81. Melawan Pemuda Misterius.

224 51 2
                                    

  Matahari mulai mengarah ke barat, sinarnya sedikit meredup meski masih terasa panas. Derap kaki cepat terdengar begitu jelas seluruh lorong bangunan kosong. Pemuda itu terus menerus berlari dari pemuda berambut pirang. Mata cokelat Taiga menatap punggung pemuda yang larinya begitu cepat. Anak itu keluar dari gedung dan melompat seperti anak patkur. Taiga mengikutinya, melewati tangga dan sedikit atraksi. Untung saja, ia sering melakukan hal ini di kampusnya ketika terlambat.

"Berhenti!"teriak Taiga pada pemuda berjaket tersebut. Sayangnya ia sama sekali tidak merespon.

Pemuda misterius itu menghentikan langkah karena di depannya sudah ada seseorang yang menodong pistol ke arahnya. Menoleh ke belakang, pemuda berambut pirang menatap datar dan serius ke arahnya.

"Jangan bergerak! Aku tidak akan menarik pelatuk ini jika kau menuruti perkataan ku!"ucap Fajar berjalan menghampiri pemuda di hadapannya dengan menodong pistol. Jari telunjuk sudah berada di pelatuk, cepat atau lambat, Fajar akan menariknya.

  Pemuda bermata hijau tajam tersebut merasa terancam. Ia tidak mau kedua orang ini, tahu siapa dia. Tidak ambil pusing pemuda tersebut menghilang dari sana bagai asap hitam membuat Taiga dan Fajar terbelalak kaget.

"Dia memiliki kekuatan!"ucap Fajar melihat gedung terbengkalai. Siapa tahu pemuda itu bersembunyi di dalam sana serta meluncurkan serangan.

  Taiga dan Fajar mulai was-was kemudian pemuda tersebut muncul di atas gedung, tersenyum meremehkan. "Kalau bisa, tangkap aku. Aku tidak akan tertangkap dengan mudah."ucapnya membuat Taiga merasa geram.

"Sialan!"umpatnya menoleh ke Fajar.

"Mas. Kau bersembunyi lah ke tempat lain. Biar aku saja yang menangkapnya. Kekuatan nya asap hitam!"ucap Taiga. Pemuda di atas sana tertawa terbahak-bahak dengan kalimat Taiga. Ia tersenyum.

"Oh, kakak ini tahu jenis kekuatanku. Menarik sekali. Kalau begitu,"ucapnya tersenyum miring kemudian menghilang dari sana. Fajar melihat sekitar tidak ada tanda-tanda keberadaan pemuda itu.

Taiga melihat sesuatu dari kedua matanya. Gerakkan seseorang yang diselimuti oleh asap hitam. Ternyata pemuda itu menarik juga. Fajar secara tiba-tiba bisa merasakan ada seseorang yang menyerang dari belakang dengan sigap, Fajar menghindar ke samping. Setelah menghindar rasa nyeri seperti tergores sesuatu. Fajar menekuk lengan mantelnya sedikit dan benar, tergores pisau sedikit.

Pemuda bermata hijau menampakkan diri tersenyum sembari menunjukkan pisau lipat yang berhasil menggores sedikit kulit Fajar. Di ujung pisau sudah ada sedikit darah, pemuda tersebut membersihkan pisau dengan jaketnya.

"Aku tidak percaya, insting kakak. Tajam juga."komentarnya. Lalu melirik ke pemuda bersurai pirang yang memasang muka datar.

"Aku jauh lebih tidak percaya kalau kau telah mengawasi kami sejak tadi."kata Taiga serius. Fajar melihat adiknya satu ini sedikit tersentak kaget karena Taiga tidak pernah terlihat seserius ini. Bahkan perbincangan ayah terhadap organisasi hitam,Taiga cenderung diam dan mencoba mengalihkan topik.

Fajar melihat sedikit goresan kecil yang keluar darah dari pemuda misterius ini. Perih, ia melihat senyuman penuh arti ke Taiga.

"Kalau begitu, aku akan bersenang-senang bersama kalian!"serunya melempar kan sesuatu ke tanah lalu keluar begitu banyak asap hitam. Membuat pandangan mata terhadap obyek berkurang drastis dan hanya melihat asap hitam.

  Fajar sedikit terbatuk-batuk,"huk.. Huk.. Huk."mengibaskan asap yang ada di depannya, penglihatannya berkurang,terlalu banyak asap. Bahkan ia tidak bisa melihat Taiga yang berdiri di depannya.

"Dimana pemuda itu? Kalau begini aku susah buat nyarinya."kata Fajar sedikit menggerutu kesal. Ia berlari di dalam asap tebal yang entah bertahan beberapa menit. Fajar juga berteriak memanggil Taiga.

Sekolah Aneh [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang