Chapter 13 : Cake

60 8 0
                                    






"Ohh nona Wuri anda sudah datang, mari saya antar masuk"

"Ahh nde ahjussi" angguknya sembari tersenyum kecil

Saat ia kemudian masuk kedalam mobil mini yang mulai melaju pelan menuju bangunan putih di depan sana. Saat setelah itu ia membungkuk berterimakasih pada petugas keamanan tersebut dan masuk kedalam rumah

"Wuri-ya neo wasseo" sontak ia menoleh ketika mendengar namanya dipanggil (kau sudah datang)

"Annyeonghaseyo, ya saya baru saja tiba" jawabnya ramah sembari tersenyum kearah pria lansia dihadapannya saat ini

"Junghyun tak memberitahumu? Kau diliburkan hari ini"

"Nde? Kenapa saya diliburkan, Halmeonie? Tapi sekarang masih hari Jumat" ucapnya sedikit bingung mendengar itu, tuan Jeon tak memberitahu apapun padanya

"Hahha tenang saja, tak terjadi apapun. Kukira tadinya ia mengabarimu tentang kepergiannya hari ini. Jungwoo dan kedua orang tuanya pergi ke Busan karna memiliki urusan bersama pamannya. Sepertinya ia lupa untuk memberi kabar itu padamu karma terlalu buru buru tadi pagi, kau diliburkan selama dua hari dari les" jelas sang nenek sembari menepuk bahunya

"Ahh ya saya mengerti, terimakasih karna sudah memberitahu saya tentang itu. Emm kalau begitu saya permisi dulu, Halmeonie" ucapnya sembari membungkuk untuk segera pergi, namun tiba tiba lengannya kembali ditarik oleh sang nenek

"Untuk apa kau pulang dengan tangan kosong, ingat dengan perjanjian kita tempo hari?" Sejenak ia menatap wanita didepannya bingung, janji?

"Ohh tentang membuat kukis? Astaga maaf hampir saja saya lupa" ucapnya sembari menatap nenek dengan tawa kering

"Kau masih muda tapi ingatanmu benar benar buruk hmm haha. Baiklah apakah kita harus memulainya sekarang" mendengar itu hanya membuatnya mengangguk pelan, saat sang nenek menariknya masuk untuk lekas ke dapur

Sial, rasanya ia ingin melakukan tour didalam rumah ini. Untuk sampai ke dapur saja membutuhkan lima puluh langkah lebih, belum lagi melihat betapa mewahnya seluruh pernak pernik dapur, catat itu hanya dapur yang hampir seluas rumahnya

"Wuri-ya kemarilah, mengapa kau masih berdiri disana? kau ingin jadi patung pajangan?" Sontak ia tersadar kemudian berlari kecil menyusul sang nenek yang sudah berdiri didepan konter dapur

"Apa yang ingin kau buat, Halmeonie?"

"Seperti yang aku katakan kemarin, kita bisa membuat cookis dan cake" ia mengangguk kecil sembari menatap bagaimana seluruh bahan sudah tersedia di atas meja tersebut

"Baiklah kita bagi tugas kau pilih membuat cake atau kookis" tanya nenek sejenak membuatnya terdiam berfikir

"Emm bisakah aku menyelesaikan cake? Sepertinya lebih mudah"

"Baiklah kalau begitu"

Wuri mengangguk paham setelah mendapat izin itu, saat kemudian ia menarik seluruh bahan pembuatan cake dan mulai menggunakan celemek yang disediakan untuk segera memproses

Mereka memulai kegiatan dengan bagian masing masing, sedikit obrolan ringan terdengar diantara mereka sembari terus mengaduk adonan

"Apa Jungwoo sering menjahilimu saat belajar?"

"Emm ya sedikit, beberapa hari awal adalah batas dimana emosi saya diuji olehnya. Saya akui bahwa ia begitu cerdik, ia bahkan tak segan segan menarih lem di kursi saya dan menebar kelereng disekitar pintu kamar mandi. Saya sendiri tak menyangka bahwa ia akan menyerah semudah itu, namun saya akan tetap berusaha untuk membuatnya tertarik pada setiap pelajaran. Terkadang saya juga mengajaknya sedikit bermain agar ia tak terlalu bosan dan lelah ketika menatap buku buku itu. Sejatinya ia sebenarnya anak yang pintar dan cerdas, mungkin hanya membutuhkan satu bumbu dari orang tuanya untuk menyemangatinya lebih banyak lagi" jelasnya sembari sesekali tersenyum melirik sang nenek yang sedikit terkekeh mendengar itu

NERD LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang