41 - Yoga.

2.1K 168 12
                                    

Ammar terbangun dari tidurnya dan tidak mendapati Dilsha tidur di sebelahnya. Ammar berpikir sejenak. Seingatnya tadi, ia dan Dilsha tidur bersama. Namun kemana sekarang ia perginya?

Ammar pun mencari gelasnya Dilsha. Dan ada di nakas dan masih penuh. Berarti tidak mungkin ia mengambil minum. Ammar berbangkit dan mencari di kamar Shaqil, tidak ada. Dan pilihan terakhir adalah di ruangan kerjanya Dilsha. Ammar pun berjalan kesana.

Benar ternyata. Ammar pun berjalan dengan perlahan mendekati Dilsha yang sudah tertidur dengan pensil yang masih ia pegang walaupun dengan lemas. Ammar tidak langsung membangunkan Dilsha. Ia perhatikan dulu dengan lekat wajah dan rambutnya Dilsha. MasyaAllah sekali cantiknya ini orang. Ammar berjongkok untuk melihat sisi samping wajah Dilsha. Ammar rapikan rambut yang menutupi wajahnya itu. "Udah ngantuk tapi maksa. Jadi gini, ketiduran."

Seketika Ammar tersenyum. Merasa sudah puas, Ammar berdiri, mencium kepala Dilsha lalu ia menaruh pensil yang ia pegang dan kemudian perlahan ia memundurkan kursi kerjanya Dilsha agar ia mudah untuk menggendong tubuhnya. Ketika sudah pas, Ammar lalu menggendong Dilsha ala bridal style.

Dilsha membuka matanya karna ia merasa seperti terguncang lalu ia tutup kembali karna ia sendiri sudah malas untuk berjalan ke kamar lagi. Ammar tersenyum lebar melihat tingkahnya Dilsha dan segera ia berjalan agar Ammar dapat meletakkan Dilsha dan Dilsha pun dapat berbaring.

Ketika sampai, Ammar perlahan membaringkan tubuh Dilsha, merapikan rambut Dilsha dan menarik selimut untuk menghangatkan tubuh Dilsha. Ammar lalu ikut berbaring juga di samping Dilsha sambil memerhatikan Dilsha hingga ia terlelap.

***

Rutinitas pagi Dilsha saat ini tidak jauh berbeda dengan rutinitasnya yang dulu, yaitu yoga. Yang berbeda sepertinya jadwalnya saja. Karena dulu ia biasa melakukan yoga sebelum ia pergi kerja, namun sekarang kapan ia sempat saja karena terlalu banyak yang harus ia urus.

Ia melakukannya di dalam kamar saja agar lebih leluasa. Karna kalau di ruangan gym, rasanya tidak tenang. Ditambah lagi dikamar ini dilengkapi dengan vibes yang tenang dan pemandangan lapangan hijau dari balik jendela kamar Dilsha dan Ammar.

Dilsha menumpukan kedua tangannya, menarik napasnya dan menahan otot perutnya lalu perlahan ia angkat kedua kakinya ke atas. Ia tahan sepersekian detik dengan mengatur laju pernapasannya. Disaat seperti ini, tiba-tiba Ammar masuk dengan baju yang sudah basah sekali akibat keringat olahraganya.

Ammar langsung bersiul dan mengunci pintu kamarnya ketika ia melihat Dilsha beryoga. Ammar mendekati Dilsha lalu berjongkok dan melihat interval timer dari tabletnya Dilsha, "5, 4, 3, 2, 1." Hitung mundur Ammar. Ammar langsung bangkit dan sedikit menjauh ketika Dilsha menurunkan ke dua kaki nya. Ammar hanya tersenyum ke Dilsha. Dilsha yang sedang membenarkan ikatan rambutnya hanya menatap Ammar. "Kenapa?"

Ammar menggeleng lalu mendekat ke Dilsha dan berbisik, "Kamu hanya boleh yoga di kamar ini aja." Dilsha lalu menatap Ammar sambil menahan senyumnya dan Ammar langsung mengecup pelipis Dilsha. "Udah sana mandi." Ucap Dilsha dan Ammar langsung berlari ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Dilsha pun masih tersenyum-senyum lalu melanjutkan yoganya.

***

Dikarenakan hari ini adalah hari weekend, sarapan sedikit lebih lama dari biasanya. Ammar mencari kemana Dilsha perginya. Tak lama terdengar suara bercakapnya di dapur bersama Shaqil. Ammar tersenyum miring lalu mendatangin mereka berdua. "Lagi ngapain nih, ribut banget."

"Shaqil lagi liatin mama Dilsha masak papa." Ammar mengangguk-angguk sambil mengintip apa yang dilakukan Dilsha dari samping belakang tubuhnya Dilsha. Dilsha tersenyum-senyum, karena tangannya Ammar yang mengelus lengan atasnya Dilsha.

Dilsha takut Shaqil melihatnya, karena Ammar tidak kunjung berhenti juga. Sehingga Dilsha mencubit dada Ammar tanpa melihat kebelakang. "Nanti Shaqil lihat, Ammar." Desisnya dan Ammar tertawa. "Aduh jantung aku dicubit." Refleks Dilsha tertawa namun masih tetap melanjutkan masaknya. Ammar pun tertawa lalu mengajak Shaqil mandi dulu lalu sarapan bersama setelahnya.

"Iya Shaqil mandi dulu. Biar nanti selesai Shaqil mandi, bisa langsung makan scramble eggs nya." Shaqil mengangguk lalu pergi bersama Ammar ke kamarnya Shaqil.

Dilsha pun melanjutkan masaknya dengan cepat agar mereka bisa memakan sarapannya. Jujur, saat ini Dilsha benar-benar lapar.

15 menit kemudian, sarapan pun selesai dimasak lalu dengan segera Dilsha sajikan di meja makan. Dan di waktu yang pas, Ammar dan Shaqil kembali disaat Dilsha menyajikan sarapan. Ammar sedikit kaget melihatnya, karena baru pertama kali ia sarapan dengan menu sebanyak ini. Seperti makan siang, namun lebih light.

Shaqil langsung duduk dengan rambutnya yang setengah basah akibat cuci rambut dan mengambil scramble eggsnya. Dilsha membantu Ammar dan Shaqil untuk mengambilkan makanannya lalu setelahnya ia mengambilkan untuk dirinya.

"Banyak banget masaknya?" Dilsha yang sedang memakan baked oatmealnya mengangguk, "Untuk orang rumah lainnya, kan mereka belum sarapan."

Ammar mengangguk dan mereka pun menikmati sarapan dengan diam dan tenang.

***

Dilsha berjalan sambil membaca list apa-apa saja yang akan mereka beli. Karena kalau tidak dilist gini, bisa-bisa kalap semuanya yang enggak penting dibeli dan berakhir yang penting-penting malah lupa jadi enggak kebeli.

"Mau beli apa dulu?" Tanya Ammar sambil melihat Dilsha yang masih fokus ke listnya. "Ke bagian sabun dan shampoo aja, yuk." Ammar mengangguk lalu mendorong troli dorong mereka.

Ammar sedari tadi berjalan sambil melihat Dilsha. Cantik banget, MasyaAllah Tabarakallah. Ammar pun tersenyum lalu kembali fokus ke jalanan. Sampai di section body care, Dilsha langsung mengambil sabun dan shampoo apa saja yang mereka butuhin lalu meletakkannya di troli mereka. Karena merasa dilihatin terus, Dilsha menatap Ammar lalu mencubit halus dagu Ammar.

Demi Tuhan, apa emang begini ya rasanya jatuh cinta itu? Sedari tadi Ammar rasakan iyalah, seperti kupu-kupu yang sedang menggelitik perutnya. Bahagia mulu, kesemsem mulu. Alhamdulillah, untung udah halal.

Dilsha kembali bersama Shaqil lalu mulai berjalan ke section yang lain. Hingga mereka ke section terakhir, yaitu skin care untuk Dilsha. Ammar dan Shaqil pun berjalan mengikuti kemana Dilsha berjalan. Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memutuskan apa yang hendak dibeli. "Udah semua, yuk kita bayar."

"Kamu nggak beli make-up?" Tanya Ammar dan Dilsha menggeleng. "Aku nggak terlalu bermake-up kali kalau bukan untuk acara formal. Aku lebih ke skin care aja, perawatan. Lagian make up aku juga masih ada, sayang mubazir kalau nggak kepakai." Ammar mengangguk-anggukkan kepalanya.

Mereka pun pergi ke kasir untuk membayar belanjaan mereka. Dilsha pun melihat Ammar hendak berbicara, "Ini kita bayarnya gimana?" Ammar tertawa lalu menatap Dilsha, "Aku aja yang bayar ya. Karena ini udah kewajiban aku."

"Tapi ini barang pribadi aku lumayan mahal." Ammar mengedipkan matanya ke Dilsha lalu memerhatikan mbak kasirnya memasukkan barang belanjaan ke tas belanja. Setelah selesai, mereka pun menyinggah ke toko sepatu untuk membeli sandal Shaqil yang hilang semalam lalu pergi makan dan setelahnya mereka pulang ke rumah untuk segera menunaikan shalat Ashar.

***

Maafkan belakangan ini nggak bisa up guys:( karna lagi hectic-hecticnya. Jadi baru sekarang nih sempat up lagi, soo

Jangan lupa untuk vomment yaa wee!🤎💚

The Kindest ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang