43 - Terlambat.

2.2K 164 12
                                    

Furkan memeluk anak perempuan semata wayangnya ketika Dilsha datang pertama kali setelah sah menjadi istri orang lain. Furkan melepaskan pelukannya lalu menangkup kedua pipi Dilsha. "Kamu sehat? Kamu bahagia?" Dilsha mengangguk, "Alhamdulillah pa." Furkan tersenyum lalu mengangguk.

Setelah Dilsha, Ammar lalu mencium punggung tangan Furkan. Furkan hanya menatap teduh wajahnya Ammar. "Bagaimana?" Tanya Furkan yang membuat Ammar kebingungan akan pertanyaan Furkan ini. "Bagaimana apanya, Pa?" Furkan berdecak lalu merangkul Ammar dekat dan berbisik, "Nikmat?" Tawa Ammar terlepas ketika mendengarkannya. Ada-ada saja papanya Dilsha ini.

Ammar hanya mengangguk begitu juga dengan Furkan. Hal ini membuat seluruh keluarga bingung dan penasaran, terutama Dilsha.

Furkan pun langsung mengajak mereka untuk makan malam bersama. "Ah sudah, itu urusan papa sama Ammar. Sekarang kita makan. Ayok-ayok." Mereka pun langsung duduk di teras halaman belakang. Karena kali ini konsep makan malam nya berbeda dong. Biar kesannya lebih asik aja, agar tidak terlalu formal kali.

Ammar memerhatikan makanan yang banyak sekali pilihannya ini. Dimulai dari makanan yang berbau bakar-bakaran, rebus-rebusan dan goreng-gorengan pun ada disini!
Ammar melihat Dilsha, "Banyak banget. Biasanya dulu kalian gini?" Tanya Ammar ke Dilsha dan Dilsha menggeleng, "Biasanya aku masih sendiri sih kalau gini. Tapi sekarang udah ada kamu, jadi beda dong." Ammar tertawa.

"Kamu mau aku ambilin?" Tanya Dilsha dan Ammar menggeleng. "Aku aja yang ambil, biar kamu bisa ambil makanan kamu juga." Dilsha mengangguk lalu mereka pun memilih makanan yang hendak mereka makan.

Setelah selesai mengambil makanan, mereka pun ramai-ramai makan bersama. Makan malam pun dibarengin dengan bincangan, tawaan, ledekan. Ramai pokoknya. Ammar agak sedikit out of world, memikirkan betapa indahnya hal ini. Alhamdulillah. Karena hal seperti ini merupakan nikmat terbesar yang pernah dirasakan Ammar seumur hidupnya.

Setelah makan malam, Dilsha membantu bi Iyem untuk membersihkan meja, lantai dan piring yang kotor. Iya, dia sendiri. Karena para kakak iparnya ada yang sibuk menyuapi anaknya, ada yang masih makan karena menyuapi anaknya dulu, dan ada yang masih menyusui. Sehingga Dilsha duluan saja untuk membersihkannya.

"Aduh non Dilsha udah ke depan aja. Ini biar Bibi yang bersihkan, non." Dilsha tersenyum ke bi Iyem. "Tidak apa bi, biar bibi juga bisa cepat istirahatnya." Bi Iyem tersenyum sambil mengelap meja dapur.

Memang yang namanya bersama-sama pasti terasa lebih ringan, walaupun hanya berdua. Setelah selesai Dilsha pun kembali ke ruang keluarga dan sudah melihat mereka semua tegang wajahnya. Bahkan kakak iparnya yang pertama, Vinny sedang menyuapi anaknya pun ikut tegang wajahnya, apalagi anak yang disuapinya. Bisa-bisanya Dilsha terkekeh lihatnya.

Ia mencari spot tempat duduk yang nyaman. Ammar hanya melihat Dilsha sejenak, berharap Dilsha akan duduk disebelahnha. Karena udah dengan sengaja Ammar memberikan space untuknya. Yang namanya soulmate, pasti bisa menyatukan untuk bersama. Dilsha langsung berjalan dan duduk selonjoran disamping Ammar. "Kita nonton apa?"

"Nonton horor. Kamu nggak lihat para krucils udah ketakutan di pojok sana?" Dilsha melihat Razi, Shaqil, Sadrina, Amel sudah duduk dempetan sambil menutup mata mereka. Ya kalian pasti taulah gimana anak-anak kalau udah nonton film horor. Ketakutan tapi penasaran tapi seru karena ramai-ramai.

Film pun semakin seru. Namun mereka menunggu kapan ada adegan jumpscarenya. Sehingga Dipta datang jahilnya berteriak untuk mengejutin mereka dan berhasil. Namun tak lama Dipta berteriak, back sound serta jumpscarenya benar-benar pas dan semakin membuat penonton terkejut. Bahkan Dipta yang mengejutkan tadi juga ikut terkejut. Daffa, Dimas dan bahkan Ammar hampir menyerang Dipta karna ulahnya.

The Kindest ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang