Sabian keluar dari kamar menghampiri Randa lalu duduk di sebelah wanita itu yang masih terisak tertahan. Tetap membiarkan Randa seperti itu hingga beberapa saat kemudian wanita itu menurunkan kedua tangannya usai menyeka kedua matanya yang memerah masih berkaca-kaca.
Membalas tatapannya. "Gue... gue pengen Arga, Bi."
Menghela nafas pelan, Sabian meraih salah satu tangan Randa lalu menggeleng. "Dera gak bakalan biarin itu, Mir. Bukannya lo udah putusin nyerahin Arga ke Dera? Nanti kalau Dera dan Rere rujuk, Arga bisa dirawat Rere juga. Rasa bersalah lo bakal terhapuskan karena Rere bahagia lagi. Bisa ngerasin jadi seorang ibu."
Randa menggeleng pelan. Menunduk. Dengan suara yang begitu lirih ia berujar. "Gue... kangen Arga."
Menegakkan kepala, Sabian dengan kedua tangannya menangkup wajah wanita itu agar bisa membalas tatapannnya. "Mira, lo kan bisa ketemu Arga walaupun udah pisah dari Dera."
"Kalau Dera gak mau?" Kedua tangan Randa mengenggam tangan Sabian menatap memelas pria itu. "Please, bantuin gue, Bi. Biar hak asuh Arga sama gue."
"Mira..."
"Kalau Dera dan Rere gak rujuk gimana? Gue gak mau Arga punya ibu baru selain Rere! Gue gak rela Bi," sela Randa dengan nada cemas. Kecil kemungkinan jika Dera dan Rere kembali bersama. Tidak rela jika wanita lain yang akan menjadi ibu sambung Arga kalau Dera menikah dengan wanita lain.
"Lo tenang. Oke?" Sabian menatap Randa penuh pengertian menyuruh agar tidak perlu cemas.
Randa beranjak, masuk ke kamar tamu.
Usai pintu kamar Randa tertutup, Sabian menelepon. Kemudian tersambung. "Eh Bang, gue mau ketemu nih."
Membasahi bibirnya mendengarkan jawaban si penerima panggilan. "Oke besok. Gue mau bicarain masalah perceraian." Senyum Sabian terukir lebar tidak sabar menunggu perpisahan antara Randa dan Dera.
*****
"Mana Bunda?"
Gerakan tangan Dera yang ingin meraih botol susu Arga berhenti, ia menoleh menatap Arga yang duduk menatapnya dengan pandangan mengantuk.
Tersenyum tipis, ia mengusap kepala Arga lalu memberikan botol susu untuk putranya tersebut. "Arga mau ke rumah Kakak twins, besok?"
Memilih mengalihkan pembicaraan. Hal selalu ia lakukan jika Arga mencari Randa.
Putranya itu melepas botol susu dari mulutnya. "Ain fayel-fayel ama maam cokka?" Yang dimaksud dari perkataan Arga adalah bermain tembak menembak bersama Orion dan memakan cokelat bersama Aurora.
"Jangan maam cokelat. Tuh gigi Arga nanti rusak terus dicabut. Sakit tau." Dera memasang ekspresi mengerikan agar Arga takut untuk memakan cokelat.
"Yus kapan oyeh maam cokka?" Kedua mata itu menatapnya penuh harap membuat Dera gemas.
"Kapan-kapan deh."
Arga mulai merengek membuat Dera tertawa. "Emang kamu ngerti Nak yang dibilang Ayah?"
Anaknya masih merengek bahkan mulai menaiki tubuhnya. Layaknya seorang superhero yang melawan monster.
Dera bangun lalu membanting pelan tubuh Arga di atas ranjang. Bukannya takut, Arga malah tertawa. Lalu memeluk leher Dera. Tertawa tiada hentinya.
Kedua tangan Dera melingkar di tubuh Arga mengangkat putranya itu yang masih tertawa ke atas pangkuannya.
Arga terdiam, ia melepaskan pelukannya dari Ayahnya, lalu menatap Ayahnya yang menunduk. Ikut menunduk agar bisa melihat Ayahnya yang ternyata menangis dengan suara tertahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Hurt [S2-S3]
Ficción General》Sequel Love Makes Hurt《 • • • Pernikahan yang Randa jalani bersama Dera rasanya sangat semu. Mereka memang menjadi orang tua yang baik untuk putra mereka. Arga. Namun, untuk menjadi sepasang suami istri, mereka belum melakukan yang terbaik. Hing...