Chapter 9 : Bad Day

68 9 0
                                    





"Apa kau mengerti dengan rumus yang ini?" ucap Wuri sembari menatap anak laki-laki di depannya yang tengah menggigiti pensil dengan ekspresi bingung.

"Jungwoo-ya, berhentilah menggigiti pensilmu. Kutanya aopa kau mengerti rumus ini?" Ia menarik pensil dari tangan anak itu, berusaha menarik perhatiannya kembali ke pelajaran.

"Jeon Jungwoo, kau mengerti?" Jungwoo menunjukkan cengiran kecilnya memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

"Dari awal sampai pertengahan aku mengerti, tapi semakin ke bawah aku semakin pusing. Dari mana dapatnya 15 ini dan kenapa harus ada tanda minus ini di sini? Mian noona," kata Jungwoo dengan nada memelas. (maaf kakak)

Wuri tersenyum sejenak menatap wajah Jungwoo yang terlihat putus asa.

"Apa kau mau aku mengulangnya dengan detail dan lebih pelan?" Jungwoo mengangguk cepat, berharap penjelasan yang lebih jelas.

"Baiklah. Angka 15 ini didapat dari perkalian 3 dan 5 yang ada di rumus. Apa kau mengerti sampai di sini?" tanyanya memastikan langkah pertama sudah jelas.

"Dan untuk tanda minus ini, di rumus dikatakan tanda berpindah ruas, yang minus menjadi plus dan yang plus menjadi minus. Jadi karena di sini terdapat angka 5, maka di langkah selanjutnya ia berpindah ruas menjadi -5. Apa kau mengerti" Jungwoo mengangguk pelan

"Ahhh seperti itu, okay"

"Kau benar-benar mengerti, bukan? Jangan hanya mengangguk-ngangguk saja. Jika belum mengerti, aku bisa ulang menjelaskannya lagi sampai kau benar-benar paham" ujarnya memastikan Jungwoo tidak hanya berpura-pura mengerti.

"Hey aku sudah mengerti, tenang saja" Wuri hanya tersenyum kecil mendengar itu, saat tiba tiba alarm ponselnya berdering, memperlihatkan jam yang sudah menunjukkan pukul 20.30 pertanda bahwa pelajaran hari ini telah usai

"Baiklah kalau begitu, pelajaran hari ini kita sudahi dulu. Kita lanjutkan besok"

"Hmm aku akan mengejutkanmu dengan nilai ulanganku yang melonjak tinggi" ujar Jungwoo berbangga hati, yang hanya di balas dengan elusan kepala yang diberikan oleh gadis di depannya saat ini

Saat Wuri berdiri dari duduknya untuk kemudian membereskan buku buku dan perlengkapan belajar mereka yang sedikit berserak

"Noona" panggil jungwoo

"Hmm"

"Apa kau tak lelah mengajar anak nakal sepertiku" seketika gerakannya yang membereskan buku sejenak terhenti saat ia menoleh menatap aneh kearah anak di sampingnya saat ini

"Sangat" jawabnya sembari tersenyum kecil

"Lalu kenapa kau tetap bertahan?"

"Karna aku tak ada pilihan"

"Jadi kau terpaksa mengajarku? Hanya karna uang?" Jungwoo menatap kecewa kearah gadis dihadapannya saat ini

"Kenapa kau berfikir seperti itu? Juangwoo-ya dengarkan aku. Dari awal aku menetapkan bahwa jika aku mendapatkan pekerjaan ini aku tidak akan berhenti sampai kontrak kerjaku habis yang artinya sampai kau lulus Sekolah Menengahmu. Aku tak mengatakan bahwa belajar bersamamu adalah suatu beban, aku menikmatinya...see"

"Dari sekian banyak guru privat yang ayah datangkan padaku aku merasa bahwa sepertinya kita ditakdirkan untuk bertemu"

"Hahaha benarkah? Kau mengatakan seolah kita adalah soulmate" tawanya sedikit menggema di dalam kamar, saat kemudian ia duduk di depan Jungwoo yang hanya tersenyum kecil seolah ada sesuatu yang sejak tadi mengganggunya

"Saat aku interview bersama ayahmu, ia mengatakan bahwa kau sebenarnya anak yang baik dan penurut. Tapi setelah kelas 2 menengah atas, beliau mengatakan kau mulai nakal. Kau pasti memiliki alasan di balik kenakalan itu, apa aku benar?" Wuri mendekat ketika melihat Jungwoo yang tertunduk, mencoba meraih pandangan anak itu.

"Aku tak tau apakah ini bisa dijadikan alasan atau tidak" Jungwoo akhirnya berkata dengan suara pelan.

Wuri tetap diam, memberinya ruang untuk melanjutkan. Ia tahu terkadang yang dibutuhkan hanya telinga yang mendengarkan.

"Aku lelah selalu ditekan untuk jadi sempurna, Ayah selalu ingin aku jadi yang terbaik di sekolah, di segala hal. Aku merasa seperti robot, harus mengikuti semua aturan tanpa bisa bernapas. Ia selalu membandingkan ku dengan Hyung, yang jelas aku dan dia memiliki keterbatasan masing masing" Wuri mengangguk, menunjukkan bahwa ia memahami perasaan Jungwoo

(Hyung = panggilan adik laki laki untuk kakak laki laki)

"Saat aku mulai di kelas 2 menengah atas, aku merasa cukup. Aku ingin mencoba hal-hal lain, melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Tapi ayah tidak mengerti itu. Dia hanya melihat nilai-nilai yang menurun dan perilaku yang berubah."

"Jadi, kenakalanmu adalah caramu untuk menunjukkan bahwa kau butuh kebebasan?" tanyanya dengan lembut yang diangguki oleh jungwoo

"Ya, aku ingin ayah tahu bahwa aku juga punya mimpi dan keinginan sendiri. Aku ingin mencari jati diri, bukan hanya menjadi apa yang diinginkan orang lain" jungwoo semakin menunduk setelah mengatakan itu, entah mengapa pertahanannya semakin hancur saat ini

"Noona, Apa aku hiks harus menjadi sangat pintar agar aku tak dibanding bandingkan? apa aku harus terus iri pada hyungku sendiri, yang selalu diberi perhatian sedangkan aku tidak? apa harus terus hyung yang diberi penghargaan jika ia mendapatkan juara sedangkan aku tidak? Hiks apa aku harus hiks-" seketika Jungwoo menghentikan ucapannya ketika merasakan suaranya tercekat ditenggorokan yang begitu sakit saat ini

Sejenak Wuri terdiam saat melihat bagaimana anak dihadapannya saat ini mendongak kearahnya dengan wajah memerah dan air yang mengalir deras dari mata sipit itu. Tangannya terulur menarik jungwoo ke pelukannya. Pertama kalinya ia anak ini mengutarakan segala emosinya

"Hey sudah jangan menangis tampan. Kau lihat wajahmu memerah seperti itu, berhentilah menangis kau pria bukan" ia melepaskan pelukannya sembari kemudian menghapus air mata itu dengan ibu jarinya

"Terserah apa yang kau mereka lakukan padamu, bagiku kau yang terbaik Jungwoo, Kau tak perlu merasa iri pada Hyung mu sendiri, kau tahu kan sifat iri itu tak bagus. Aku sudah menganggapmu seperti dongsaengku sendiri, melihatmu seperti ini membuat hatiku ikut terenyuh" jungwoo hanya menunduk dengan isakan yang tak kunjung berhenti (Adik)

"Noona, apa aku bisa membuat Ayah bangga padaku, agar aku dapat memiliki penghargaan seperti hyung?"

"Tentu saja bisa jagoan, kau bahkan bisa mengalahkanya. Kau bisa lebih hebat darinya"

"Bagaimana caranya?"

"Saat ini yang perlu kau lakukan hanya terus menimba ilmu, kau bisa mewujudkan apapun saat kau melakukan yang terbaik. Kau tak perlu meminta validasi dari siapapun, saat ini jika kau menentukan goal mu adalah untuk membuat kedua orang tua ku bangga adalah dengan mengejar kemauan mereka, buktikan bahwa kau bisa melakukan itu dan melampaui hyungmu. Itu sebabnya aku ada disini untuk membuatmu menjadi lebih baik dari hyung mu saat ini" Jungwoo tersenyum kecil saat telunjuk gadis itu menchil hidungnya pelan

"Apakah itu benar benar akan membuat mereka melirikku?"

"Tentu saja, bukan hanya mereka tapi seluruh masyarakat sekolah mungkin akan dengan bangga untuk mengakui mu" jungwoo sejenak terdiam sembari menunduk, saat ia kemudian mendongak dan mengangguk tegas, menguap hidungnya yang berair dan mengangguk paham

"Baiklah mulai sekarang aku akan belajar lebih giat lagi agar bisa melebihi hyungku"

"Pasti bisa hahaha" ujar Wuri ikut bertekad

"Jangan menangis seperti ini lagi eoh, kau benar benar terlihat sangat lucu, ingin sekali aku memakan mu sejak tadi"

"Yakk noona makanlah nasi" sarkah Jungwoo merinding yang hanya dibalas kekehan oleh gadis didepannya





NERD LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang