73. Berangkat Kemah

219 49 0
                                    

Menghela nafas berat melihat barang-barang yang harus aku bawa buat besok kemah. Tas ku sudah penuh dengan pakaian serta perlengkapan lain seperti peralatan seorang gadis kalau tidak kebawa bisa gawat. Yang penting itu; Sisir, bedak, lip gloss, pita, handbody dan yang paling penting peralatan mandi dong.

Pak Sam kemarin sudah mengecek ke daerah pegunungan buat kemah dan sudah di setujui oleh pihak penyewa kemah di sana. Pasti menyenangkan, ku rebahkan tubuhku ke kasur, berguling ke kanan-kiri lalu posisi terlentang menatap atap kamar. Tidak sabar menunggu hari esok.

Kreek.

Pintu terbuka mendapati seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. Aku segera mengganti posisi menjadi duduk menatap mama yang tersenyum padaku. Beliau duduk di tepi kasur mengelus lembut kepala ku. Dari mimik wajah mama ada rasa sedih yang terpencar membuat dahi ku berkerut.

"Ada apa mama?"tanya ku. Mama masih mengelus kepala ku. Arah matanya mengarah ke dua tas yang di depan almari.

"Besok, kamu pergi kemah bersama Daniel ya?"tanya mama masih tertuju kearah dua tas ku. Mengulum senyum di sudut bibirku,"ya. Aku besok pergi kemah sama teman-teman. Melupakan sejenak, penutupan sekolah itu."kataku pelan. Menunduk, menghela nafas berat.

Tiga pria yang datang ke sekolah buat menutup sekolah itu sungguh tega sekali dan juga banyak alasan yang di buat-buat. Rasanya aku ingin sekali memukul mereka, ketiga pria itu. Sayangnya aku tidak memiliki keberanian bahkan Jesse, Haku dan lainnya tidak bisa menyerang menggunakan kekuatan. Rumor 'kutukan' akan semakin kuat bahwa mereka berbahaya seperti mereka pandang murid sekolah aneh.

"Kamu udah bawa obat-obatan?"tanya mama.

"Hmm, biar Mas Daniel yang bawa. Tas Atma udah penuh."jawabku tersenyum menatap mama yang ikutan tersenyum.

"Besok. Hati-hati. Jaga diri, mama nggak mau melihatmu terluka dan..."ucap mama berhenti sejenak menatap ku lekat,"...jangan lupa mengabari mama waktu sampai kemah."lanjut mama membuatku terkekeh. Mama mencubit kedua pipi ku gemas.

"Sana tidur! Besok bangun pagi-pagi. Dan biar fresh buat besok."ucap mama ku balas anggukan. Memberi hormat ala untuk kapten saat prajurit selesai laporan. Mama beranjak duduk dan berjalan menuju pintu. Sebelum menutup pintu kembali, mama menoleh sedikit tersenyum tipis lalu menutup rapat kamar.

Aku menoleh ke arah jendela. Malam ini penuh dengan taburan bintang di langit, aku membaringkan tubuh menarik selimut dan pandanganku masih tertuju di luar jendela. Berpikir, sejenak tentang masalah sekolah aneh yang bakal menjadi apa? Bangunan megah tersebut. Di biarkan tertutup dan tidak berpenghuni,begitu. Atau sebaliknya, pemerintah menggunakan bangunan itu dengan hal lain. Untuk mengusir murid yang memiliki 'kutukan' keluar dari sana. Aku sendiri tidak tahu.

Dalam hatiku terus berdoa agar kami kelas 1-E bisa mendapatkan sekolah itu kembali. Rasa kantuk mulai menghampiri ku sesekali menguap, menarik selimut lalu memejamkan mata perlahan.

-Sekolah Aneh-

Kring!

Suara jam weker telah berbunyi. Tangan kanan berusaha meraih meja lalu meraba mencari benda pipih yang sengaja aku pasang, kemarin awal-awal. Setelah berhasil meraih handphone, ku matikan alarm jam weker itu dengan mata masih terasa berat buat membuka mata lebar-lebar. Ini masih pukul 04.34 Wib, masih terlalu pagi serta azan salat subuh udah lewat 15 menit yang lalu.  Aku memutuskan tidur lagi,mata masih terlalu berat buat terbuka.

Belum lama memejamkan mata lagi tiba-tiba ada suara menggelegar dan menarik selimutku. Aku yang kesal pun protes. "GANGGU ORANG TIDUR AJA!"teriakku sebal tanpa melihat lawan bicara. Perlahan tubuhku terasa kedinginan, aku lupa mematikan kipas angin.

Sekolah Aneh [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang