48 - Udah Enakan?

1.7K 159 11
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu Dilsha pun tiba, yaitu hari dimana acara Dilsha dan Ammar memutuskan untuk datang ke Designer Awards yang dilaksanakan oleh perusahaan Atomz. Dilsha pun bersiap-siap dan melihat dirinya dari pantulan cermin full body nya.

Tak lama Ammar mengetuk pintu kamar lalu masuk karena ia sudah menunggu Dilsha bersiap-siap sedikit lama. Ammar menaikkan kedua alis matanya, terpukau melihat Dilsha dengan busana nya yang, Magnificent ini!

"Wah, MasyaAllah." Ucap Ammar lalu berjalan mendekat ke Dilsha dan melingkarkan tangannya di pinggang Dilsha. Ammar melihat pantulan mereka berdua di cermin tersebut lalu tersenyum dan menatap ke Dilsha. Ammar mencium pipi Dilsha dan melihat pantulan mereka kembali.

Dilsha lalu menatap Ammar dengan tatapan sendunya. Ammar mengerutkan alis  matanya melihat Dilsha yang tiba-tiba berubah ekspresinya. "Kenapa?" Tanya Ammar dengan lembut.

"Aku kok belum berisi ya?" Ammar tersenyum lalu menangkup kedua pipi Dilsha. "Belum rezeki. Jangan sedih gitu dong, berarti kita harus lebih sering usaha lagi." Ammar tertawa dan Dilsha tertawa kecil dan mengangguk. Ammar mengerti, pasti saat ini Dilsha kepikiran. Ammar pun menarik tangan Dilsha, menuntunnya untuk memeluk Ammar. Ammar lalu memeluknya.

"Jangan kepikiran lagi. Lagian kita kan udah medical check up sebelum nikah. Hasilnya Alhamdulillah bagus semua." Dilsha mengangguk. Dilsha jauh lebih tenang dari overthinking nya akibat perkataan Ammar barusan. Ammar mencium kepala Dilsha lalu melepaskan pelukannya. "Kita pergi ya?" Dilsha tersenyum dan mengangguk.

"Eh tunggu." Ammar mengurungkan langkahnya. Dilsha melihat luka Ammar yang masih ada di wajah Ammar, namun sudah jauh lebih sembuh lukanya. "Lukanya kita biarin gini aja ya. Alhamdulillah udah agak samar lukanya." Ammar mengangguk dan Dilsha mengambil pursenya lalu turun bersama Ammar dan pergi.

***

Ammar menawarkan lengannya ke Dilsha dan Dilsha mengalungkan tangannya di lengan Ammar, mereka berdua pun berjalan dengan anggun. Ammar yang mengenakan suit and tie berwarna cokelat tua dipadu dengan Dilsha yang memakai gaun dengan berwarna senada dengan Ammar. Perfect match banget!

Ammar dan Dilsha menjadi sorotan kamera yang mendokumentasi mereka berdua. Ammar dan Dilsha berfoto di sebuah backdrop dengan red carpet yang terbentang panjang. Ammar melihat ke Dilsha dan Dilsha hanya tersenyum ke Ammar lalu melihat kamera.

"Udah?" Tanya Ammar dan Dilsha mengangguk lalu mereka berdua memasuki hall nya yang super megah. Mereka berdua lalu di tuntun untuk duduk sesuai dengan tempat duduk yang telah disediakan. Beruntungnya mereka didudukkan dalam satu meja. Ammar memundurkan kursi untuk Dilsha lalu ia membantu Dilsha untuk memajukan kursinya. Setelahnya barulah Ammar duduk.

Dilsha hanya melihat-lihat keselilingnya. Megah sekali acara ini. Effort nya perlu diapresiasi. Tak lama Ammar memanggil Dilsha dan meminta bantuan untuk merapikan dasi kupu-kupunya. Ammar mengangkat kursinya untuk mendekatkan dirinya ke Dilsha. Dilsha dengan cekatan merapikan kembali dasi kupu-kupunya Ammar. "Udah, udah ganteng." Ammar tertawa mendengarkannya lalu Ammar mengangkat kursinya kembali ke tempatnya.

Tak lama acara pun dimulai. Secara tak sadar, ternyata hall ini sudah penuh sekali. Entah mengapa Dilsha sedikit sesak dadanya karena sudah penuh gini seakan-akan kekurangan oksigen. Namun Dilsha masih bisa mengontrol dirinya. Ammar yang melihat Dilsha sedikit gelisah, mendekatkan wajahnya karena sound yang sedikit memekakkan telinga. "Kamu kenapa? Ada yang nggak enak badannya?"

Dilsha mengangguk. "Aku sedikit sesak Ammar." Ammar langsung membukakan Dilsha air mineral botolan, karena di dalam air terdapat oksigen yang setidaknya dapat membantu Dilsha agar tidak sesak. "Minum dulu." Dilsha mengangguk lalu minum. Alhamdulillah agak lebih tenang. "Agak enakan?" Dilsha mengangguk.

Mereka berdua pun menikmati acaranya hingga akhir. Belum rezeki Dilsha untuk mendapatkan awards kali ini. Tapi itu bukan jadi masalah baginya. Mereka berdua pun berdiri dan menyempatkan diri untuk berfoto-foto dengan para rekan mereka setelahnya mereka pun bubar. Ammar memerhatikan Dilsha, "Kamu udah enakan?" Tanya Ammar.

"Aku mual dari tadi." Ammar mulai khawatir dan panik,  "Jadi sekarang kamu mau ke kamar mandi atau kita pulang atau?" Dilsha tersenyum dan mengelus pipi Ammar, "Kita pulang aja ya." Ammar tersenyum lalu mengambil tangan Dilsha dan menarik tangannya dan ia genggam untuk berjalan bersama.

Mereka berdua pun naik ke mobil dan pulang. Namun dalam perjalanan pulang, keadaan pun sedikit panik karena Dilsha mau muntah. Ammar langsung meminggirkan mobilnya dan dengan cepat ia mengambil stok plastik yang sengaja ia bawa kalau-kalau Shaqil mabok jalan. Ketika Ammar memberikan Dilsha plastiknya, Dilsha langsung mengambilnya dan memuntahkan isi perutnya di plastik tersebut. Ammar sedikit mencubit tengkuk leher Dilsha, agar mudah muntahnya.

"Kamu jangan deket, muntahnya bauk." Ammar menggeleng, "Enggak apa. Kamu muntahin aja dulu. Bauk nggak bauk, bukan jadi masalah." Dilsha pun kembali memuntahkan isi perutnya. Namun kali ini tidak ada yang dimuntahkannya, karena ia pun sedikit sekali makan malam ini. Namun begitu pun, bawaannya Dilsha tetap terus ingin muntah.

Setelah enakan, Dilsha mengikat plastiknya. Ammar dengan lembut membersihkan bibir Dilsha menggungakan tisu dan membersihkan hidung Dilsha dengan tisu yang lain. "Aku aja, nanti tangan kamu kotor." Ammar tidak menggubris ucapan Dilsha. Karena mana mungkin bisa-bisanya disaat seperti ini Ammar memikirkan hal bau, jijik atau jorok. Ammar lalu mengambilkan tumbler yang berisikan air hangat yang selalu Ammar bawa kemana pun ia pergi. Karena air hangat, membantu apabila masuk angin.

"Minum dulu yuk." Dilsha menatap Ammar lalu Ammar mengangguk dan Dilsha pun meminum dari tumbler nya Ammar. Ammar lalu memberikan minyak angin ke Dilsha. Setelah Dilsha tenang Ammar bertanya, "Kita ke rumah sakit ya?" Dilsha yang memejamkan matanya dan menggeleng. "Kita pulang aja ya?"

Ammar duduk menghadap ke Dilsha. "Kita ke rumah sakit aja. Wajah kamu pucat, Dilsha." Merasa lemas sekali, Dilsha pun setuju dan Ammar langsung menancap gas menuju rumah sakit.

***

Dokter melepaskan stetoscope nya dan duduk ke kursi kerjanya. Ia pun mencatat gejala dan keluhan Dilsha lalu menyarankan Dilsha untuk segera tes urin. Setelahnya Ammar dan Dilsha pun menunggu di ruang tunggu dengan keadaan Dilsha menumpukan kepalanya di bahu Ammar dan Ammar mengusuk-ngusuk telapak tangan Dilsha agar tetap hangat. Ammar sambil berdoa dalam hati, semoga tidak terjadi apa-apa.

40 menit pun berlalu, dan hasilnya tesnya keluar. Ammar dan Dilsha kembali masuk ke ruangan dokter, namun kali ini dipanggil ke ruangan dokter kandungan agar dibacakan hasil tesnya. "Kapan terakhir ibu Dilsha menstruasi?" Dilsha mengingat-ingat kembali. "Agak telat dok bulan ini. Hampir telat dua minggu."

Dokter tersebut tersenyum. "Selamat ya pak, ya bu. Ibu Dilsha nya sedang mengandung, makanya bu Dilsha mual. Di hasil lab juga menunjukan hasil yang sama." Ammar tersenyum sumringah, begitu juga dengan Dilsha. "Alhamdulillah." Ucap mereka berdua.

"Berarti mulai dari sekarang, Ibunya tidak boleh kecapekkan, banyak pikiran, banyak angkat-angkat yang berat atau kerja berat." Ucap Dokter tersebut. "Lebih disarankan untuk sering berolahraga ringan seperti yoga, makanan yang tinggi nutrisi dan serat serta susu. Akan saya tuliskan vitamin dan susu yang sesuai dengan ibu hamil." Jelas dokter tersebut.

Ammar menggenggam tangan Dilsha lalu perlahan ia elus. Mereka berdua menunggu dokternya lalu setelah itu Ammar dan Dilsha berjalan keluar dari ruangan dokter tersebut. Ammar tersenyum sumringah melihat Dilsha dan Dilsha hanya tersenyum kecil lalu gelendotan di lengan Ammar. Ammar merangkul bahu Dilsha lalu mencium samping kepala Dilsha. "Alhamdulillah." Dilsha mengangguk dan tersenyum.

"Kamu sebelumnya belum pernah tes?" Tanya Ammar dan Dilsha mengangguk. "Karena aku nggak ngerasain tanda-tanda apapun." Jawab Dilsha. "Dan aku juga nggak ingat kalau aku udah telat dapet." Ammar mengangguk lalu menggenggam tangan Dilsha dan pulang untuk beristirahat di rumah.

***
Jangan lupa untuk VOMMENT yaa wee!
💜❤

The Kindest ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang