Prolog

82 4 0
                                    

Kesialan kecil membawa aku pada pengalaman yang tidak diharapkan. Sebuah tangga melingkar ditutup pintu koboi, suara deritnya sialan. Aku menaiki tangga tersebut dan menerobos pintunya. Sejenak kuseka sekeliling, menebak-nebak keadaan rumah ini.

Kurasakan tiba-tiba wujudku sedang diawasi sesuatu, dari ujung rambut berakhir di sepatu yang kukenakan. Ah, ini hanya firasat. Tetapi tengkukku menghangat di bawah desiran angin sore. Kumulai langkahku lagi setelah panggilan kelima dari Wina. Namun aku tak berhenti di depan kamarnya. Ada pintu kamar terbuka lebar dalam jarak lima langkah dari kamar Wina. Bukan daun pintu yang menarik kakiku, melainkan aroma yang menenangkan. Kuyakin penciumanku menangkap sumbernya dari ruangan di balik pintu itu.

Benar saja, wewangian lebih menebar ketika aku berdiri di depan kamar itu. Pedalaman kamar lebih bersih dari yang kuduga. Sebuah ranjang kayu, agaknya trembesi, dan satu lemari cokelat selebar rentangan tangan dewasa. Jendela terbuka tepat di seberang pintu. Ini kamar kosong yang menunggu sewa, demikian pikiranku. Angin sore masih berhembus. Kembali Wina menyerukan namaku, sekali ini lebih lantang. Aku berbalik badan untuk bergegas ke kamarnya. Baru tiga langkah,

Brakk!

Wina meradang lantaran aku tak juga masuk. Tetapi aku keliru, itu bunyi pintu di belakangku.

[Real Story] Kost Angker Pejaten Jakarta Selatan [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang