56. Tanggal Ujian dan Rapat

244 50 22
                                    

"Putri tidur! Bangun!"teriak suara yang sangat ku kenal setiap pagi. Itu suara Mas Taiga tengah tersenyum melihat ku sudah siap-siap pergi ke sekolah. Wajah pemuda berkulit putih tersebut berseri-seri melihatku membuat dahi berkerut samar menatap ku.

"Kenapa ada yang salah?"tanyaku. Mas Taiga menggeleng,"tidak, kau hari ini nampak berbeda."

"Berbeda?"ulang ku menatap pantulan cermin besar di lemari, tidak ada yang berbeda sama sekali. Aku memakai seragam sekolah dan rambutku di kuncir kuda dengan poni sedikit menutup sebelah mata kiri.

Mas Taiga menghela nafas,"kau hari ini berbeda. Berbeda tidak bangun kesiangan maksudnya."katanya membuat mata ku terbelalak melihat pemuda di hadapanku ini minta ku jewer. Mas Taiga tertawa terbahak-bahak lalu pergi keluar kamar. Aku mengerucutkan bibir kesal segera mengambil tas dan handphone lalu keluar dari kamar.

     Cuaca hari ini sedikit mendung aku dan Mas Daniel berjalan memasuki sekolah aneh. Entah mengapa aura di sini semakin menguat maksudku energi negatif. Badanku berkali-kali merinding, apakah mereka tengah mengawasi kami berdua?. Aku menoleh ke Mas Daniel yang bodoh amat dengan keadaan sekitar,"Mas!"

"Hmm, ada apa?"tanyanya menoleh ke arahku.

"Kau sama sekali tidak merasakan merinding begitu?auranya sangat kuat daripada kemarin-kemarin?"ucapku dibalas gelengan kepala sebagai jawaban.

"Di bawa santai saja. Mungkin perasaanmu saja, Ma."ucap Mas Daniel memegang tanganku menuju ke kelas. Ini seperti pasangan kekasih, seriusan.

Lalu kami berdua berpapasan dengan Pak Samuel,"eh Juna dan Atma!"sapa Pak Samuel kami balas senyuman juga. Selama perjalanan Pak Samuel bertanya masalah kemarin tentang brosur tentu saja, aku menjawab berjalan sesuai ekspetasi.

Ya, walau tidak sesukses kelompok Niall yang penting sudah mengedarkan brosur promosi tersebut. Kami berdua masuk ke dalam kelas lalu Pak Samuel. Semua murid segera kembali ke tempat duduk masing-masing. Dimas angkat tangan membuat Pak Samuel tertuju ke pemuda berambut sedikit gondrong.

Rambutnya Dimas cepat sekali panjang, tidak hanya rambutnya Dimas saja. Rambut anak laki-laki satu kelas sudah mulai sedikit panjang. Secara tidak sadar, aku memerhatikan panjang rambut seseorang. Aku tersenyum ke Judy sebelum duduk di balas senyum pemuda berkacamata tersebut.

"Pak, tumben datangnya awal-awal banget?"tanya Dimas sembari menurunkan tangan kanan.

Guru tampan tersebut tersenyum membuat lesung pipinya terlihat,"saya ingin masuk pagi-pagi buat melihat anak didik ku lebih awal."

Pak Samuel menoleh ke belakang melihat papan tulis putih melompong. Beliau mengambil spidol menuliskan sesuatu di sana. Spidol tersebut menuliskan tanggal ujian besok membuat mata kami terbelalak lebar melihat berita horor lebih menggemparkan.

"APA TANGGAL 2 DESEMBER!"

pekik kami satu kelas membuat Pak Samuel segera menutup kedua telinga mendengar lengkingan suara satu kelas 1-E. Haru melepaskan kacamatanya, mengucek mata kanan lalu memakai kacamata kembali menatap ke depan.

"Aku kira, aku salah lihat."kata Haru.

April menatapku tidak percaya begitu pun dengan ku. Yuli dan Zulfa  menoleh ke belakang tatapan tidak percaya juga. "Cepat amat, aku kira benar-benar tanggal 7 Desember."ucap Yuli. Ku balas anggukan pelan.

"Aku juga begitu."

Jawabku singkat. Pak Samuel menjelaskan tentang kemajuan jadwal ulangan di sebabkan kertas penutupan sekolah ini. Kepsek sudah tidak memiliki pilihan lain jadi beliau memilih memajukan tanggal ulangan semester ganjil buat memikirkan nasib sekolah ini. Pikiranku berputar cepat, maka dari itu aura negatif disini jauh menyeramkan dari sebelumnya.

Sekolah Aneh [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang