Rere yang sedang menghitung pemasukan untuk bulan ini toko bunga tempatnya bekerja, harus tersentak karena kedatangan Dita yang begitu heboh.
Membuatnya menghela nafas pelan. Menatap malas Dita.
"Re, kamu gak tau..." Rere hendak menjawab, tapi Dita kembali menyerobot. "Pasti gak tau kan?!"
"Apa sih?"
"Nih lihat!" Dita menyodorkan ponselnya yang menyala. Menampilkan sebuah status WhatsApp Dera yang menampakkan Arga yang terbaring di atas brankar.
Segera Rere beranjak dari duduknya. Meraih ponsel dan tasnya. Pamit pada Dita untuk menjenguk Arga.
Memesan taksi online, setelah ia bertanya pada Dera dimana Arga dirawat.
Perasaan Rere kalut. Begitu khawatir. Arga masih kecil dan tangannya sudah diinfus. Pasti anak itu rewel.
Ia menekan rasa egonya. Tidak memikirkan lagi dengan apa keputusannya yang ingin menjauh dari kehidupan Dera setelah malam itu pria itu mengajaknya rujuk untuk kembali bersama.
Kini rasa cemasnya pada Arga lebih mendominasi. Hampir dua minggu tidak berjumpa, ia malah mendapat kabar jika Arga masuk rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, ia langsung melesat ke ruang perawatan Arga. Menemukan sosok gadis yang ia duga sebagai pengasuh Arga. Gadis itu sedang membujuk Arga agar mau disuapi, tapi Arga merengek tidak mau. Tidak ada tanda-tanda dari keberadaan Dera.
"Tante!" Seruan Arga yang lemah dengan pandangan sayu khas orang sakit membuat Rere mencelos. Ia segera menghambur dan memeluk Arga. Mengecup dengan penuh kasih sayang kepala Arga.
"Ini akit. Aga mau lepas!" Arga merengek menunjuk jarum infus yang menusuk punggung tangannya yang mungil.
"Gak boleh Sayang. Itu dipasang biar Arga cepat sembuh. Jangan banyak gerak nanti tangan Arga luka, berdarah," tutur Rere lembut, sembari menyeka air mata Arga. Lalu ia menatap pengasuh Arga.
"Biar saya yang suapin." Segera ia membujuk Arga akhirnya ingin makan.
Sambil menyuap Arga, ia bertanya pada pengasuh Arga. "Arga sakit apa?"
"Kena muntaber Mbak."
"Kok bisa?" tanya Rere terkejut.
"Em... itu... saya beliin dia es cendol di pinggir jalan."
"Harusnya kamu liat-liat dulu dong! Apa itu steril atau enggak? Jangan sembarangan kasih makanan." Rere mulai mengomel membuat gadis itu tertunduk.
Kedatangan Dera membuat ruangan tersebut hening. Segera Rere kembali fokus pada Arga lalu membantu Arga minum obat.
Tidak berapa lama Arga tertidur, tidak lagi merengek.
Dera meminta pengasuh Arga untuk pulang karena ia yang akan menjaga Arga.
Tidak ada percakapan antara Rere dan Dera keduanya hanya terdiam. Dera yang duduk di sofa, sementara Rere duduk di atas brankar Arga, mengusap pelan rambut Arga membuat Arga semakin terlelap.
"Walaupun Mas sibuk kerja, harusnya Mas perhatiin Arga juga. Kasih tau pengasuh dia buat gak ngasih Arga jajan sembarangan!" Rere mulai bersuara kini menatap Dera. Suaranya tetap dijaga agar tidak membangunkan Arga.
"Maaf, aku emang gak becus jagain Arga." Dera menunduk setelah menghela nafas kasar. Merasa bersalah karena akhir-akhir ini tidak memperhatikan Arga. Sibuk galau karena penolakan Rere.
"Jangan karena Mas juga gak becus jadi suami, Mas juga gak becus jadi Ayah!" Rere segera membuang pandangannya saat Dera menatapnya.
Setelah terjadi keheningan beberapa saat Dera kembali bersuara. "Kok bisa kamu tau Arga masuk rumah sakit?"
![](https://img.wattpad.com/cover/263665682-288-k297871.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Makes Hurt [S2-S3]
Ficción General》Sequel Love Makes Hurt《 • • • Pernikahan yang Randa jalani bersama Dera rasanya sangat semu. Mereka memang menjadi orang tua yang baik untuk putra mereka. Arga. Namun, untuk menjadi sepasang suami istri, mereka belum melakukan yang terbaik. Hing...