[S2] 24. Hilang Arah

2K 230 18
                                        

"Bunda!"

Seruan tersebut menyentak Randa, ia menatap Arga yang meraih tangannya lalu menunjuk ke arah pintu. Memberitahu jika ada seseorang yang menekan bel.

Memaksakan senyum, Randa mengusap kepala Arga lalu berdiri untuk membuka pintu.

Menemukan Sabian yang tersenyum entah kenapa membuat Randa ingin menangis.

Senyum Sabian pudar saat melihat wajah muram Randa. "Lo kenapa?" tanyanya dengan nada khawatir.

Dadanya dipukul dengan lemah. "Kenapa lo balik lagi?!" tanya Randa sengit. Tidak berhenti memukul dada Sabian.

"Lo kenapa Mir?" tanya Sabian semakin cemas berusaha menghentikan Randa yang memberi pukulan pada bagian badannya. Kini pundak serta lengannya menjadi sasaran.

"Lo sengaja kan bikin gue nunggu beberapa hari ini? Lo sengaja bikin gue bingung kayak orang bego! Lo sengaja, Bi!" Karena kedua kakinya lemas. Randa berjongkok. Menyembunyikan wajah di celah lututnya. Mulai menangis.

Sabian ikut berjongkok, berusaha menenangkan Randa. "Mira..."

Wanita itu menegakkan kepala. Wajahnya sembab akibat aliran air mata yang begitu deras. "Gue kesakitan, Bi. Hati gue sakit." Randa menepuk dadanya. Berusaha meredam rasa sakitnya.

"Mira stop!" Sabian segera menahan tangan Randa. Membawa wanita itu masuk ke dalam pelukannya.

Tangis Randa pecah, semakin menenggelamkan dirinya dalam pelukan Sabian.

Meluapkan kesakitannya setelah 'bersentuhan' dengan Dera beberapa malam yang lalu.

Sejak saat itu ia merasa hilang arah. Wajah muram menghiasi wajahnya. Memaksakan sebuah senyuman yang ditujukan setiap kali Arga mengajaknya bermain ataupun berbicara.

Rasanya begitu sakit menahan semuanya, hingga ia meluapkannya di hadapan Sabian. Menangis sejadi-jadinya di hadapan pria itu yang berusaha membuatnya tenang.

*****

Usai menangis keras, Randa dibawa Sabian ke salah satu restoran cepat saji terdekat. Tentu membawa serta Arga yang begitu senang menikmati es krim. Duduk bersisian dengan Sabian yang senantiasa membalas celotehannya.

Sabian beralih menatap Randa yang tidak menyentuh sedikitpun makanan di hadapannya.

"Kenapa gak dimakan?" Randa hanya diam. Kedua mata sayu itu begitu sembab. Pun ikatan rambutnya begitu asal karena Sabian yang mengikatnya. Penampilan Randa terlihat begitu menyedihkan.

"Mau gue suapin?" tawar Sabian seraya mengacungkan kentang goreng. "A!"

Dengan pelan Randa membuka mulutnya. Menerima suapan Sabian.

"A!" Keduanya menoleh ke arah Arga yang membuka lebar mulutnya.

Sabian tertawa, ia pun menyuap Arga.

"Om juga dong. Mau disuapin Arga," ujar Sabian seraya membungkuk agar Arga bisa menyuapnya.

Tangan mungil itu menyuapnya, memasukkan kentang ke dalam mulutnya.

Randa yang melihat itu mengulum senyum. Hatinya menghangat melihat kedekatan antara Sabian dan Arga.

"Tadi kenapa nangis?" Saat Arga memutuskan pergi ke arena bermain yang disediakan di tempat itu, Sabian mengajak Randa bicara.

Wanita itu hanya diam membuatnya kembali berujar. "Gak mungkin kan lo nangis karena kangen sama gue?" Dengan nada geli. Memancing Randa untuk tergelak, tapi wanita itu hanya terdiam.

"Mira," panggilnya pelan menarik atensi wanita itu. "Lo kenapa?" tanyanya lembut.

"Gue..." Randa menggulirkan bola matanya yang tiba-tiba terasa panas. Bibirnya dicebikkan sedih.

Love Makes Hurt [S2-S3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang