Pembelajaran hari ini sudah selesai, selama pembelajaran tadi aku sesekali melirik teman bangku ku,ia terlihat tidak seperti biasanya. Raut wajahnya berubah-ubah seperti memikirkan sesuatu dan menebak-nebak.
"Apa yang kau pikirkan?"tanyaku membuat si empu menoleh dengan rasa sedikit terkejut sebab sedari tadi hanya diam,berpikir.
Menggeleng sebagai jawaban dan mencoba tersenyum palsu,"tidak ada apa-apa kok,tenang saja,"katanya enteng tetapi aku tetap masih tidak percaya. Aku mengalihkan pandang ke dinding seraya menyindir, April,"kalau perempuan jawab tidak apa-apa terus senyum. Itu tandanya, lagi kenapa-kenapa."kataku menoleh ke April membuang muka seraya mengetuk-ngetuk pelan pena di atas meja.
"Jadi aku benar,kan. Kalau kau kenapa-kenapa?jangan sembunyikan itu dariku."kataku menatap kertas kosong di atas meja.
Indra pendengaran ku mendengar helaan nafas berat dan panjang. Ekor mata melirik ke kiri,gadis itu lagi-lagi menghela nafas berkali-kali berusaha memantapkan hatinya untuk membuka suara. Tanpa sadar seulas senyum terukir tipis di sudut bibirku. Tangannya membuka tengah buku tulis lalu menggambar sesuatu di sana.
Dahi ku berkerut samar melihat tangan menari kertas begitu cepat, gambar corat-coret,setelah menggambar ia menyodorkan bukunya padaku. Menyipitkan sebelah mata melihat gambar sayap hitam, elang. Gambar yang di asir oleh April, perasaanku seperti pernah melihat tapi dimana? Aku mencoba untuk melihat secara seksama gambar sayap tersebut.
"Ini gambar sayap elang hitam?"tanyaku melirik ke April sejenak lalu menatap kembali gambar itu.
April mengangguk mengiyakan, jarinya menunjuk gambar sayap itu,"nanti aku pulang sekolah akan pergi sama Haku dan Jesse. Mengumpulkan informasi tentang sayap hitam itu."
Aku diam sejenak dirasa aku juga penasaran ingin ikut. Arah pandang ku menatap jam dinding di atas papan tulis menunjukkan angka 11 siang sebentar lagi jam makan siang dan salat dhuhur akan datang.
"Sebentar lagi kita akan pulang. Hari ini pulang lebih awal!"celetuk Yuli padaku. Seulas senyum terukir jelas di sudut bibirku,"makasih, Yuli!"
"Sama-sama."
'Duh punya teman peka seperti Yuli ternyata bahaya juga karena bisa membaca pikiran dan hati seseorang'--batinku.
Beberapa menit kemudian bel pulang telah berbunyi. Semua peralatan sudah aku masukkan ke dalam tas. Waktu Mas Daniel bangkit berdiri,aku berkata,"Mas Daniel. Pulang duluan. Aku ingin ikut April!"
April menoleh ke arahku, melotot tidak percaya. Mas Daniel menyipitkan sebelah mata dan menatap April sejenak lalu ke aku.
"Mau kemana?"tanya Mas Daniel.
"Hmm,"gumam ku mencari kalimat yang cocok buat alasan yang tepat agar aku di perbolehkan keluar hanya sekali saja,"aku ingin menghabiskan waktu bersama April dan janji deh aku akan pulang cepat. Bolehkan Mas Daniel?"ucapku tersenyum dan meminta izin.
Mas Daniel terus menatapku, anggukan kepalaku tanda ingin pergi bersama April. Pemuda itu menghela nafas berat,"baiklah. Hati-hati di jalan!"ucapnya ku balas sorakan bahagia.
Cuaca hari ini sangat cerah, tidak ada tanda-tanda mendung akan datang. Kedua pemuda yang aku dan April tunggu akhirnya datang membawa sepeda motor. Haku melemparkan helm ke April dengan sigap gadis itu menangkap dan memakai helm tersebut. Jesse menyodorkan helm padaku dan segera ku kenakan.
Aku bareng Jesse sedangkan April bareng dengan Haku. Kami berempat bakal melakukan wawancara terhadap orang tua yang anaknya terlibat insiden dua tahun silam dan lambang yang di gambar April tadi adalah bagian utama wawancara. Jantungku tiba-tiba berdebar tidak karuan.
Sepeda motor melaju sangat cepat menerobos jalanan yang kebetulan sepi. Aku yang awalnya berpegangan belakang sepeda motor sekarang memegang bahu Jesse tidak lupa 'pukulan' untuk pemuda sinting.
"Kau bisa berkendara atau tidak sih! Jes! Jangan kebut-kebut. Kalau aku jatuh gimana ogeb! Gue masih pengen hidup!"protes ku saat lampu merah. Haku berada di depan kami berdua.
Jesse menoleh ke belakang, sedikit seraya membalas protes dariku,"salah sendiri awakmu nggak pegangan. Udah tahu, cepat malah pegangan di belakang. Aku ini cepat karena ngejar Haku, dia itu nggak bisa kecepatan normal!"
"Bohong! Awakmu pengen modus ya? Biar dapat pelukan dari ku, ngaku!"tuduh ku.
"Sembarangan! Aku nggak modus. Kalau awakmu nggak gelem pegangan ya udah. Biar jatuh, aku nggak masalah!"kata Jesse enteng menatap ke depan sebentar lagi lampu merah akan berganti hijau.
Asap dari kendaraan membuat sedikit risih dan harus menahan batuk dari asap kenalpot kendaraan. Jesse sudah memainkan gas motor,"buruan pegangan lagipula ada tas ku!"kata Jesse.
Aku melihat tas milik Jesse seperti mengasih jarak agar tidak dekat sama orangnya langsung. Mau nggak mau akhirnya aku pegangan tas Jesse kalau tidak mempan, ya harus meluk orangnya. Secara aku merasa ngeri.
Lampu hijau menyala dan semua kendaraan mulai melajukan kendaraan mereka. Sepeda melaju kencang menerobos jalanan raya. Berapa menit kemudian kami berempat sudah sampai ke rumah pertama. Aku merapikan rambut yang sedikit berantakan kena helm, rambut yang sukanya berantakan susah di atur ini.
Rumah yang terlihat sederhana, tidak megah dan tidak kecil. Rumah ini terkesan sepi sudah jelas saat kami masuk melewati taman depan dan melihat taman seperti sudah lama tidak di bersihkan. Dahi April berkerut,"apa benar ini rumahnya, Haku?"kata April melihat sekeliling yang kotor.
Haku mengetuk pintu,"permisi, apa ada orang?"katanya mengetuk sebanyak tiga kali sembari melihat sekitar. Lalu terdengar suara pintu terbuka membuat kami tertuju ke pintu melihat wanita paruh baya yang terlihat tidak enak badan.
"Ada apa ini?"tanyanya lemah.
April tersenyum pahit, tidak enak telah menganggu orang sakit,"maaf bu, telah mengganggu anda? Kami ingin wawancara sedikit saja."katanya.
Pada akhirnya kami bisa melakukan wawancara pada ibu itu banyak hal setelah itu kami melanjutkan perjalan ke rumah-rumah. Dari informasi yang kami dapatkan sampai sore akan tiba. Kebanyakan dari mereka tidak pernah melihat lambang elang hitam, di sekolah kami bahkan di rumah saat anak-anak mereka hilang mendadak atau mati.
April menatap buku milik Haku seksama. Isi dalam buku tersebut adalah informasi penting misi magangnya. Kalau di lihat sekali lagi, misi magang Haku yang sudah bahaya.
"Organisasi hitam. Masih dalam pencarian polisi Haku?"tanya ku ke Haku yang berdiri di pinggir kursi taman.
Haku menghela nafas berat, "ya. Mereka seolah tidak pernah muncul. Sekali muncul udah viral duluan terus hilang bagai di telan bumi,"ucapnya melihat hasil laporan buku di April.
"Apa ini kelakuan 'Black Hawk'? Mereka bisa saja menyamar sebagai orang lain."kata April.
"Kalau tidak salah. Aku pernah datang ke markas mereka dulu,"celetuk Jesse. Aku, April dan Haku menoleh ke pemuda berambut merah menyala.
"Serius?"tanya April ke Jesse.
Ia mengangguk pelan mengiyakan,"iya. Tetapi seperti nya kalau kita ke sana bakal bahaya juga. Walau bangunan itu sudah di tinggal lama. Kemungkinan ada jebakan di sana atau orang yang masih menjaga tempat itu!"jelas Jesse detail.
'Tumben pintar!"sindirku terang-terangan.
Jesse mendelik ke arahku. korban yang harusnya terluka atau terkapar. Malah jadi begini,menghilang secara misterius dan ada satu yang berhasil di temukan. Namun, sudah tidak bernyawa dan tubuhnya sama sekali tidak ada luka atau pengaruh obat-obatan.
Haku memilih mengakhiri perjalanan yang melelahkan. Hari yang akan datang kami akan lanjut. Rasa di hatiku sangat senang bisa mendapatkan informasi banyak tentang 'Black Hawk'. Dari hasil wawancara kami hanya ada beberapa yang bilang kalau organisasi hitam, cepat atau lambat akan menangkap dan di jadikan, ternak.
Iyuh.
-Sekolah Aneh-
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Aneh [END]
Fantasy{Buku Pertama: Sekolah Aneh Buku Kedua: Misteri dan Memori Buku ketiga: Black Hawk Buku keempat: Kembali SA Buku Kelima: Penggila Cinta} [PERHATIAN ⚠️ BEBERAPA PART DI HAPUS ACAK KARENA SEKOLAH ANEH SUDAH PINDAH KE INNOVEL/DREAM. RASAKAN BACA SEKOL...