Setelah bel istirahat berbunyi, dengan langkah terarah ia berjalan menuruni tangga dengan kotak bekal yang ada ditangannya. Lima belas hari berlalu sejak kesepakatan itu dibuat, melalaikan sekali harus menunggu setengah bulannya lagi untuk menyelesaikan semua ini
Setelah sampai di gudang, tanpa mengatakan apapun ia membuka pintu dengan santai seolah tempat itu miliknya sekarang. Ia terdiam sejenak sembari menatap enam pria yang duduk disana menatapnya yang berdiri diambang pintu, dimana Jungkook? Haruskah ia bertanya?
"Bolehkah aku bertanya, dimana jeon Jungkook?" Tanyanya sembari menatap mereka semua bergantian
"Ohh ia mengatakan bahwa ia menunggu di taman sekolah, kau bisa--"
"Aku bisa mengantarmu kesana, aku tau dimana dia" ucap seseorang dari arah samping yang berdiri dihadapannya saat ini
Saat akhirnya ia pasrah mengikuti langkah pria sipit dihadapannya saat ini ketika tangannya ditarik keluar dari gudang itu. Meninggalkan lima pria lainnya yang menatap bingung
"Tumben sekali anak itu baik" ucap pria dengan mulut kotak itu ketika yang lain hanya blas menggeleng tak tau
...
Apakah ini mimpi? Betapa bahagianya ia saat ini astaga. tatapannya turun kearah tangannya yang saat ini digenggam oleh pria disampingnya
Ia menelan saliva kasar ketika merasakan jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya saat dapat melihat pria ini dari dekat. Sial, ia bahkan terlihat seperti orang bodoh saat ini dengan berharap tangannya tak terlepas dari genggaman ini. Betapa lancangnya ia mengharapkan sesuatu yang lebih dari itu, mana mungkin pria berkharisma seperti Park Jimin akan membalas upik abu sepertinya
'Ternyata malaikat tak bersayap itu memang benar adanya di dunia ini'
Kalimat itulah yang pertama kali terlintas dipikirannya saat melihat sosok pria ini"Ia terkadang sering menghabiskan waktunya di taman sesekali" ucap Jimin masih menarik gadis disebelahnya yang hanya mengangguk kecil
"Apa kau tau namaku?"
"T-tentu saja tau, s-siapa yang tidak mengenal seorang Park Jimin" jawabnya gugup
"Ternyata kau mengenalku, tidakkah kau mengingatku?" Tanya Jimin sembari menoleh kearah Wuri yang terlihat mencoba menyembunyikan kegugupannya
"Eoh?"
"Bukankah kita pernah bertemu di bus, saat kau hampir jatuh dan aku menahan punggungmu" sejenak ia terdiam ketika mendengar ucapan pria disampingnya saat ini, bus?
"Ahh itu kau? Benarkah? Astaga maaf daya ingatku sangat buruk untuk mengingat wajah seseorang hahaha" Wuri menggaruk belakang kepalanya setelah mengingat kejadian itu
"Ahh ini tidak adil apa hanya aku yang mengingatmu, kau bahkan tak mengingatku sama sekali" ucap Jimin dengan mempoutkan bibirnya
"M-mianhae" (Maaf)
"Bahkan aku menolongmu dua kali disana"
"Ya dan aku sangat berterima kasih karna itu, aku yakin aku sudah terinjak oleh orang orang di bus jika aku benar benar jatuh saat itu hahha" jelas Wuri sembari tertawa kecil
"Ya mengingat kecilnya tubuhmu, membuat orang orang tak dapat melihat botol yogurt sepertimu hahha" seketika matanya sedikit melotoy mendengar ejekan Jimin yang begitu puas menggodanya
"Hey kau mengejekku pendek? Asal kau tau, saat sekolah menengah pertama tubuhku paling berbeda dari teman temanku"
"Mungkin karna kau gendut" goda Jimin sembari menatap gadis yang terlihat terpancing emosi
"Bukan gendut!! aku lebih tinggi dari mereka bahkan teman laki laki ku saja kalah dari ku. Lagipula jika diukur, kita hanya beda 5-6 centi. Ingat! Ini masih masa pertumbuhan ku, jangan merengek nanti jika aku dapat melebihi tinggi tubuhmu" kesalnya sembari berdiri tepat disamping pria itu hingga bahu mereka bersentuhan, sedangkan Jimin seketika tertawa geli melihat itu, saat ia hanya mengangguk kecil sebelum kemudian lanjut berjalan
Mengakui bahwa Wuri memiliki tubuh ideal. Bahu dan pinggul gadis itu memiliki proporsi yang lebar dengan pinggang yang kecil, tak kelebihan maupun kekurangan berat badan. Memiliki tinggi kisaran 170 cm untuk seukuran gadis menengah atas itu sudah cukup tinggi
"Baiklah aku menunggumu untuk menjadi lebih tinggi dari ku eoh hahha" ujar Jimin tertawa lebar hingga menampilkan sederet gigi putihnya
"Indah" lirih Wuri tanpa sadar setelah melihat tawa itu
"Iya aku tahu aku tampan tak perlu kau katakan seperti itu pun aku sudah indah sejak lahir"
"A-aku tak membicarakan mu, maksudku bunga ini yah bunga ini" ujarnya seketika gugup ketika ia berpura pura menatap bunga ditaman
"Sebentar lagi kita sampai" ucap Jimin sembari tersenyum kecil, sejenak Wuri menatap rapi itu lekat
"Jimin-ssi mengapa kau naik bus saat itu?"
