[S3] 16. Ditolong

1.9K 199 17
                                    

"Dasar cengeng!"

Gadis kecil itu menangis sesenggukan, dengan berani menatap para kakak kelas yang mengejeknya.

"Kalian minggir! Aku mau pulang!!" Teriaknya kesal.

"Dasar pendek!" ejek salah satu dari mereka lalu menyuruh temannya untuk menggeledah tas anak baru tersebut, bahkan saku seragamnya. Hingga mereka menemukan sejumlah uang.

"Wah banyak juga duit jajan lo!"

"Balikin! Itu uangku!!" Ingin merampas uangnya kembali, tapi ia segera didorong hingga jatuh terduduk.

"Woy! Woy!"

Anak kelas enam SD tersebut yang mengambil uang anak baru kelas dua SD segera berlari berhamburan saat ada anak SMP yang menegur mereka.

Dengan sesenggukan gadis kecil tersebut merapikan buku-bukunya.

Tatapannya tertuju pada remaja SMP yang meraih tasnya lalu membantunya memasukkan bukunya.

"Kamu gak pa-pa?"

Dengan pelan Ruri menggeleng seraya menyeka air matanya. Ia dibantu anak SMP tersebut untuk berdiri. Membersihkan pasir yang tertempel di tangan serta betisnya.

Ruri memeluk tasnya mendongak menatap laki-laki di hadapannya.

"Lawan mereka. Jangan nangis doang!" ujar laki-laki itu.

"Mereka banyak." Suara Ruri mencicit seraya menunduk.

"Kamu masih kelas dua, ya?" Ruri mengangguk pelan kembali menatap remaja laki-laki tersebut.

"Masuk siang makanya pulang sore?" Lagi-lagi Ruri mengangguk. "Udah. Gak usah nangis. Kamu laporin ke guru dan orang tua kamu." Air mata Ruri diseka remaja tersebut lalu mengajaknya untuk membeli es krim.

"Dasar bocah!" Ruri menatap anak SMP yang menolongnya itu. Berhenti menjilat es krimnya.

"Emang aku masih bocah," jar Ruri kesal, lalu bertanya. "Kakak namanya siapa?"

"Kamu gak bisa baca?" Ada nada mengejek di pertanyaan tersebut membuat Ruri mendengus pelan.

"Bisa tau!"

"Coba baca ini." Laki-laki menunjuk badge name di depan dadanya.

Arga Satya Samudera.

"Arga!" Panggilan tersebut membuat Arga menoleh. Melihat Bundanya yang menjemputnya. Segera ia berdiri, lalu menunduk menatap gadis kecil yang ia tolong tadi.

"Kamu hati-hati dijalan."

Ruri menatap kepergian Arga yang segera naik ke dalam mobil lalu mobil itu melaju pergi.

Ruri menggerutu pelan karena belum ada yang menjemputnya.
 
*****

Randa melirik Ruri yang sedari tadi diam, tidak seperti biasanya. Padahal anaknya itu begitu cerewet. Semenjak pulang dari sekolah, wajahnya merengut kesal terus. Cemberut.

Bahkan enggan makan siang. Meski ia menawarkan ayam krispi, tapi Ruri tetap enggan makan.

"Ruri, ayo makan Nak. Nanti perutmu sakit. Emang kamu makan apa di sekolah sampai kekenyangan?"

Ruri hanya diam sedang mencoret buku gambar di hadapannya.

Randa terdiam sejenak, lalu menghela nafas pelan. "Ya udah, Ruri mau apa? Bunda turuti deh."

"Ruri mau pindah sekolah, Bunda." Ruri menoleh menatap Bundanya. "Kita balik lagi ke Bandung ya? Ruri gak suka di sini. Gak ada yang suka sama Ruri. Mereka ngatain Ruri pendek dan ambil uang jajan Ruri."

Love Makes Hurt [S2-S3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang