Ammar dan Pamir menyisir jalan menuju ruangan meeting di kantor perusahaan Cypruz, perusahaan yang dipimpin oleh seorang wanita galak yang diutarakan Pamir tadi. Semua orang yang menatap mereka berdua menyapu pandangan mereka hanya untuk berfokus ke mereka berdua.
Setelah sampai di ruangan yang dituju, seorang sekretaris menyambut mereka berdua, "Pak Ammar. Pak Pamir." Ammar hanya mengangguk. Sedang Pamir seorang playboy kelas hiu, membuka kacamata hitamnya dan bersiul sembari mengedipkan matanya ke sekretaris tersebut.
"Mari Pak, Ibu Dilsha sudah menunggu di dalam."
Kalimat itu membuat Ammar merasa sedikit bersalah, karena ia tidak suka ditunggu dan memilih untuk menunggu saja, jikalau ia bisa memilih.
Ammar dan Pamir pun mengikuti sekretaris tersebut masuk ke dalam sebuah ruangan meeting. Ketika mereka masuk, mereka langsung di sambut dengan seorang wanita berhijab berkelas wanita pembisnis. Ammar sedikit terkejut. Karena baru pertama kali ia melihat dan akan bekerja sama dengan seorang wanita dan muslim yang menutup auratnya.
Pamir sudah playboy mode on, dan menjulurkan tangannya untuk bersalaman. Namun juluran tangan Pamir dipatahkan oleh wanita tersebut yang memilih untuk mengatupkan kedua tangannya di dada dan memperkenalkan dirinya, "Dilsha". Pamir langsung menarik tangannya, "Ah iya, Ibu Dilsha saya lupa. Pamir." Ucapnya dengan nada yang sudah menahankan malu dan menatap Ammar. Ammar hanya mengangguk dan menahan tawanya, namun masih memberikan rasa sopannya.
Ammar lalu mengatupkan kedua tangannya juga untuk menghargai wanita tersebut, "Ammar". Wanita tersebut pun mengarahkan tangannya ke Ammar. Lalu Ammar bersalaman normal dengan yang lainnya. Setelah memperkenalkan dirinya ketika bersalaman tadi, mereka langsung saja memulai meetingnya.
Moderator rapat pun membuka meeting. Yang diawali dengan selak beluk mengapa mendirikan perusahaan masing - masing yang sedang dijalankan.
Ammar menegakkan duduknya dan memperbaiki dasinya, "Mengapa perusahaan sepatu yang kami dirikan, karena menurut kami lebih tepatnya saya pribadi, sepatu itu menunjukkan karakteristik seorang wanita dalam mengekspresikan dirinya." Jelas Ammar lalu tak sengaja melihat wanita itu, Dilsha yang sedang menatapnya berbicara. Seketika Ammar agak salah tingkah. Namun bukan Ammar namanya, jika ia tidak mampu menerapkan profesionalismenya di depan para partnernya.
"Dan yang membuat seseorang itu terlihat styles, dapat dilihat dari bagaimana ia memilih sepatu untuk ourfit yang digunakannya." Sambungnya.
"Sehingga kami berdua bertekad untuk membangun perusahaan ini dari nol hingga saat ini." Tambah Pamir.
Moderator pun mengangguk menyetujui, "Lalu bagaimana dengan Ibu Dilsha?"
Dilsha tersenyum, "Hobi saya ngegambar waktu kecil. Dan waktu kuliah, saya hobi ngedesain."
"Awal banget, saya usahanya buka jasa jahit tempah sendiri. Awalnya ke temen, lama - lama saya bertekad untuk membukanya lebih luas lagi, sehingga terciptalah perusahaan Cypruz ini, dengan saya seorang diri dan tuhan."
Ammar tersenyum mendengarkannya. Wanita ini benar - benar unik. Yang benar saja, sudah sangat jarang bagi perkumpulan Ammar wanita yang ada di hadapannya ini.
Moderator lalu melanjutkan ke agenda selanjutnya untuk membahas partnership ini, yang dilanjutin dengan membahas hukum, syarat, dan ketentuan yang ada di dunia perbisnisan ini.
***
"Ammar, aku malu. Banget." Ucap Pamir ketika meeting telah berlalu, dan mereka sedang menunggu lift untuk turun ke lobby. Ammar hanya tertawa kecil, walau sebenarnya ia sangat terkekeh. Tak lama dentingan lift pun berbunyi yang diikuti dengan terbukanya pintu lift. Ketika Ammar hendak menekan tombol close, ia urungkan karena ia melihat Dilsha juga hendak menggunakan lift. Namun, ketika Dilsha melihat tidak ada seorang wanita, ia memberhentikan langkahnya dan mempersilahkan Ammar dan Pamir untuk turun terlebih dahulu.
Ammar lalu menutup pintu liftnya. Tapi tak lama seorang karyawan, Ismi dengan tergesa - gesa berlari mengejar lift tersebut agar tidak turun dulu. Dan dengan tepat waktu ia langsung menekan tombol lift. Alhasil pintu lift terbuka kembali.
"Ayo, bu masuk." Ajak Ismi tersebut dan menunggu Dilsha untuk berjalan terlebih dahulu. Merasa tidak enak untuk menolak, Dilsha pun tersenyum dan masuk ke lift. Ismi yang baru saja melihat siapa orang yang ada di dalam lift ini, terkejut bukan main. Ini adalah dua orang ganteng yang- aduh tidak bisa dijelaskan!
"Ismi, ayo masuk." Ajak Dilsha. Ismi pun mengangguk terpana sembari menyapa, "Pak Ammar, Pak Pamir." Ia lalu menunduk. Ammar dan Pamir mengangguk dan langsung memberi ruang agar lebih berjarak.
"Ibu, saya dikelilingin orang - orang besar. Saya segan." Ucap Ismi yang membuat Ammar tersenyum, Pamir tertawa agak lepas, dan Dilsha tersenyum dan menatap Ismi.
"Kan kamu tadi yang ajak saya. Kamu juga yang nekan tombolnya. Rasain." Canda Dilsha dan Ismi pun menepuk jidatnya.
Ammar hanya tersenyum mendengarkannya dan memerhatikan Dilsha dari serong belakang. Ia memerhatikan jemari, blazer dan hijabnya. Ia terdiam sejenak. Tak lama suara dentingan lift mengembalikan Ammar dalam sadar. Ia dengan cepat mengalihkan pandangannya untuk melihat dilantai berapa sudah. Mereka berempat pun keluar. Ismi langsung berpamitan dan melarikan diri.
Sedang mereka bertiga berjalan hingga parkiran. "Ibu Dilsha tidak mau bergabung dengan kita saja?" Tawar Pamir. Dilsha langsung menggeleng, "Tidak, tidak. Saya membawa mobil pribadi." Ucapnya lalu berpamitan.
Dua lelaki ini pun terdiam ditempat. Ammar yang awalnya melihat Dilsha beralih melihat Pamir yang masih melihat Dilsha. "Sudah?" Tanya Ammar. Pamir langsung melihat Ammar, "Cantik ya. Udah cantik, mandiri, pinter lagi." Ucap Pamir.
"Galaknya dimana ya btw?" Tanya Pamir. Ammar mengangkat bahunya, "Kemakan gosip aja itu." Jawab Ammar.
Pamir membenarkan ucapan Ammar, "But she's not my type." Ammar berjalan mendekat ke kawannya dan merangkulnya, "Udah, ayo balik. Bicarainnya di mobil aja sambilan kan bisa." Ucap Ammar lalu membukakan pintu Pamir dan mendorong tubuhnya untuk duduk di kursi kemudi dan Ammar lalu berjalan dan duduk di kursi penumpang depan.
"Kok jadi aku yang bawa?"
Ammar mengangguk dengan maksud untuk menutup kasus dan segera kemudi saja menuju kantor.
***
Jangan lupa untuk vomment yaa wee!🧡💙
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kindest Thing
RomanceMenjadi seorang single daddy bukanlah pekara yang mudah. Membesarkan, mendidik, dan mengasuh anak semata wayangnya, Shaqil Tashanlar ditengah - tengah pekerjaannya sebagai CEO di suatu perusahaan sepatu yang ia rintis bersama sahabatnya dari kuliah...