Dilsha yang masih mengeringkan rambut dengan hairdryer hanya menatap kesal Ammar yang sedang berpangku tangan sambil ngeliatin Dilsha sedari tadi dengan tatapan jahil.
"Ammar, stop dong." Dilsha tertawa kesal sambil menutup matanya. Ammar yang mendengarnya juga tertawa masih dengan gaya yang sama. Karena Ammar tidak akan berhenti, Dilsha merasa bodo amat dan tetap melanjutkan aktivitasnya.
Ketika selesai, Dilsha mengambil baju di kopernya yang berada di samping tempat tidur. Ia menunduk dan Ammar mengecup pipi Dilsha yang berada di depannya. Karena kebetulan Ammar duduk di pinggir tempat tidur sambil melipat kakinya keatas dan berpangku tangan tadi. Ammar lalu tersenyum gemas dan Dilsha yang awalnya kesal jadi luluh melihat Ammar tersenyum segemas itu dan memilih untuk berganti pakaian saja, karena takut nanti kelewatan sunrise dari cappadocia di balon udaranya.
Setelah semua nya selesai mereka pun bergerak menuju cappadocia yang memakan waktu 1 jam setengah jalur udara. Bisa dibayangkan, mereka hanya beristirahat berapa jam? Tapi semua itu terbayarkan ketika mereka sampai disana. Balon udara yang sedang bersiap-siap untuk dioperasikan.
Mereka lalu menaiki balon udara. Ammar dan Dilsha tersenyum saling melirik karena keadaannya benar-benar sempit. Tak lama seseorang menaiki jangkarnya dan mereka perlahan naik ke atas.
Berkali-kali Dilsha menangkap pemandangan menggunakan mobile phonenya dan sedikit curi-curi memoto Ammar juga. "Masyaallah, indah sekali." Ucap Ammar dengan lembut dan Dilsha mengangguk menyetujui ucapan Ammar sambil memerhatikan hasil jepretannya.
Ketika sedang asik memerhatikan hasil jepretannya, ada seorang lelaki dengan gatalnya mencolek lengan atas Dilsha. Dilsha tersontak dan langsung melihat ke arah lelaki tersebut. Ammar yang tersontak juga, langsung menepis kuat tangan lelaki tersebut, "This is my wife. Benim karım." Ucap Ammar dengan dua bahasa, mana yang dimengerti lelaki itu saja. Namun Ammar tidak bisa tinggal diam, dia menarik kerah baju lelaki tersebut dan hampir meninjunya di dalam keadaan yang sempit ini. Dilsha dengan sigap langsung menahan Ammar dan mengelus dada Ammar. "Ammar udah udah." Ucap Dilsha dengan lembut.
Ammar melihat Dilsha dan seketika ia tenang dan langsung mendorong kerah lelaki tersebut. Ammar langsung berdiri dibelakang Dilsha untuk berjaga-jaga. Lalu ia mencondongkan tubuhnya ke depan sambil meletakkan kedua tangannya di pegangan balon udara. "Kamu aku kepung. Kamu diam disini." Ucapnya dan Dilsha mengangguk sambil mengelus tangan Ammar dan bersender di lengan atas Ammar.
Sesekali Ammar mencium pucuk kepala Dilsha.
Dilsha menegakkan tubuhnya kembali dan giliran Ammar yang gantian berpangku di pundak Dilsha. Ah nyaman sekali. Sampai-sampai mereka berdua tidak perduli apa yang akan dikatakan dan dilihat orang lain.
45 menit berlalu dan mereka kembali turun ke daratan. Berkesan sekali rasanya. Setelah puas, mereka pun pergi ke kedai tembikar untuk sarapan sambil menikmati baklava, teh apel, dll..
***
Berbelas jam mereka tempuh kembali untuk kembali ke rumah mereka. Pegal, linu, capek mereka rasakan saat ini dan tak memungkiri rasa refresh dari perjalanan mereka ini.
"Sukru, tolong bantuin 1 koper lagi punya Dilsha ya." Ucap Ammar dengan sopan. Sukru mengangguk. "Pak Ammar di dalam ada Pak Furkan dan keluarga. Ada den Shaqil juga." Ammar membulatkan matanya ketika mendengar nama anaknya. Ah hampir seminggu juga ia tidak berjumpa dengan anaknya itu.
Ammar mengangguk lalu tersenyum ke Sukru dan masuk bersamaan dengan Dilsha. Ketika masuk semua keluarganya menyambutnya dengan sangat hangat. Shaqil yang mendengar ayahnya pulang, langsung berlari dan memeluk Ammar erat. "Papa kok lama banget pulangnya." Ammar mengangguk lalu melepaskan pelukannya. "Papa pergi sama mama Dilsha." Ammar menarik perlahan tangan Shaqil lalu menggenggamnya, "Shaqil. Sekarang tante Dilsha jadi mamanya Shaqil. Shaqil mulai sekarang manggilnya mama Dilsha, ok?" Shaqil mengangguk lalu berjalan ke Dilsha dan mencium tangan Dilsha lalu memeluknya.
"Mama Dilsha, nanti buatin Shaqil bekal nugget kayak teman-teman Shaqil ya mama besok." Ucap Shaqil dengan lembut. Berkaca-kaca mata Dilsha mendengarkannya. Dilsha mengangguk lalu berbisik di telinga Shaqil, "Mama kasih sosis sama telur mentega juga ya besok?" Shaqil melepaskan pelukannya dan menganggguk senang.
Shaqil pun kembali ke Ammar. "Papa beneran buat adik?" Tanyanya tiba-tiba karena Shaqil teringat. Ammar membulatkan matanya shock. "Siapa yang bilang Shaqil?" Tawaan keluarga pun semakin pecah. "Om Dipta yang bilang." Ammar langsung menggelengkan kepalanya dan menatap dalang di balik ucapan anaknya ini. Benar. Dipta sudah tertawa sambil menutup matanya.
"Yuk kita makan malam dulu. Biar kalian bisa istirahat nanti." Ucap Furkan dan semuanya berjalan menuju meja makan. Di meja makan sudah tersusun rapi berbagai jenis makanan rumah yang dibuat oleh Azizah, mamanya Dilsha.
Dilsha mengambil piring beserta nasi dan lauk untuk Ammar. Lalu mengambilkan untuk Shaqil dan terakhir untuk dirinya sendiri.
***
"Dada Shaqil. Besok kita main-main lagi ya." Ucap Razi sambil memeluk Shaqil dan Shaqil membalas pelukan singkat mereka lalu mengangguk. Dilsha yang berada di samping Shaqil mengelus rambut Shaqil yang halus itu.
Keluarga Dilsha pun pamit dan menyisakan mereka bertiga. "Ayo kita masuk. Ada oleh-oleh untuk Shaqil." Ajak Dilsha dan Ammar langsung mengangkat tubuh Shaqil dan berlari ke dalam rumah.
Shaqil langsung minta turun ketika sampai di kamar Ammar dan Dilsha. Ammar langsung membuka koper dan mengambil buah tangan mereka. Ammar lalu memberikan sebuah sajadah, peci, dan baju koko untuk Shaqil. "Wah keren sekali." Ucapnya ketika melihat barang yang ia terima adalah warna kesukaannya dan langsung ia coba. "Biar semangat ibadahnya, ok?" Ucap Ammar dan Shaqil mengangguk, "Makasih mama papa, Shaqil suka."
Ammar mengangguk. "Yaudah yuk, kita ke kamar Shaqil sekalian lihat kamar barunya Shaqil." Shaqil mengangguk dan Dilsha pun ikut ke kamar Shaqil sambil membawa barang-barang yang dipakai Shaqil tadi. Sesampainya di kamar Shaqil, Shaqil tersenyum lebar. Ini jauh lebih luas daripada kamar ia sebelumnya dan ada PS5! Shaqil bukan kepalang senangnya. "Papa ini PS nya buat Shaqil?"
Ammar mengangguk, "Tapi ingat, Shaqil hanya boleh main game ketika tugas dan ujian Shaqil selesai." Ucap Ammar tegas dan Shaqil mengangguk sambil naik ke kasurnya lalu membaringkan tubuhnya. Dilsha berjalan mendekat ke Shaqil lalu mencium pucuk kepalanya, "Sudah malam, besok Shaqil harus sholat shubuh juga. Ok?" Shaqil tersenyum mengangguk lalu mulai memejamkan matanya dan Dilsha mematikan lampur kamar Shaqil dan bersama Ammar, Dilsha keluar dari kamar Shaqil.
***
Ammar mengucekkan matanya dan sudah tidak mendapati Dilsha yang berbaring bersamanya. Ammar duduk, lalu mengumpulkan nyawanya. Ia pergi mengecek ke kamar mandi, namun Dilsha tidak ada juga. Ia pun berjalan keluar dan mendengar suara berisik dari bawah. Ammar berjalan menuju sumber suara.
Ammar tersenyum melihat Dilsha yang sedang sibuk memasak. Ammar dengan setelan bangun tidur langsung berjalan mendekat mencium pipi Dilsha. Dilsha menatap Ammar lalu tersenyum malu sambil menggelengkan kepalanya. Ammar bertumpu dengan kedua tangannya diatas counter tempat Dilsha memotong ayam sambil menatap Dilsha.
"Ammar, udah. Aku malu nanti Nuran ngelihat kita." Ammar menegakkan tubuhnya lalu mencium kilat samping kepala Dilsha lalu tersenyum ke Nuran yang baru saja datang menghampiri mereka dan kemudian Ammar berjalan ke kamar kembali untuk mandi dan sholat subuh.
Nuran tersenyum melihat Dilsha dan Ammar. "Baru kali ini Pak Ammar sedikit senggang di pagi hari. Biasanya ia menyempatkan diri untuk membuatkan sarapan dan bekal untuk Shaqil." Dilsha sedikit kagum mendengarkannya. "Beneran nggak mau dibantu dulu dia Bu?" Nuran menggeleng, "Mandiri sekali sedari dulu dia orangnya."
"Dan Pak Ammar betah sekali di rumah. Apalagi sekarang ada Buk Dilsha, semakin betah mah." Dilsha tertawa kecil dan Nuran pun ikut tertawa. Mereka berdua melanjutkan masak bersama diselingin dengan bincang-berbincang.
***
Jangan lupa untuk vomment yaa wee! 🤎🧡
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kindest Thing
RomanceMenjadi seorang single daddy bukanlah pekara yang mudah. Membesarkan, mendidik, dan mengasuh anak semata wayangnya, Shaqil Tashanlar ditengah - tengah pekerjaannya sebagai CEO di suatu perusahaan sepatu yang ia rintis bersama sahabatnya dari kuliah...