31. Naskah nya Udah Jadi

291 59 1
                                    

"Main apa seh? Setiap hari ngegame mulu!"celetuk Zulfa melihat Jesse dan Niall yang lagi main game online tembak-tembak an,"serunya apa sih main gituan?"tanyanya lagi.

"Serunya kita bisa terhibur, benarkan Jes!"sahut Niall melirik ke Jesse yang terlalu serius.

Pemuda berambut merah itu mengangguk mengiyakan perkataan Niall barusan,"kalau bisa! Jago nembak cewek kan kita suka main tembak-tembakkan!"canda Jesse membuat Zulfa mengerucutkan bibir mendengar humor Jesse yang absurd.

"Candaan apaan itu! Nggak lucu sumpah!"komentar Dimas meledek.

"Diam lu! Aku berusaha menghibur, benarkan Zulfa?"kata Jesse melirik ke gadis gemuk di sebelahnya.

"Nggak! Buruan bayar kas!"kata Zulfa menarik kas seperti malak.

Niall membayar kas dengan uang gede senilai sepuluh ribu,"sama Jesse. Aku tahu kalau Jesse nggak punya duit." menyodorkan uang ke bendahara kelas.

"Loh memangnya Jesse tidak punya uang sama sekali?"tanya Zulfa ke pemuda berambut merah menyala bak api. Jesse hanya diam lalu tersenyum,"punya,tapi dalam proses pembuatan,"Zulfa memicingkan sebelah matanya, tidak mengerti.

   Yugo melepaskan headphone dan mengalungkannya ke leher, menoleh,"maksud Jesse itu, uangnya masih tahap pencetak kan bank. Begitu kan, Jes?"sahut Yugo. Dimas yang ada di sampingnya menyambung,"sejak kapan Jesse bekerja di pencetak kan uang?"

"Dimas, lak nggak nyambung!"komentar Fian Xian Lu.

"Bukannya kau yang sering nggak nyambung ya, Fian Xian Lu?"kata Dimas ngajak berantem.

April yang duduk di bangku, memegang kepala merasa pusing mendengar komentar anak laki-laki yang sering nggak nyambung. Memberikan lelucon juga aneh, nggak masuk akal. Gadis berambut keriting gantung yang kini di kuncir kuda, bangkit berdiri,"kalian bisa tidak, membahas topik yang masuk di akal?"katanya menatap Dimas dan Fian Xian Lu bergantian.

  Rudy terkekeh di belakang,"semuanya pada gabut. Sungguh, hari ini tidak ada kegiatan sama sekali seperti game begitu?"menoleh ke Haru yang sibuk dengan ponsel dan tongsis. Pemuda berkacamata gendut itu menoleh,"kan katanya, Atma. Besok, baru naskahnya jadi. Dia aja belum datang."

Zulfa yang sudah menarik kas murid 1-E kembali duduk sembari menghitung uang di dalam buku kas. Mata cokelat gelap melirik ke arah jam dinding. Sebentar lagi akan jam tujuh,"tumben sekali dia datang terlambat."

"Mungkin dia masih tidur kali!"sahut Judy sesekali menguap. Dimas menatap Judy datar. "Bukanya kau yang pengen tidur, Jud?"

  Haku menutup buku note hasil wawancara kemarin. Ia menoleh ke Alvin, pemuda indigo. "Al, menurutmu kalau naskahnya menunjukkan kekuatan apa tidak membuat semua orang takut? Dengan sekolah ini?"

"Aku rasa tidak. Kita masuk kan di genre fantasi. Kontennya drama fantasi. Ya, aku juga tidak tahu, Atma nulis apa di kertasnya?"jawab Alvin sedikit bingung harus berkata apa.

Beberapa menit kemudian datanglah tiga orang,masuk ke dalam kelas salah satunya adalah aku. Kami bertiga mengucapkan salam dan di balas seluruh kelas semangat. April bertanya tentang naskah yang ku buat. Tanganku menggaruk hidung yang tidak gatal sama sekali.

Sebenarnya bingung, memulai darimana jelasin isi naskahnya lebih tepatnya menjelaskan beberapa adegan cerita. Tadi pagi setelah bangun, laptopku terbuka padahal sudah ku matikan.

Ketika ku check seluruh naskah dramanya sudah selesai dan hampir 95 persen seperti bayanganku. April menjentikkan jari tepat di wajahku membuatku tersadar dari lamunan. Gadis itu mulai menyelidik,"ada masalah dengan naskahnya?"

Sekolah Aneh [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang