59 - Langsung Pulangkan?

1.1K 102 5
                                    

Ammar tersentak dari tidurnya ketika mendengar Salma menangis sedikit melengking. Ia panik, langsung bergegas ke infant bednya. Ia perhatikan apa yang tidak dirasakan Salma. Sepertinya popok yang sudah harus diganti dan ditambah ia haus.

Dengan cepat Ammar memindahkan Salma ke tempat yang lebih luas, agar mudah untuk mengganti popoknya. Setelah selesai mengganti popoknya, Ammar merhatikan Dilsha yang sama sekali tidak terbangun. Ammar mengerti, Dilsha masih terlalu lemah sehingga membutuhkan waktu istirahat. Sehingga Ammar memilih untuk membiarkan Dilsha beristirahat saja.

Ammar lalu mengambil dot berisikan asi dari milk warmer yang dimana asinya sudah di pump Dilsha sejak tadi malam. Ammar lalu menggendong Salma sambil memberikannya dot. Ammar tersenyum lebar, karena dugaannya benar Salma haus. "Haus ya sayang ya." Ucap Ammar lalu menimang-nimang Salma. Ammar pun sambil melihat pemandangan keluar jendela dini hari ini.

Sepi, sunyi dan gelap yang dapat Ammar lihat. Ammar lalu memerhatikan Salma kembali. Ia tatap lalu ia tersenyum bersyukur diberikan seorang putri yang In Sya Allah bisa membawa kedua orang tuanya, yaitu Ammar dan Dilsha ke surga nantinya. Karena menjaga seorang anak perempuan dua kali lebih besar pahalanya dibanding menjaga seorang anak lelaki.

"Jadi anak yang sholeha ya nak, In Sya Allah." Ucap Ammar lalu mencium ubun-ubun Salma.

Quality time dini hari, sepi, sunyi, gelap , semakin terasa bond nya.

Salma pun menghabiskan susunya dan Ammar kembali menaruh Salma ke infant bednya. Ia puk-puk perlahan Salma, karena ia sedikit rewel ketika Ammar letakkan ia kembali ke dalam infant bednya. Alhamdulillah, lama-kelamaan Salma pun tenang dan kembali tertidur. Sedangkan Ammar sudah tidak bisa tidur kembali.
Ammar pun melihat jam dinding dan waktu masih menunjukkan pukul 3 dini hari, yang dimana Allah ngasih kesempatan untuk nya melakukan shalat malam, yaitu shalat tahajjud. Ammar pun meringankan langkahnya dan meniatkannya dalam hati untuk melakukan shalat tahajjud saja.

Setelah ia selesai menunaikan ibadah shalat tahajjud, Ammar pun memilih untuk berbaring saja di tempat tidur namun lama kelamaan ia tertidur juga.

***

Dilsha menyalim Ammar ketika Ammar dan Shaqil hendak pergi bersama. "Kamu hari ini pulang kerja, langsung pulang kan?" Ammar tertegun. Seorang istri batinnya bisa begitu kuat ya, kalau suaminya akan berbuat sesuatu gitu? Ammar mendekat lalu tersenyum ke Dilsha. "Kenapa?" Tanya Ammar dengan lembut.

Dilsha hanya menggeleng. "Aku khawatir. Kamu jangan lakuin hal-hal yang aneh ya." Ammar menggeleng. "Aku akan tetap balas perbuatan Deniz, Dilsha." Jawab Ammar dengan santai.
"Agar ia jera, atas perbuatan yang selama ini ia lakukan." Dilsha menatap Ammar. Sebenarnya ia tidak ingin Ammar melakukan sesuatu ke Deniz, karena khawatir luar biasa akan terjadi sesuatu ke Ammar. Namun, disatu sisi Dilsha juga tidak ingin ada korban atas perlakuan semena-mena-nya Deniz.

Ammar menggenggam tangan Dilsha, "Aku janji, aku nanti akan kabarin dimana, sedang apa, berapa lama lagi akan pulang ke rumah. Ok?" Dilsha mengangguk dan membalas genggaman tangan Ammar, namun tak sengaja menyenggol luka bakar Ammar. Ammar sedikit meringis, karena luka bakarnya masih menggembung. "Aduh, aduh. Sorry sayang nggak sengaja kesenggol." Ucap Dilsha dan Ammar tersenyum gemas lalu menarik tangannya ketika Dilsha hendak memerhatikan lukanya. "Tunggu, bilang apa tadi?" Goda Ammar.

Dilsha pun berpura-pura menatap Ammar dengan tatapan tidak-melakukan-apapun. "Aku nggak ada bilang apa-apa." Ammar tertawa lalu semakin tersenyum menggoda Dilsha. "Kamu bilang apa tadi? Aku dengar tadi. Manggil sayang kan?" Dilsha hanya tersenyum lalu mencolek pipi Ammar. "Udah, hati-hati kamu sama Shaqil." Ucap Dilsha mengubah topik pembicaraan.

"Tambah kalimatnya dengan kata, sayang."

Dilsha menggeleng dan menahan tawa gelinya. "Udah dong Ammar sayang, hati-hati ya." Ammar tersenyum gemas lalu mencium pipi Dilsha. "Yaudah, aku pergi dulu. Assalamualaikum." Dilsha membalasnya dan memerhatikan mobil Ammar dan Shaqil hingga tak terlihat oleh pandangan.

***

"Selamat pagi bos." Ammar mengangkat kepalanya dan melihat Gustaf berada di ruangannya. "Ada apa, Gustaf?"

"Saya sudah menemui para korban dan mereka bersedia untuk menyampai statementnya ke kantor polisi dan bersaksi di pengadilan nantinya, bos." Ammar menyenderkan badannya di kursi kerja lalu membuang napasnya lega. "Kerja bagus. Pantau dan kawal mereka terus. Kabarin segera, jika ada hal yang mengusik." Ucap Ammar dan Gustaf pun berpamitan.

Nihan yang memang mau masuk ke ruangan Ammar untuk mengantar agenda Ammar hari ini, terkejut bukan main ketika ia berpapasan dengan Gustaf. "Ya tuhan. Ganteng banget." Ceplos Nihan dan Gustaf hanya melihat Nihan dan melajutkan jalannya saja tanpa menggubris Nihan.

Seakan tersengat listrik dan seakan terkena sihir ketika melihat Gustaf, Nihan masih merhatikan punggung Gustaf hingga tidak terjangkau dari pandangan. Ammar yang melihat Nihan tidak bergerak sama sekali ditempatnya, memilih untuk berdeham. Namun sepertinya tidak mempan juga.

"Sampai kapan disitu Nihan? Saya bisa kasih waktu sampai besok untuk masuk ke ruangan saya." Nihan tidak lamgsung menggubris ucapan Ammar. Ia lalu masuk dengan wajah jatuh hatinya. Ammar memandang Nihan sedikit aneh. Kenapa dia ini?

"Nihan? Halo?" Tanya Ammar sambil melambaikan tangannya ke Nihan. Tapi Nihan masih lihat ke bawah saja. Ammar pun sedikit emosi melihatnya, karena ini memakan waktu sekali menunggu Nihan seperti ini. Ammar pun menggebrak mejanya dan Nihan langsung tersadar dan terkejut, sampai-sampai tablet yang ia pegang terjatuh di lantai.

"Pak Ammar, maaf pak. Sa- saya hanya mau ngasih agenda bapak hari ini." Ucapnya bergetar. Ammar memasang wajah garangnya ke Nihan. "Lain kali kalau gini, saya pecat kamu."

Nihan menundukkan kepalanya, "Maaf pak. Tidak akan saya ulangi lagi." Ammar pun membaca agenda yang telah disusun Nihan untuk hari ini. Lama Ammar membaca, lama juga Nihan berdiri. Ia tidak tau, apakah dirinya sudah bisa balik keluar atau belum. Takut, tiba-tiba Ammar melontarkan pertanyaannya ke dirinya.

"Terima kasih, silahkan kembali." Nihan mengangguk lalu berpamitan keluar. Namun, sebelum Nihan keluar ruangan Ammar, ia kembali masuk lagi. "Pak Ammar, yang tadi itu siapa ya pak?"

"Nggak perlu semuanya harus tau Nihan. Kembali lah bekerja." Ucap Ammar sambil membaca sebuah dokumen. "Maksud saya pak Ammar, kalau dia datang lagi, biar saya izinkan dia masuk dan saya buatkan janji dengan bapak kalau ia mau ketemu."

"Alasan kamu aja itu Nihan." Balas Ammar dengan nada santainya. Nihan pun merasa dibercandain, keluar dari ruangan Ammar dan kembali bekerja.

***

Ammar diminta ke kantor polisi untuk menyampaikan statementnya atas bukti-bukti yang telah ia ajukan ke polisi. Dengan yakin, ia sampaikan statementnya. Ditambah lagi, Ammar mampu mengajak para korban kriminal lainnya dan kekerasan Deniz ikut menyampaikan statementnya.

Memakan waktu yang lama sekali juga. Ini waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan Ammar bersama Gustaf masih berada di kantor polisi. Ammar juga sudah mengabari Dilsha bahwa dirinya sedang berada di kantor polisi dan akan pulang larut malam ini.

Gustaf melihat Ammar yang sedikit gelisah sedari tadi. "Bos? Oke nggak?" Ammar melihat Gustaf dan mengangguk. "Bos pulang saja, nggak apa. Statement bos juga udah masuk dan akan diproses pihak kepolisian. Biar saya antar bos pulang dan teman saya dua orang lagi kesini untuk bantu mantau mereka bos." Jelas Gustaf. Ammar mengangguk dan menerima tawaran Gustaf, sehingga Ammar berjalan menuju parkiran yang diikutin oleh Gustaf.

Sesampainya di rumah, rumah sudah gelap dan sepi sekali. Ammar berjalan langsung masuk ke kamar dan langsung mengecek Salma yang ternyata gelisah dan sesekali matanya terbuka. Ammar berjalan untuk mengecek Dilsha terlebih dahulu, ternyata Dilsha sudah tertidur pulas. Berat hati untuk membangunkan Dilsha, sehingga Ammar menggendong Salma lalu ia timang-timang. "Papa belum ada lihat Salma satu hari ini." Ammar lalu mengecup kecil pipi Salma.

"Tidur ya sayang." Ucap Ammar dengan lembut sambil mengelus kepala Salma dengan lembut sekali. Benar, lama-kelamaan Salma tertidur lalu Ammar letak di infant bednya. Setelah selesai, Ammar pun berbersih diri lalu beristirahat juga.

***

Jangan lupa untuk VOMMENT yaa wee!
🖤🧡

The Kindest ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang