74. Sampai Tujuan dan Membangun Tenda

217 50 0
                                    

  Kendaraan berlalu lalang membela jalan raya. Aku yang duduk di dekat jendela tengah asik memandang luar jendela melihat sawah-sawah dan warung-warung pinggir jalan. Begitu banyak kendaraan melintas mulai kecil dan sampai yang besar. Mobil berhenti menunggu lampu hijau menyala. Kami bersembilan duduk santai di mobil tanpa ada pembicaraan sama sekali. Aku melihat mereka sibuk dengan handphone masing-masing.

"Niall! Kamu punya lagu-lagu nggak?"tanya Mas Daniel sembari memakan snack nya.

Niall membuka laci mobil di depannya dan ada satu kaset berbentuk persegi panjang. Pemuda itu memasukkan kaset teresebut di pemutaran musik. Terdengar alunan lagu mengusir rasa keheningan di dalam mobil. Musik klasik romantis terdengar begitu jelas. Aku melihat Haru tersenyum melirik ke arah Niall.

"Lagunya mami mu ya,Niall?"tanya Haru.

"Iya. Waktu ultah pernikahan orang tuaku. Mami ingin mendengarkan musik romantis klasik."jawab Niall menyunggingkan senyuman.

"Aku jadi tidak sabar. Nanti waktu di perkemahan."kata Yuli sesekali mengecek layar ponsel. Jesse angkat bicara,"tidak sabar kenapa? Waktu di perkemahan? Apa Dimas mengatakan sesuatu?"tanya pemuda berambut merah itu.

Aku menoleh melihat ketiga pemuda yang sama sekali tidak resek. Biasanya ada-ada saja yang di bahas, apa mungkin tidak ada satu genk perusuh jadi adem ayem gitu. Yuli tersenyum dan berkata,"kan waktu diskusi kemarin Dimas mau menyanyikan lagu romantis."

"Jangan katakan itu! Please!"kata Niall membuat Yuli terkekeh geli. Aku sempat iri dengan Yuli yang bisa membaca pikiran dan hati seseorang. April menatap ke depan, tersenyum.

"Jomblo diam aja."kata April membuat Jesse melebarkan mata menatap April tidak percaya.

"Loh bu ketua udah jadian sama pak ketua?"tanya Jesse membuat Haru menginjak rem mendadak.

Cit!!

Mobil seketika berhenti dan menimbulkan suara decitan. Kami semua hampir terhuyung ke depan dan nyaris kejedot kursi depan untung saja sabuk pengaman selalu di pakai.

"Masya allah! Haru! Kalau nyetir hati-hati dong!"protes Zulfa mengelus dahi yang kejedot kursi,"sakit nih."

"Apa ini gara-gara Jesse bilang kalau Haku udah jadian sama April?"kata Mas Daniel melihat Jesse membelalakkan mata menatap Mas Daniel.

"Aku hanya bertanya bukan membuat satu warga Indonesia. Kaget!"elak Jesse. Aku menahan tawa mendengar ucapan berlebihan Jesse. Haru bilang kalau di depan lampu sudah menyala merah itu tandanya berhenti. Para gadis memprotes ke Haru untuk melajukan kendaraan tidak terlalu ngebut apalagi ugal-ugalan.

Pemuda berkacamata tersebut hanya terkekeh meminta maaf. Lalu terdengar suara dering handphone segera kami semua mengecek handphone masing-masing dan ternyata itu suara dering handphone milik Niall. Aku pikir tadi handphone ku berbunyi ada panggilan dari mama atau mas laknat di rumah.

"Aku kira tadi bidadari ku, nelpon."kata Jesse terkekeh.

"Bidadari turun dari genteng ya?"kata Yugo terkekeh kecil melirik ke Jesse.

"Ngapain bidadari turun dari genteng. Memangnya tuh bidadari benerin antena televisi?"jawab Jesse menatap Yugo sedikit kesal. Para gadis tertawa mendengar jawaban konyol Jesse dan bagiku ada benarnya juga. Ngapain bidadari turun dari genteng kalau tidak benerin antena televisi atau benerin atap bocor.

"Kalau nolongin anak kucing yang naik di atas genteng. Beda lagi ceritanya. Bener kan, Jess?"kata Yuli.

"Selesai bidadari turun dari genteng sekarang anak kucing yang ada di genteng."kata Jesse menghela nafas kasar. April berkomentar kalau ia tidak pernah melihat sikap Jesse yang benar-benar serius menjawab guyonan dari teman lainnya.

Sekolah Aneh [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang