67. Kesedihan Murid 1-E

223 41 4
                                    

"Kalian pergi saja!"ucapnya sedikit bergetar menahan air mata agar tidak jatuh dari kelopak matanya.

Jesse juga masih ada di sini,ia tidak mau menuju ke kelas membuat Haku juga, tidak bisa meninggalkan kami ke kelas.

  Pria yang telah mengambil ahli sekolah kami tersenyum lebar penuh kemenangan melihat kami berlima merasa sedih. Pria tersebut terus memaki-memaki kami berlima "anak kutukan" yang sangat berbahaya dan tidak pantas hidup di sini. Aku yang mendengar itu terasa sangat sakit, bulir air mataku sudah menetes. Penderitaan murid 1-E sungguh menyakitkan, mereka harus terus menerus mendengar cibiran menusuk hati setiap hari.

Tetapi mereka semua seolah sudah kebal mendengar hinaan bahkan tercampakkan hampir semua orang. Namun, mereka tetap bersikap baik dan tersenyum, tidak ada rasa pembalasan dendam sama sekali. Aku melirik ke Jesse, pemuda itu seperti nya sudah mencapai batas nya tetapi Haku berhasil merendahkan emosinya. April menangis dan segera aku peluk yang enggan meninggalkan sekolah ini.

"Oh, pakai nangis segala. Apa kalian sengaja untuk  menitihkan air mata agar kami mencabut penutupan sekolah ini?"ucapnya mengejek dan mendapatkan ratapan tajam dari Haku, Jesse dan Mas Daniel.

Jesse yang tidak terima langsung membentak pria tersebut membuat ketiga pria itu melangkah mundur. Di telapak tangannya sudah terdapat api menyala. Ketiga pria itu melotot. Angin berhembus sangat kencang.

"JESSE HENTIKAN!"Teriak Haku.

Angin semakin tertiup kencang. Dedaunan begitu banyak jatuh dari pohon. Ketiga pria itu menelan ludah susah payah,ketakutan melihat Jesse sudah habis kesabaran—memori masa kelam nya seolah berputar kembali di dalam pikirannya. Dimana Jesse menghabiskan waktu bersama sahabat kecilnya, bersenang-senang dan tidak pernah mendapatkan sepenuh kasih sayang kedua orang tuanya.

'Aku dari kecil sudah tidak memiliki keluarga. Keluargaku begitu tega, membuang ku karena aku memiliki kekuatan ini. Kekuatan api yang entah muncul darimana? Jangankan keluarga, teman kecil yang sudah ku anggap sebagai kakak dan berjanji tidak meninggalkan nya. Tapi malah aku meninggalkan nya dan ia tidak mau menemui ku lagi', batin Jesse.

Pemuda berambut merah menyala tersebut ingin melemparkan bola api mengarah ke pada ketiga pria tersebut. Aku yang melihat itu segera menutup mata. Mas Daniel dan Haku hanya bisa melarang dari jarak jauh. Ketua kelas tidak mau ada orang yang celaka tetapi juga tidak mau melarang Jesse meluapkan emosi dan rasa kecewa nya walau kekuatan miliknya dan Jesse, saling melengkapi.

Jesse mulai melempar bola api itu mengarah kearah ketiga pria, mereka mundur lalu terjatuh, ketakutan.

"Aaa!"

Aku dan April saling berpelukan tidak mau melihat ketiga orang tersebut terkena kekuatan bola api dari Jesse. Itu menyakitkan, itu pemandangan buruk jika di bandingkan dengan film kartun, sangat berbeda jauh. Lalu aku mendengar suara teriakan keras meledakkan emosi yang sudah tidak bisa di simpan sendiri. Aku dan April melihat Jesse tidak jadi melemparkan bola apinya mengarah ke tiga pria itu.

Jesse menekuk kedua lututnya, mendongak ke atas menatap langit biru penuh awan mendung. Ketiga pria itu segera melarikan diri dari sekolah aneh setelah mendapatkan apa yang mereka minta secara paksa. Mas Daniel dan Haku segera menghampiri Jesse yang frustasi. Tidak lama kemudian yang lainnya datang membawa tas mereka semua.

Yuli dan Zulfa memberikan tas kami berdua. Mereka semua menatap Jesse yang merasa sedih. Tidak menyangka kalau hari ini, hari sangat buruk buat murid 1-E. Aku yang baru menjadi murid di sini pun rasanya enggan keluar dari sini. Meskipun sekolah ini, aneh dan menyeramkan jika ada murid 1-E sekolah ini masih terdapat kehidupan.

Sekolah Aneh [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang