Bukti-bukti datang beruntun dalam waktu singkat. Misteri ini bukanlah suatu kebetulan. Ada oknum yang merancangnya tekun dan teliti. Yaitu Mas Haji Satar dan putranya adalah yang paling bertanggung jawab atas segalanya. Pada suatu malam antara 1941 ketika Mas Haji Satar membunuh Sukma, dia luput pada satu perkara penting: Perjanjian itu tidak dapat dilaksanakan karena belum waktunya. Maka dia menyimpan pusakanya untuk selanjutnya diwariskan kepada anaknya.
Haji Mufid tentu sudah mengikuti serangkaian indoktrinasi dan dia patuh atas wasiat ayahnya. Dengan cerdik dia menyimpan benda pusaka itu yang akan digunakannya sebagai sarana ritus perjanjian. Lagi-lagi Azazil keliru karena menyatakan Haji Mufid tak pernah sanggup memberikan korban terakhir. Perjanjian ini memang meminta 101 nyawa, tetapi batas waktunya ditetapkan sampai hari ini. Dalam arti apabila Haji Mufid menuntaskan permintaan itu sebelum waktunya tidak terlalu berguna.
Haji Mufid memilih datang sebagai ahli bangunan lalu menyimpan benda ritus di rumah ini. Aku percaya ada persamaan mendasar yang dapat ditarik dari keluarga ini. Mereka semua tak lain dari korban yang diincar. Pak Wi dan Fani lahir pada hari, pasaran, dan mangsa yang sama. Fani bercerita dia punya saudara kembar. Aku tidak tahu bagaimana yang lain, aku pikir tidak perlu mencari kepastian karena arahnya pasti ke situ. Selain waktu kelahiran, keluarga ini berasal dari suatu daerah yang sama. Fani boleh jadi lahir di Jakarta, namun tidak dengan asal muasalnya.
Kini pemahamanku jauh lebih berani. Yang benar adalah korbannya sudah ditetapkan, bukan dipilih apalagi menunggu secara acak. Sukma sengaja mengecoh Pak Wi melalui bisikan, supaya orang tua itu percaya pada laku sesaji dan permintaan-permintaan serta pantangan serta yang lain-lain. Harapannya agar rumah ini tetap dalam kendali sampai waktunya.
Di sisi lain, kehadiran aku sebenarnya dimanfaatkan jin atau setan itu demi mengubah situasi. Makhluk itu sengaja mengganggu aku dan Wina, memanfaatkan kecerobohan dan kebodohanku hingga membuat seisi rumah panik. Kejadian yang menimpa Lis menambah kepanikan itu. Sesungguhnya ini hanyalah hukum sebab akibat. Orang yang panik akan meminta tolong meski pada seekor kambing. Setan itu mengulur waktunya dengan cermat, menjejali bisikan-bisikan yang berlainan kepada Pak Wi, mengatur waktu sedemikian rupa sehingga pada akhirnya Pak Wi berangkat menemui Haji Mufid guna meminta pertolongannya.
Aku sudah salah menilai keberangkatan Fani ke Semarang. Perempuan ini tidak pergi untuk lain-lain kecuali pekerjaannya. Saat berada jauh dari rumah ada energi yang tidak disadari yang mempengaruhi pikirannya agar pulang lebih cepat. Satu jam lebih sedikit yang lalu Fani menelepon aku dan setelah mendengar apa yang aku ucapkan dia pasti semakin mantap sampai lebih cepat.
Fani mengaku telah mendengar cerita yang lebih pasti baru-baru ini. Informasinya pasti bersumber dari Pak Wi yang berhulu pada bisikan maupun ucapan-ucapan Haji Mufid. Dalam situasi mendesak manusia seringkali percaya pada apa pun dan siapa saja.
Aku berani menebak apa yang terjadi berikutnya. Haji Mufid akan datang bersama Pak Wi. Sementara Fani bisa saja tiba lebih dulu atau terlambat. Segera setalah seluruh anggota rumah ini berkumpul, Haji Mufid langsung menggelar ritus dengan alasan yang dibuat-buat, yakni dengan maksud mengusir setan jahat dari dalam bangunan ini.
Dan aku aku masih perlu lagi membantah Azazil. Ritus pamungkas tidak akan dilangsungkan di tepi pantai tetapi di dalam rumah ini. Lantas mengapa Mas Haji Satar dahulu hendak melarung abu Sukma? Sebenarnya dia tidak akan melakukannya. Berita mengenai pelarungan ini asalnya dari Azazil. Sekarang aku berani menyatakan makhluk itu lebih banyak salahnya. Andaikata pelarungan dijadikan ritual terakhir, betapa mustahilnya kegiatan tersebut. Haji Mufid mestinya tidak akan susah payah menanamkan kotak rahasianya di rumah ini. Dia hanya perlu menyimpan di kamarnya lalu pergi ke pesisir selatan untuk melakoni ritus itu.
Beberapa hal mengenai misteri Sukma perlu diluruskan lagi, terutama soal bagaimana Sukma meneluh korbannya. Aku mendapat dua kabar dari Azazil dan Pak Wi. Menurut Azazil metode teluh Sukma menggunakan air garam sehingga korbannya bakal mati kesakitan dengan perut membengkak lantaran dipenuhi begitu banyak air dengan kandungan garam tinggi—kabar ini diperkuat dengan adanya pengakuan Pak Wi mengenai kematian ibu bapaknya. Adapun Pak Wi bilang, Sukma telah meneluh mati ribuan orang karena ia tidak tahu siapa-siapa saja calon korbannya yang lahir bersamaan dengan mangsa kelahirannya. Ini pun sulit dimengerti. Begini, pemilik otoritas kabar berita ini adalah Sukma. Makhluk ini mengecoh Azazil dan Pak Wi dengan dua informasi. Sepintas Sukma tampak bodoh, setidaknya kesaktiannya berkurang lantaran ia tidak tahu siapa yang harus menjadi korbannya. Namun dengan kenyataan Haji Mufid merancang rencana hebat atas penghuni rumah ini, aku meyakini sejak semula korbannya sudah ditentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Real Story] Kost Angker Pejaten Jakarta Selatan [Complete]
HorrorCerita berikut adalah kisah nyata yang sempat fenomenal di Kaskus pada tahun 2016. Saya sebagai reuploader sudah mendapatkan izin dan restu dari pihak pertama. Selamat membaca and Stay Creep...