"Ahh itu karna emm entahlah, hanya ingin pergi menggunakan bus. Itu saja" jawab Jimin sembari mengedikkan bahu nya
"Tapi kau tak mengenakan seragam sekolah saat itu" Jimin mengangguk
"Aku bolos"
"Nde?!!"
"Haha kenapa reaksimu harus seperti itu" ujar Jimin saat melihat gadis disebelahnya yang tampak terkejut
"Untuk apa kau bolos?"
"Sudah kukatakan hanya ingin, aku bosan selalu bertatap muka dengan masyarakat sekolah, aku butuh waktu untuk mengistirahatkan otakku dari huruf huruf" jelas Jimin santai
"Kau tak takut jika diberi hukuman oleh sseam" Jimin menggeleng tak peduli (guru)
"Tidak, kenapa harus takut bukankah kita sama sama makan nasi" jawaban itu seketika membuat Wuri terdiam sembari sedikit menghela nafas kecik
Benar, tentu saja ia tak takut. Bahkan pria itu bisa membeli sekolah ini jika mau, bebas bolos kapan saja tanpa harus mengkhawatirkan hukuman atau skors
"Cahh kita sudah sampai, dia ada dibawah pohon itu" ujar Jimin sembari menunjuk kearah pohon yang beberapa meter dari mereka
Sedangkan Wuri mengangguk paham sembari tersenyum ketika menoleh tangannya yang sudah terlepas dari genggaman pria itu, sial itu tadi hangat
"Wuri bolehkah aku meminta nomor mu? Mungkin kita bisa berbincang lebih banyak lagi, aku tertarik padamu" ucapan itu seolah seperti anak panah yang seketika menembus jantungnya begitu dalam, ia terdiam sejenak menatap pria dihadapannya dengan bingung dan terkejut
Saat tanpa sadar tangannya merogoh saku roknya dan mengulurkan ponsel kearah Jimin yang tersenyum, melihat bagaimana pria itu mencatat nomornya. Mimpi apa ia semalam? Ia segera menggelengkan kepalanya untuk sadar
"Terima kasih sudah mengantar ku" ucapnya sembari mencoba terlihat natural
"Sama sama, sudah pergilah sepertinya Jungkook kelaparan menunggu bekalmu. Hey jika nanti aku menelpon mu, bisakah kau angkat panggilanku?" Wuri hanya mengangguk singkat mendengar itu
Saat Jimin mengangguk sembari tersenyum sebelum kemudian melambaikan tangannya dan berjalan menjauh. Wuri masih diam disana, saat tangannya terulur memegangi dadanya, sial anak panah itu menembus hatinya yang begitu lembut ini
Senyumnya seketika mengembang ketika pipinya terasa panas saat ini. Apakah ini mimpi? ia baru saja bertukar nomor ponsel dengan Jimin? Park Jimin? Spontan ia menutupi wajahnya dengan kotak bekal, entah mengapa ia menjadi salah tingkah akan itu
"Selesai bermanja bersama Jimin, nona?"

KAMU SEDANG MEMBACA
NERD LOVE
Novela Juvenil"Hyung, aku suka gadis ini" ucap Jungkook menatap para temannya kemudian beralih kearah gadis berkaca mata yang menampilkan wajah datar didepannya Berawal dari kejadian digudang itu, setelah ia seorang Jeon jungkook direndahkan oleh sosok gadis Nerd...