Mereka Ada

28 1 0
                                    

Kesimpulannya, rumah ini dihuni jin atau setan. Makhluk-makhluk tak kasat mata itu sudah beberapa kali menunjukkan tanda, bahkan sesekali menampakkan wujud. Semestinya kalau mau eksis, mereka cukup tampil di hari-hari pertama. Nyatanya tidak, mereka butuh waktu lama untuk narsis, untuk memuaskan diri.

Akan tetapi sugesti positif sementara ini sedikit membantu beradaptasi di tempat baru. Ini seperti meyakinkan diri, bahwa antara manusia dan makhluk astral perlu berbagi tempat. Tidak mudah melewati kondisi begini, terkadang rasa takut berlebihan meluap tanpa bisa dibendung. Seperti gangguan yang berikut ini.

Teman berwudhu

Beberapa kali aku mengaji saat bertamu ke kamar Wina. Waktunya sholat, kuusahakan segera. Mula-mula aku berpikir hal-hal semacam itu dapat menjinakkan jin yang hobi mengusik, padahal tidak juga, makhluk gaib masih saja dengan sikapnya yang sebelumnya. Yang sebenarnya, dengan beribadah pandangan terhadap rasa takut akan lebih baik. Aku bukan sedang mendakwah; mungkin tidak berlebihan bahwa hanya Tuhan yang berhak ditakuti manusia.

Suatu ketika azan maghrib bersahut-sahutan. Aku sendirian di kamar, Wina keluar sebentar bersama temannya, Siska, membeli makanan. Buku di tangan rasanya tanggung ditutup. Menyelesaikan satu bab, aku beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu.

Seperti yang sudah-sudah, tiap kali masuk ke ruangan lembab ini pasti teringat ponsel Wina. Aku bergeming sejenak, mengamati dinding bak kamar mandi itu. Agaknya nuansa kali ini berbeda, kupikir mereka ada di sini. Leherku berdenyut tidak karuan, pertanda takut mulai menjalar.

Selanjutnya terdengar langkah kaki milik dua orang di tangga, kini pikiranku berangsur pulih dengan kehadiran Wina dan Siska. Aku pun mulai menciduk air dari ember dengan posisi badan membungkuk.

Sambil berwudhu aku berpikir ember besar ini sudah saatnya dibersihkan. Sisi dalamnya sudah berkerak. Bukan airnya kotor, melainkan embernya terlalu lama tidak diurus. Tetapi di bawah sinar lampu yang sudah lebih terang aku masih melihat jelas airnya jernih, begitu pula bayanganku.

Tinggal kaki yang wajib dibasuh, tetapi tanganku terasa berat, lebih tepatnya gemetar. Air di dalam ember beriak-riak kecil hingga tenang. Aku terpaku seolah-olah tidak punya kesadaran, hanya membungkuk dan memusatkan mata pada air yang riaknya semakin lama kian tenang.
Bayangan sesosok perempuan memantul dari air di dalam ember. Dari posisi pantulan, ia berdiri tepat di depanku, barangkali tak sampai sejengkal dari kepalaku. Badannya membungkuk sedikit saja, rambutnya yang kasar lebih terlihat daripada wajahnya. Bernapas barang sehela pun rasanya seperti mendaki Himalaya, bahkan mengucap sembarang doa gigiku tak berhenti bergeretak. Sosok itu terus mematung, terasa begitu lama, sampai akhirnya aku tinggal melihat bayangan wajahku seorang.

Langkahku kemudian mundur tidak teratur, meninggalkan gayung yang jatuh di lantai.Dengan terhuyung-huyung aku sampai di kamar Wina, menyelinap ke dalam selimut. Wina dan temannya terheran-heran, barangkali wajahku terlihat seperti orang kurang waras.

"Kamu kenapa? Diganggu lagi?" Wina langsung menyergap, tampak wajahnya tak bisa menyembunyikan kecemasan.

Suasana langsung gaduh. Aku setengah sadar baru saja membuat waktu mereka berantakan. Padahal dua anak ini sudah merencanakan bertemu sejak kali pertama pindahan kos.

Berada di tengah-tengah manusia sungguhan, pelan-pelan kesadaranku membaik. Namun tidak demikian dengan kecemasan mereka berdua. Siska tak kalah cemas, menjurus takut, padahal dengar-dengar dia peka terhadap makhluk gaib.

Bibirku sejak berselimut tadi tak berhenti mengumik, berucap istighfar. Rasa takut yang barusan sampai membuat perut mulas. Aku minta air hangat pada Wina yang langsung dipenuhinya. Kira-kira 30 menit aku baru sadar sepenuhnya. Beringsut dari selimut untuk menyeduh kopi sendiri. Waktu maghrib sudah kandas, sedangkan aku saja baru ingat belum sempat membasuh kaki saat tadi wudhu.

[Real Story] Kost Angker Pejaten Jakarta Selatan [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang