bagaimana, Pak prosesnya?" Pak Anto tersenyum, "Alhamdulillah, Bu. Semuanya lancar."

"Ya semoga saja, Pak Ammar atau Bu Dilsha tidak gemukan atau kurusan." Ucap Pak Anto lalu ia tertawa dan Dilsha juga tertawa. Beberapa menit berlalu, hingga Ammar keluar dari ruangan fitting yang membuat Damla, Dilsha, dam Pak Anto menatap kagum setelan baju akad. Gini aja udah gagah, duh.

Dilsha langsung menatap Ammar dari atas hingga bawah. Overall, ini bagus nggak ada yang kurang. Pak Anto pun berjalan mendekat ke Ammar dan langsung memegang lengan bajunya, "Ini nggak terlalu kepanjangankan?" Ammar menggeleng dan tersenyum tipis, "Udah pas, Pak."

"Bu Dilsha, gimana? Sudah cocok?" Dilsha mengangguk dan Ammar akan berganti baju yang kedua. Damla pun berjalan mendekat ke Dilsha, "Pak Ammar jadi gagah gitu ya, Bu?" Dilsha hanya tersenyum kecil dan menggeleng - gelengkan kepalanya.

Membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit juga untuk berganti pakaian yang kedua, pakaian adat. Tak lama Ammar pun keluar dan ternyata ia kesusahan untuk memakaikan perintilan pakaian tersebut. Pak Anto pun langsung membantunya. Namun tampaknya satu orang saja tidak cukup, sehingga Dilsha turun tangan untuk membantu.

Ketika selesai, Pak Anto dan Dilsha berjalan agak jauhan sedikit untuk melihat keseluruhannya. "Bagus sekali, Pak Anto." Pak Anto mengangguk, "Iya bagus sekali. Apalagi Pak Ammar postur tubuhnya, postur tubuh model." Dilsha mengiyakan ucapak Pak Anto. Emang begitu kebenarannya.

Ammar pun kembali ke ruang fitting. Wajahnya sudah mulai suntuk, Dilsha bisa lihat itu. Ia pun menutup bibirnya yang sudah mau tertawa. Namun ia takut Ammar malah makin bete atau marah.

Membutuhkan waktu 15 menit lagi untuk berganti setelan jas. Dilsha kali ini benar - benar terpangah melihatnya yang berbalut setelan jas berwarna cokelat tua. Pas sekali rasanya warna itu dengan warna dan postur tubuh Ammar. Namun ada yang kurang menurut Dilsha. "Tie nya ada yang warna matte?" Tanya Dilsha ke Pak Anto dan Pak Anto langsung mengambil dasi yang emang ia persiapkan dua buah jikalau yang satu tidak cocok dengan setelan jas nya.

Dilsha mengambilnya lalu mengamati style dasi yang pas. Karena menurut Dilsha, kurang pas saja rasanya kalau gaya dasinya sama seperti hari - hari Ammar pakai. Dilsha pun mengambil langkah dan langsung menyuruh Ammar membuka dasinya.

Ammar buka dan Dilsha memakaikan dasi yang satu lagi. Perlahan Dilsha memakaikan Ammar dasi dengan gaya eldredge knot. Ammar sedikit deg-degan dan memilih untuk menatap dasinya yang sedang dipakain Dilsha lalu ia alihkan pandangannya ke kanan untuk melihat yang lain saja. Rasanya ingin sekali menatap Dilsha. Namun, entah mengapa dari dalam dirinya melarang untuk melakukan hal itu.

"Terima kasih banyak, atas sepatunya. Semuanya bagus, aku suka." Ucap Dilsha sembari memasangkan dasi. Ammar hanya menatap Dilsha dan tersenyum tipis. Dalam hati, Ammar sangat bersyukur sekali. Usahanya tidak sia-sia berarti.

Setelah selesai, Dilsha berjalan menjauh sedikit dan tersenyum, "Menurut saya, lebih pas an begini, Pak. Menurut Bapak?" Pak Anto langsung mengangguk, "Begini lebih bagus. Dari mana Bu Dilsha tau buat gaya dasi eldredge ini?"

"Saya pernah belajar dari dasi punya abang saya, Pak. Karena gayanya unik dan sedikit tertantang dalam melakukannya." Tawa Dilsha.

Fitting pun selesai, dan Ammar sudah boleh mengganti bajunya semula. Karena sudah capek bolak - balik ganti pakaian, Ammar terakhir hanya mengenakan kemeja yang ia masukkan dan jasnya hanya ia pegang saja. Ada satu pertanyaan yang ingin ia tanyakan ke Dilsha, namun ia segan.

Karena rasa ingin taunya dia lebih besar dari rasa segannya, ia pun memilih untuk bertanya ke Dilsha. "Udah fitting baju?" Dilsha mengangguk, "Udah tadi siang. Karena takut nanti ga tekejar waktunya kalau sama-sama sore." Ammar mengangguk.

"Alhamdulillah nggak ada yang perlu dirombak lagi, makasih udah nyempatin datang." Ucap Dilsha dan lagi-lagi Ammar hanya mengangguk namun kali ini Ammar tersenyum dan berbicara. "Kalau begitu saya pamit dulu. Jaga diri baik-baik ya." Ucap Ammar dengan lembut dan Dilsha mengangguk.

Ammar pun berjalan pulang, sedang Dilsha sedikit tidak karuan hatinya. Seperti rasa jatuh cinta, namun ia menahan hatinya agar tidak berlebihan dalam soal hati.

Namun hati tetaplah hati. Yang tidak bisa diatur oleh otak. Ia kesem-sem ketika Ammar sedikit berbicara lebih banyak diluar dari pembicaraan mengenai pekerjaan.

***
Jangan lupa untuk vomment yaa wee!
🤎💜

The Kindest ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang