68. Pemuda Mencurigakan

205 39 4
                                    

  Berita tentang penutupan "SMA Krias 04" masih ramai di bicarakan. Tidak sedikit mereka menatap dan melirik tidak suka bahkan ada yang ketakutan. Kejadian kemarin membuat suasana hati begitu hancur bagai kaca yang pecah menjadi potongan kecil-kecil.

Di pagi hari yang penuh dengan awan mendung. Sinar mentari pun tidak bisa menembus tebalnya awan mendung untuk memperlihatkan sinarnya di hari baru ini. Alam pun masih mewakilkan gambaran murid 1-E yang masih sedih, tidak ada semangat lagi. Canda tawa setiap pagi di dalam kelas sudah musnah, tingkah konyol, topik pembicaraan yang menarik dan membuat lelucon garing, sudah tidak ada lagi.

   Aku berjalan menuju teras rumah dan duduk di kursi. Pandanganku mendongak melihat awan-awan mendung sudah memenuhi langit. Mungkin sebentar lagi bakal turun hujan. Kemarin, Pak Sam berencana untuk berkumpul di balai desa dekat perpustakaan umum buat membahas acara kemah yang sudah di janjikan. Meskipun,kami murid sekolah aneh, keluar dari sana.

Entah apa yang orang-orang itu buat dengan sekolah aneh itu dan perkataan Mas Taiga. Masih terngiang dan juga ucapan Pak Sam, jika kami 1-E memiliki satu kesempatan buat sekolah di sana, kenapa tidak? Dan juga perkataan Mas Taiga dirasa menyakinkan sekali kalau orang-orang itu tidak bakal betah di sekolah aneh.

Secara tidak sadar, mereka datang dengan status 'tamu tidak di undang'. Aku saja, masih sedikit merinding kalau menginjakkan kaki sekolah aneh itu. Tidak tahu kenapa tetapi aku berusaha untuk bersikap biasa saja tidak takut dengan 'makhluk ghaib'. Hahaha, omong kosong.

  Angin mulai berhembus kencang. Angin menerpa wajahku dan terasa amat dingin. Aku malah menikmatinya, kipas alami. Seraya duduk santai sambil menikmati hembusan angin sebelum datangnya hujan, aku bersenandung pelan. Di telingaku seolah ada alunan musik.

"Na na na na... Hmm."senandung ku asal sambil menggerakkan kepala ke kanan ke kiri.

Hari ini sangat membosankan menurutku. Yang lainnya sibuk mengerjakan tugas masing-masing. Mamaku keluar menemui teman lama sedangkan Mas Taiga di ajak sama Mas Daisuke yang entah pergi ke mana. Mas Daniel, ia berada di kamarnya menjalankan rutinitas sebagai tukang makan dan berada di zona nyaman mendengar kan lagu kalau tidak, film hollywood laga. Aku sama sekali tidak pernah di tawarin buat join nonton bareng.

Alasan Mas Daniel,ia takut kalau jajanan miliknya ku habisin. Dasar emang ye, memikirkan makanan mulu!--gerutu kesal.

"You said; I will be the sky and you will be the sun to shine🎶."

"Fake dream kowarete yuku garasu no baro no you ni--ah🎵."

"Imitation rain. Tokini wa hageshiku kokoro ni furi sosogu.  Shall we play this game kurenai ni somaru made ame ne uta rete🎶." nyanyi ku menyayikan lagu SixTones, Imitation Rain.

Menurutku lagu tersebut memiliki makna yang berarti dan cocok seperti apa yang ku rasakan dan apa yang di rasakan oleh semua teman-temanku. Seulas senyum terukir jelas di bibirku, ketika mengingat lirik yang aku suka dari dalam lagu tersebut. Pertama kali aku mendengar lagu itu dan bagian suara Kyomoto Taiga, jiwa ini seketika ikut mendalami liriknya. Padahal aku sama sekali tidak mengerti bahasa Japan. Yang aku mengerti kalimat keseharian, itu pun tidak semua aku hafal.

"Modorenai  toki wo furikaeru nagareru jikan wo. Tomete my friend itsuka wa tadoritsuku yo yume no sekai ni🎶."nyanyi ku mulai nada tinggi. Tidak peduli suara ku yang sumbang ini di dengar oleh para tetangga dan alam yang terpenting aku merasa sedikit tenang sekaligus senang.

Setelah menyanyi imitation rain. Aku ingin sekali bernyanyi satu lagi tetapi tidak tema hujan dan galau melainkan lagu sedikit energi yaitu bernyanyi lagu Big Plans, Why Don't We.  Sebagai pemanasan nya aku mencoba bagian reff lagu.

Sekolah Aneh [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang