Dera menghela nafas kasar setelah mendengar perkataan Rere. Ternyata istrinya itu dari bertemu dengan Randa. Membuatnya merasa emosi. Bersiap memarahi Rere.
Tapi, perkataan Rere membuatnya bungkam.
"Mbak Randa gak mau kok Arga tau kalau dia Bundanya.".
Dera mengerutkan kening menatap Rere. Kenapa Randa bersikap seperti itu? Bukannya Randa sangat ingin bertemu Arga? Bahkan ingin mengambil hak asuh Arga.
"Bahkan tadi sempat ketemu Arga di kafe itu, tapi Mbak Randa gak mau aku ngasih tau Arga." Dera terdiam mendengar penjelasan Rere.
Rere beringsut mendekat duduk ke arah Dera. Mengusap lengan Dera dengan lembut. "Mas, sampai kapan kamu membenci Mbak Randa? Harusnya Mas berdamai dengan semua ini."
"Mungkin dia gak mau ketemu Arga karena udah punya anak dari bajingan itu," ujar Dera sinis. Berpendapat jika Randa tidak lagi memiliki keinginan untuk bertemu bahkan mengambil alih hak asuh Arga karena telah memiliki anak dari Sabian.
Baguslah jika seperti itu, Dera tidak perlu was-was jika suatu saat nanti Randa kembali meminta agar Arga tinggal dengan wanita itu.
"Mas kok ngomong gitu?" Rere menghela nafas pelan. "Gimana kalau besok kita ke rumah Mbak Randa? Aku udah dikasih tau alamatnya. Arga juga harus kenal Bundanya..."
"Gak boleh!" sela Dera tajam. "Kamu tuh jangan terlalu baik, Re! Randa mungkin sok-sok'an gak mau biar Arga kenal dia biar kita kasihan terus..."
"Mas! Kenapa kamu suuzdon gitu? Segitu bencinya kamu sama Mbak Randa?" sela Rere menatap suaminya tidak percaya jika Dera masih begitu membenci Randa padahal sudah lama berlalu. "Harusnya kamu sadar, Mas. Kamu yang jahat karena memisahkan ibu dan anaknya. Emang kamu lupa, dulu kamu gak mau akuin Arga. Kamu gak mau bertanggung jawab. Mbak Randa sendirian nanggung beban. Hamil tanpa seorang suami, jadi gunjingan orang-orang. Mbak Randa..."
Rere menitihkan air mata. Sesakit-sakitnya ia, lebih sakit Randa. Memikirkan bagaimana perjuangan Randa seorang diri saat mengandung Arga, tanpa seorang suami.
Dera terdiam mendengar perkataan Rere. Termenung.
"Bunda." Panggilan tersebut membuat mereka tersentak, melihat Arga berdiri tidak jauh dari mereka dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Kedua matanya terkepal kuat.
"Jadi bener aku bukan anak kandung Bunda?" Suara Arga bergetar, juga tercekat menatap Ayah dan Bunda secara bergantian.
"Ga, kamu ngomong apa sih? Bunda itu ibu kandung kamu!" Dera berdiri berusaha menghampiri Arga yang malah mundur. Membuatnya berhenti mendekat. Tatapan anaknya begitu kecewa.
"Kenapa Ayah bohong?!" desis Arga. "Jawab aku, Bunda bukan ibu kandungku, kan?" Kini Arga menatap Bunda yang terlihat begitu sendu.
"Arga..."
"Ayah! Kenapa aku gak boleh tau? Kenapa?!" sela Arga seraya mengusap kedua sudut matanya.
"Arga..."
"Iya, kamu bukan anak kandung Bunda," sela Rere dengan suara bergetar. Ia ikut berdiri.
Dera menatap protes Rere.
Arga menggeleng pelan. Air matanya semakin merembes keluar.
"Arga..."
"Kenapa kalian bohongin aku?!! Kalian jahat!!" teriak Arga marah lalu berlari masuk ke kamarnya. Mengunci kamarnya. Merasa kecewa karena merasa dibohongi oleh orang tuanya. Juga merasa sedih karena ternyata Rere bukan ibu kandungnya.
*****
"Kamu serius mau ke sana?" tanya Shalita membuat Arga berhenti melangkah, ia menatap gadis itu yang mengikutinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Hurt [S2-S3]
Ficción General》Sequel Love Makes Hurt《 • • • Pernikahan yang Randa jalani bersama Dera rasanya sangat semu. Mereka memang menjadi orang tua yang baik untuk putra mereka. Arga. Namun, untuk menjadi sepasang suami istri, mereka belum melakukan yang terbaik. Hing...