Siska

21 2 0
                                    

Siska hari-hari berikutnya berlangganan singgah untuk bertemu Wina. Dua-duanya satu kampus, sama fakultas, lain jurusan. Ada bagusnya kami sering-sering bertemu indigo (soal ini aku kerap ragu lantaran sifatnya yang selalu saja penakut) agar bisa mendengar pendapatnya.

Namun sebenarnya terkadang Siska justru membuat masalah. Manusia ini ekspresif, apa yang di kepala itulah yang diucapkan saat itu juga. Dia selalu menganggap isi kepalanya seperti saripati makanan yang wajib dikeluarkan. Akan kuceritakan makhluk bernama Siska ini dari penuturan Wina.

The Virgin

Ada waktu-waktu di mana makhluk halus seperti malas mengganggu manusia. Tidak perlu dicari tahu alasannya, mungkin saja sedang bosan dan perlu me time sejenak.

Maka datanglah Siska pada suatu hari. Wina mengatakan padanya, sudah beberapa hari terakhir situasi di rumah itu tentram tanpa gangguan jin. Celakanya Siska membantah Wina. Menurut intuisinya, aura jahat di sana masih sama, seandainya Wina juga mampu merasa. Bisa-bisanya dia menyama ratakan kemampuannya dengan semua orang? Tetapi percuma saja mendebat, sebab begitulah Siska.

Hari itu mereka mengobrol banyak seperti sepasang pencuri sedang merancang aksinya. Tetapi obrolan tidak pernah jauh-jauh dari dunia astral, sebab sekali lagi makhluk gaib itu dibenci sekaligus dicinta.
Dalam pandangan lain, saudaraku, Mas Isra (sudah kuulas sebelumnya, dia kakak sepupuku) pernah berkata, jin suka jika ada manusia yang membicarakannya, apalagi jika terdapat ketakutan di dalam hati manusia. Sebab mereka tahu betul apa pentingnya supremasi, dan manusia diciptakan lebih tinggi kedudukannya di antara semua makhluk.

Konon jin suka mengganggu manusia atas dasar kepentingan supremasi itu. Mudahnya seperti membuktikan bahwa dirinya lebih hebat dari manusia. Dalam banyak kasus, katanya, jin juga suka membuat perjanjian dengan manusia. Terang saja pada akhirnya manusia selalu rugi jika berkolega dengan jin.

Entah benar atau tidak pendapat Mas Isra itu, tetapi aku bisa menerimanya. Berkaitan dengan kedatangan Siska, mungkin saja obrolan berkepanjangan tentang gaib itu mengusik para lelembut penghuni rumah. Mendekati maghrib, Siska menyela percakapan lantaran merasa ada yang aneh. Sejak tadi playlist di ponselnya berulang-ulang memutar lagu "Cinta Terlarang" milik The Virgin.

"Rese banget sih dari tadi lagu itu nggak berhenti-berhenti!"

Selesai Siska membentak, saat itu juga hening. Lagu itu berhenti sama sekali. Wina rupanya sudah mulai didera takut beberapa saat sebelumnya, karena pembicaraan soal gaib itu tak juga berhenti. Tetapi ia sungkan mengakui dengan alasan Siska terlalu bersemangat. Pada akhirnya keanehan kecil itu melemahkan nyalinya.

Kemudian Siska bangkit dari kasur untuk mengambil handphone di meja rias. Tiba-tiba saja benda itu bergeser tanpa sebab hingga jatuh ke lantai. Sontak ia menjerit lalu melompat ke kasur. Sedangkan Wina, melihat temannya yang indigo saja begitu, tentu saja sama takutnya atau lebih-lebih.

Keduanya sempat berpelukan atas dasar takut. Di saat seperti itu Wina berupaya menghimpun keberanian, melepaskan Siska, berdiri untuk memungut handphone. Tidak terjadi apa-apa. Cara itu berhasil membuat Siska mengatasi rasa takut sementara waktu.

Namun tanpa alasan yang jelas Siska kembali menjerit, sekali ini lebih histeris. Dia menunjuk-nunjuk gordyn, mengatakan ada perempuan di luar sana, tampak siluetnya. Wina merasa heran awalnya, lantaran ia tak melihat apa-apa. Tetapi belakangan Wina ikut ketakutan, menyadari penglihatan Siska yang lebih tajam.

Beberapa saat kemudian Siska kian menjerit, mengatakan makhluk itu berdiri di depan meja rias, seolah sedang berkaca.

Menutup hari yang sial, dua gadis itu akhirnya kembali berpelukan hingga lama. Sejak hari itu Wina tak pernah percaya diri berada di kamar. Meyakini bahwa kamarnya adalah tempat jin jahat bersarang. Sungguh pun tidak melihat apa yang dikatakan Siska, Wina percaya sepenuhnya bahwa perempuan itu beserta yang lain-lain ada dan akan terus-terusan mengganggu.

Mulai hari itu pula setiap ada kesempatan Wina ke luar menghabiskan waktu. Khususnya jika aku alpa mengunjunginya. Baginya, tidak masalah bergadang hingga menjelang fajar, asalkan bukan di kamarnya. Sikapnya berubah cukup terbalik, menjadi pencemas dan temperamen, terutama jika aku tidak punya banyak waktu untuk menemaninya

[Real Story] Kost Angker Pejaten Jakarta Selatan [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang