Suara air mengalir mengisi kamar mandi tersebut. Randa membasuh wajahnya, lalu mematikan kran air. Menatap wajahnya yang basah di pantulan cermin.
"Are you happy?"
Meski sudah sepekan berlalu, tapi pertanyaan Gibran terngiang-ngiang di kepalanya. Pertanyaan yang tidak pernah ia dengar sebelumnya, pun tidak pernah ia tanyakan sendiri pada dirinya.
Bahagia?
"Are you happy?"
Randa hanya diam saat Gibran bertanya sebelum ia turun dari mobil pria itu.
Segera melepas sabuk pengaman dari badannya. Kemudian menatap Gibran yang tatapannya tetap fokus ke depan. "Terima kasih atas tumpangannya." Memilih tidak mengacuhkan pertanyaan Gibran. Turun dari sana dan tidak lagi menoleh untuk menatap mobil Gibran. Berjalan terus menerus hingga tiba di unitnya.
Randa menghela nafas kasar. Menunduk sejenak lalu kembali menatap pantulan dirinya di cermin.
Akibat pertanyaan Gibran membuat Randa seperti hilang arah. Lupa bagaimana rasanya bahagia itu. Bahagia yang sesungguhnya dan merasakannya terus menerus.
"Hei..." Randa menatap Sabian lewat pantulan cermin, pria itu mendekat ke arahnya. "Muntah lagi?"
Randa menggeleng pelan lalu meraih tisu untuk mengelap wajahnya yang basah, memutar tubuhnya menatap Sabian. Mengamati Sabian yang kini sedang buang air kecil.
"Kenapa sih liatin mulu?" Sabian mendengus geli seraya menekan flush toilet.
"Kamu bahagia, Bi?"
Sabian mengernyitkan kening mendengar pertanyaan Randa. Lalu ia mengangguk. "Kenapa nanya gitu?"
Randa menggeleng pelan. "Kamu mau makan apa?" tanyanya seraya keluar dari kamar mandi diikuti Sabian.
"Pesan aja ya? Masakan kamu akhir-akhir ini hambar, Mir. Aku gak suka."
Gerakan tangan Randa yang hendak membuka pintu kamar berhenti, ia menoleh menatap Sabian yang duduk di tepi ranjang seraya fokus ke ponselnya.
Nada bicara Sabian memang terkesan santai, tapi membuat hati Randa mencelos.
"Kamu aja yang pesen makanan, Bi. Aku gak lapar kok." Setelah mengatakan itu Randa keluar dari kamar meninggalkan Sabian yang mengernyit heran melihat istrinya.
*****
"Maaf ya kamu nunggunya lama?" ujar Farzan usai memberi wadah makanan berisi kue pie buatan Mamanya pada Randa.
Tetangganya itu mengukir senyum. "Gak pa-pa kok. Sekali lagi terima kasih ya? Jadi, saya gak perlu bayar nih?"
"Gak usah! Kamu kan lagi ngidam."
"Duh saya jadi gak enak. Sampaikan permintaan maaf saya sama Mama kamu karena udah ngerepotin dan terima kasih ya?"
Farzan hanya tertawa seraya menggeleng pelan. Berkata jika Mamanya sama sekali tidak repot malah suka karena kue buatannya disukai orang. Apalagi untuk memenuhi ngidam seorang ibu hamil.
Kedatangan Sabian yang baru pulang dari kantor membuat mereka menoleh ke arah Sabian yang melangkah mendekat.
Farzan mengukir senyum pada suami Randa tersebut yang dibalas dengan anggukan pelan. "Sore Mas. Saya Farzan, kita belum kenalan sebelumnya." Mengulurkan tangan yang di balas dengan pria itu.
"Sabian," jawab Sabian pendek lalu masuk lebih dulu. Farzan pun pamit masuk ke unitnya. Begitupun Randa yang langsung menutup pintu.
"Kamu ada hubungan apa sama cowok itu?!" Randa mengernyit saat menuju dapur, mendapat pertanyaan bernada sinis dari Sabian.
"Maksudmu apa nanya seperti itu? Farzan ngasih aku kue pie, soalnya..."
Perkataan Randa berhenti saat Sabian meraih kotak kue tersebut lalu melemparnya ke lantai.
Randa menatap nanar kue tersebut, kedua tangannya terkepal kuat lalu menatap tajam Sabian yang sudah keterlaluan.
"Kamu mau selingkuh sama dia?!"
Tangan Randa melayang menampar Sabian membuat wajah pria itu berpaling.
Sabian mengaduh pelan seraya mengusap pipinya, ia kembali menatap Randa. "Dugaan aku bener?" Menampilkan senyum sinis.
"Kenapa kamu nuduh aku seperti itu?!" teriak Randa marah. Hatinya sungguh sakit.
"Kamu lupa sama masa lalu? Kamu kan selingkuh dengan Gibran!" Sabian maju mendekat ke arah Randa. "Penyelingkuh bakalan tetep jadi penyelingkuh!"
"Kamu nyebut diri kamu?!" Sinis Randa mendorong Sabian hingga pria itu berjarak lagi darinya. Lalu menghela nafas pelan. "Kalau memang kamu duga aku selingkuh, aku bakal yakinin dugaan kamu. Aku bakal selingkuh!"
Selanjutnya Randa berlalu masuk ke kamar. Tidak mengacuhkan teriakan marah Sabian.
Tatapan Randa kosong menatap lantai kamar.
Telah menemukan jawaban dari pertanyaan Gibran.
Randa tidak bahagia...
.
.
.
.
.
21 July 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Hurt [S2-S3]
Genel Kurgu》Sequel Love Makes Hurt《 • • • Pernikahan yang Randa jalani bersama Dera rasanya sangat semu. Mereka memang menjadi orang tua yang baik untuk putra mereka. Arga. Namun, untuk menjadi sepasang suami istri, mereka belum melakukan yang terbaik. Hing...