Chapter 14 : Jungkook Room

85 9 0
                                    



19:00 KST

Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Malam yang hangat menyelimuti kediaman keluarga Jeon. Setelah sesi pembuatan kue beberapa menit yang lalu yang dipenuhi dengan drama dan tawa, akhirnya mereka duduk di ruang tengah, menikmati hasil kerja keras mereka. Aroma manis dari kue yang baru keluar dari oven masih tercium, menggoda selera siapa saja yang mencium baunya.

Di tengah kehangatan itu, televisi menyala, menampilkan acara komedi yang seharusnya menjadi hiburan utama. Namun, seolah-olah televisi itulah yang menonton mereka, bukan sebaliknya. Mereka asyik bercerita satu sama lain, saling menceritakan tentang apapun yang dapat membuat mereka semakin nyaman satu sama lain

"Dulu aku mengharapkan seorang cucu perempuan" ujar nenek sembari meraih sendok untuk menikmati cake

"Benarkah? Memangnya anda tak suka memiliki cucu laki laki? Bukankah itu seharusnya lebih baik" jawabnya sembari menikmati kukis yang ada ditangannya

"Tidak, bukan begitu maksudku, justru aku bersyukur akan itu
Namun kau tau, momen inilah yang sering kutunggu jika aku memiliki cucu perempuan. Membuat kue bersama, menonton tv bersama, aku akan menemaninya berbelanja, aku bisa membelikannya gaun dan banyak lagi. Kau harus merasa terhormat, karna sudah mengabulkan keinginanku hahha" ujar sang nenek sembari tertawa menepuk pundak gadis dihadapannya yang ikut tersenyum

"Ohh jika memang seperti itu, aku merasa begitu terhormat atas ucapanmu" balasnya sembari terkekeh lembut

"Nenekku yang saat ini berada di Ilsan juga pernah berharap seorang cucu laki laki. Bibirku melahirkan anak perempuan dan eomma melahirkanku, seolah doa nya tak di ijabah oleh tuhan. Saat ditanya mengapa, ia selalu berkata bahwa cucu laki-laki akan menjadi pelindung yang baik. Tapi sejujurnya, aku pikir cucu perempuan juga bisa menjadi pelindung, dengan caranya sendiri. Apakah pemikiran wanita lansia memang selalu sama, kau dan nenekku hampir mengharapkan hal yang sama" sontak sang nenek tertawa kecil mendengar cerita itu

"Halmeonie mulai sekarang anda bisa menganggap saya cucu anda, kupikir itu lebih baik. Saya terkadang juga merindukan nenek saya yang berada di illsan. Jika anda menganggap saya cucu anda, bolehkahsaya menganggap anda sebagai nenek kedua saya?" Tawarnya yang sejenak membuat sang nenek terdiam sebelum kemudian mengangguk antusias

"Kau resmi menjadi cucuku sekarang, satu hal yang harus kau ubah" ujar nenek memperingati gadis dihadapannya

"Berhenti berbicara aterlalu formal padaku, aku nenekmu. Apa kau akan terus bicara formal seperti itu pada nenekmu?" Sejenak ia terdiam mendengar itu

"Tapi saya pikir--" ucapannya terhenti ketika melihat nenek yang sedikit melotot kearahnya seolah tak menerima penolakan

"Aku mengerti, Halmeonie" ujarnya akhirnya mengalah

Waktu semakin berlalu, Diman mereka masih terus melanjutkan percakapan mereka satu sama lain. Wuri melirik ke arlojinya, ia mengangguk ketika tau bahwa malam semakin larut dan dengan berat hati ia sepertinya harus pergi untuk pulang daripada harus ketinggalan bus nantinya

"Halmeonie sepertinya aku harus pulang sekarang" ujarnya sembari tersenyum kecil

"Kenapa cepat sekali? ini masih jam 9 kurang"

"Jika aku tak pergi ke halte sekarang, maka aku akan ketinggalan bus"

"Aku akan menyuruh Jungkook untuk mengantarmu" ujar sang nenek yang hendak berdiri

"Tidak, tak perlu. Aku hanya ingin pulang naik bus malam saja, lagipula aku harus ke tempat lain terlebih dahulu, itu akan merepotkan"

'tak ada sedikitpun kesepakatan yang adil jika lagi lagi aku diantar oleh makhluk satu itu' batinnya

NERD LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang