Lonceng berdenting saat pintu kaca tersebut didorong.
Suasana kafe sekaligus toko kue tersebut cukup ramai.
Dera masuk bersama Arga yang celingukan melihat orang-orang. Lalu mendongak menatap sang Ayah. "Yah? Nda?".
Menunduk, Dera mengusap kepala Arga. Mengerti maksud Arga yang mencari Randa. "Bunda gak ada di sini. Ke rumah sakit jagain Eyang. Kita beliin Bunda kue ya? Arga mau apa?"
Segera ia meraih tubuh Arga, menggendong putranya tersebut.
Arga menunjuk pada etalase kue tart yang cukup besar. Matanya berbinar melihat kue itu.
Dera pun memberitahu karyawan kafe tersebut ingin membeli kue itu lalu menyebutkan ingin membeli puding cokelat juga.
"Mau vla apa Pak? Vanilla atau cokelat?"
"Dua-duanya."
Pesanannya sedang di kemas saat tatapannya beralih pada kasir.
Terlihat Rere yang berada di balik mesin kasir. Melayani pengunjung yang membayar.
Dan tatapan wanita itu pun tertuju padanya. Mengunci tatapannya.
Suara karyawan kafe tersebut menyentaknya. Memberikan pesanannya yang telah dibungkus lalu menyuruhnya membayar di kasir.
Masuk ke dalam antrian. Ada dua pengunjung di depannya. Tangannya menggenggam erat tangan mungil Arga.
Saat gilirannya, ia pun berhadapan langsung dengan Rere yang menyebutkan total belanjaannya.
Memberikan uang dan Rere menyerahkan kembalian seraya tersenyum tipis. Lalu tatapan wanita itu mengarah pada Arga yang melihat kue-kue di dalam etalase kaca.
"Arga udah gede ya?"
"Ya," jawab Dera tersenyum walau Rere kini tersenyum pada Arga yang mendongak menatap wanita itu.
"Hai Arga! Kamu makin manis aja," ujar Rere.
Arga tersenyum malu lalu memeluk paha Ayahnya. Menatap malu Rere yang merasa gemas karena tingkahnya.
"Re, bisa kita ngobrol?"
Rere beralih menatap Dera. Terdiam sejenak lalu mengangguk.
Keduanya pun duduk berhadapan.
Arga duduk di sebelah Rere atas permintaan wanita itu. Mengajak bicara Arga.
Kedua tangan Dera memegang sebuah cangkir berisi teh hijau di hadapannya. Masih setia mengamati interaksi Rere dan Arga.
Seandainya saja Arga adalah anaknya dan Rere...
Dera tersadar dari pikiran ngawurnya, ia segera memalingkan wajah ke arah dinding kaca. Berhenti untuk menatap Rere.
"Mas Dera mau ngomong apa?"
Mengalihkan tatapan dari kaca, Dera kembali menatap Rere.
"Aku..." Dera meneguk ludahnya. "Aku minta maaf Re. Maaf, aku baru minta maaf sekarang."
Dera mengingat jika ia tidak meminta maaf pada Rere setelah memberitahu wanita itu tentang segalanya. Bahkan tidak meminta maaf karena menceraikan wanita itu. Lalu pergi meninggalkan wanita itu.
Menunduk dalam, Dera merasa malu pada Rere.
"Mas Dera gak usah minta maaf." Dera menegakkan kepala balas menatap Rere yang tersenyum tipis. "Mas gak salah."
"Tapi Re..."
"Mas ninggalin aku karena Arga." Rere mengusap kepala Arga menatap Arga lalu kembali menatap Dera. "Arga bukan kesalahan Mas. Jangan pernah jadiin Arga kesalahan. Jadi, Mas gak usah minta maaf karena Mas gak salah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Hurt [S2-S3]
General Fiction》Sequel Love Makes Hurt《 • • • Pernikahan yang Randa jalani bersama Dera rasanya sangat semu. Mereka memang menjadi orang tua yang baik untuk putra mereka. Arga. Namun, untuk menjadi sepasang suami istri, mereka belum melakukan yang terbaik. Hing...