[S3] 8. Tidak Ingin Peduli Lagi

1.5K 157 5
                                    

Meski Randa tidak enak badan, tapi ia ingin memenuhi ngidamnya untuk keluar membeli Jogja Scrummy setelah menonton review makanan di salah satu vlog youtuber tentang kue yang membuatnya tiba-tiba ingin memakan kue tersebut.

Langsung ke tokonya karena ia juga ingin jalan-jalan. Sudah tiga hari ia terkurung dalam apartemen karena lemas akibat morning sicknees yang ia alami.

Mungkin karena matahari yang sangat terik meski telah sore membuat penglihatan Randa berkunang-kunang.

Membeli Jogja Scrummy rasa cokelat dan keju lalu pulang. Itulah yang ada di kepalanya saat ini. Cepat-cepat memberitahu pegawai toko kue tersebut.

Seraya menunggu pesanannya dikemas, Randa memijat kedua pelipisnya seraya memejamkan mata sejenak.

"Saya mau ambil pesanan. Atas nama Gibran Kacamata."

Randa membuka matanya dan langsung bertemu pandang dengan sosok Gibran. Tapi kemudian pria itu membuang pandangan seraya menunggu pesanannya. Randa pun meraih pesanannya yang sudah siap lalu berjalan ke arah kasir untuk membayar.

Usai membayar Randa segera melangkah. Merasa langkahnya begitu ringan dan penglihatannya semakin memburam hingga merasakan kedua kakinya tidak memijak apapun.

Perhatian seluruh pengunjung toko tersebut tertuju pada sosok ibu hamil yang pingsan.

Gibran hanya menoleh sekilas. Mengetukkan jarinya di tepi lemari etalase di hadapannya.

Meski yang menjadi pusat perhatian tersebut adalah sosok yang ia kenali, tapi Gibran enggan peduli.

Namun....

Itu hanya beberapa detik saja Gibran berpikiran begitu. Karena detik selanjutnya, ia mendekat ke arah kerumunan tersebut, melihat kepala Randa kini dipangku oleh salah satu pegawai toko tersebut sedang berusaha disadarkan.

"Saya kenal dia."

Dan Gibran membawa Randa ke klinik terdekat dari sana. Mengetahui jika Randa sedang demam membuatnya merasa dejavu karena pernah seperti saat ini di masa lalu.

Membawa Randa pingsan karena demam dalam kondisi hamil.

Tatapan Gibran tertuju pada perut Randa yang sedikit menyembul meski wanita itu telah mengenakan baju kebesaran. Lalu menatap wajah Randa. Kedua pipinya tirus. Sangat tirus hingga terlihat cekung. Badannya pun terlihat kurus.

Apa Randa mengalami ngidam berat?

Richel saja yang hamil tidak sekurus ini, juga saat dulu Randa hamil tidak sekurus seperti saat ini?

Di balik kacamata berlensa itu, kedua mata Gibran terpaku pada wajah Randa.

Masih terlihat cantik....

Dengan pelan tangannya terulur untuk merapikan anak-anak rambut Randa yang berserakan di sekitar kening wanita itu. Mengusap pelan pipinya. Lalu menarik tangannya. Semakin terdiam menatap Randa.

Gibran ingin berandai.

Meski sia-sia.

Untuk sekedar menghibur dirinya sendiri....

Andai saja...

Andai saja Randa memilih dirinya, sudah pasti wanita itu tidak terlihat seperti ini. Hamil anaknya. Tidak akan ia biarkan Randa sendirian ke toko kue tersebut di hari yang begitu terik.

Sekali lagi Gibran menghela nafas kasar.

Ternyata rasa itu masih ada. Padahal sudah lama berlalu, pun ia telah menikah.

Tapi, mau bagaimana lagi. Meski usia pernikahannya dengan Richel telah dua tahun. Sebelum menikah, ia ingin melupakan Randa dengan memulainya dari awal dengan Richel, tapi sampai saat ini tidak ada yang berubah. Bahkan setelah Richel hamil anaknya pun.

Lalu kembali bertemu dengan Randa dalam keadaan seperti ini, rasa yang masih ada kembali muncul. Ia merasa begitu dekat dengan Randa.

Kembali lagi Gibran menatap Randa. Entah berapa lama posisinya seperti itu hingga kedua mata Randa terbuka dengan perlahan.

Dan wanita itu menatapnya. Dengan bola mata yang terkejut.

"Tadi lo pingsan di toko kue itu, jadi gue bawa lo ke klinik," ujar Gibran datar.

Lalu Randa menyentuh perutnya. Melihat raut khawatir wanita itu, Gibran kembali bersuara. "Kandungan lo gak pa-pa."

Randa kembali menatap Gibran. Terjadi keheningan beberapa saat hingga suara Randa kembali mengudara.

"Makasih Ran." Dengan mengukir senyum tipis.

Gibran hanya mengangguk pelan seraya berdiri. "Lo masih mau disini?" Masih tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Randa menggeleng pelan seraya beringsut duduk. "Gue udah gak pa-pa kok."

Gibran pamit untuk memanggil dokter lebih dulu.

Setelah dokter mempersilahkan Randa pulang, mereka keluar dari klinik tersebut.

Randa singgah duduk di bangku besi, sementara Gibran tetap melanjutkan langkahnya.

Tapi, pria itu berhenti lalu menoleh pada Randa yang duduk.

Menghela nafas pelan, ia memutar arah. Menghampiri Randa.

Kepala Randa mendongak saat Gibran tiba di hadapannya. Mengernyit menatap pria itu.  "Kenapa?"

"Sekarang udah hampir malam. Gue anterin lo pulang."

.

.

.

.

.

Katanya udah ga mau peduli🙄🤭

19 July 2021

Love Makes Hurt [S2-S3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang