Beberapa hal berubah jadi tidak menarik malam ini. Kepalaku terus berdenyut memusingkan teka-teki dari apa yang kudengar dan kulihat. Rumah ini sungguh mengerikan, aku tidak bergurau pada diriku sendiri. Tetapi di sisi sebaliknya aku penasaran.
Keanehan datang timbul tenggelam. Sialnya, aku merasakan alurnya. Siapa pun penghuni nirwujud di dalam bangunan ini, bagaimana pun jejak-jejak masa lalunya, ia atau mereka sudah terang-terangan ingin mengadakan sebuah permainan denganku. Tidakkah berlebihan apabila aku katakan mereka memang mengincarku?
Siapa diriku hingga harus terlibat dalam permainan ini, nah, ini teka-teki yang lain. Aku saja tidak pernah bisa mengenal diriku secara fisik, apalagi yang sifatnya supra. Lalu apa yang membuat mereka memilihku, bagaimana menentukan kriterianya? Atau ini semacam undian berhadiah kesialan, jadi siapa pun bisa terlibat, suka ataupun tidak.
Kupikir lamunanku baru saja menemukan penjelasan yang sedikit bisa diterima. Tiba-tiba aku sangat bersemangat memikirkannya lebih jauh.
Pak Wi, dalam bisik-bisiknya berkata, sesuatu sudah mengiringi diriku sejak lama. Apabila ia jelaskan apa sesuatu itu, dalam pembicaraan tentang supra, tentu maksudnya ialah berkenaan dengan kegaiban atau anti wujud.
Jangan pandang siapa yang berkata, dengar apa yang diucapkan, demikian petuah bijak yang kerap diulang sampai masa sekarang. Perlukah aku menuruti perkataan Pak Wi yang itu? Agaknya tidak. Aku percaya yang aku dengar tadi belum tentu ucapannya.
Aku juga harus menegaskan bahwa aku sudah terburu mencabut rasa percaya terhadapnya. Pak Wi terlalu banyak menyimpan rahasia dan aku yakin, kehidupannya ditutupi kelambu yangberlapis-lapis. Bahkan jika sekadar menangkap pantulan bayangannya pun sangat sulit, bagaimana menjangkau yang zahir. Yang tidak dapat kubantah, Pak Wi punya pengetahuan lebih banyak daripada siapa pun perihal rumah ini.
Sudah cukup jelas, tak perlu aku memasukkan keterangan Pak Wi tentang diriku, sekalipun soal yang lain-lain mungkin saja.
Satu lagi, Lis. Perempuan itu telah bertakzim terang-terangan dengan cara mencium punggung tangan Pak Wi. Hanya ada lima alasan seseorang mencium tangan yang lain; sebab orang itu berilmu, berharta, berjabatan lebih tinggi, berikatan darah dan kerabat karena lebih tua, dan tanda cinta seorang lelaki terhadap perempuannya dan sebaliknya.
Seperti apa kedudukan Pak Wi di mata Lis? Aku mengenyahkan Pak Wi dari daftar orang yang berilmu, punya jabatan, kaya raya, dan memiliki hubungan cinta. Cukuplah Lis menunjukkan sikap demikian sebab suatu ikatan darah. Lagipula, nama mereka identik meski bukan sama persis.
Ini memang baru dugaan. Tetapi duga menduga adalah cara pertama untuk menggapai kebenaran.
Eh, Alvin, desak diriku tiba-tiba, bagaimana caramu membuktikan dugaan? Bukankah dugaan itu harus dibuktikan agar menjadi fakta?
Aku menjawab dengan enteng; biarlah aku menjadikannya sebagai anggapan.
Anggapan itu bisa disebut dugaan, bisa pula pernyataan yang bersifat umum. Tetapi anggapan bukan juga sebuah kebenaran. Jadi mana yang kau pilih? Sebuah pertanyaan yang lain lagi muncul.
Mudahnya begini, jika tampak langit berselimut awan hitam, semua orang boleh menganggap hujan bakal turun. Sepertinya aku akan memenangkan pertanyaanku sendiri dengan mudah.
Awan hitam merupakan pertanda hujan, anggapan itu bisa diperkuat dengan hembusan angin. Aku bisa juga mengatakan, sebaiknya aku besok membawa payung karena sekarang musim hujan.
Maka tidak keliru apabila aku menggunakan anggapan untuk menilai Pak Wi dan Lis, Pak Wi dan tindak-tanduknya yang aneh. Pak Wi menaruh sesaji, merapal sesuatu dengan kumak-kumik yang tidak jelas di depan lukisan, perilaku itu kemudian memberikan pengesahan kepada aku untuk menganggap Pak Wi adalah orang yang berkomunikasi dengan makhluk astral. Alasannya, dia tahu apa yang harus ditaruh malam ini, besok, atau hari yang lain lagi. Tidakkah orang memberikan sesuatu itu berdasarkan pengetahuannya, dan sudah pasti Pak Wi tahu karena ia berkomunikasi dengan jin dan sebangsanya. Pak Wi tidak sembarangan menaruh, kecuali mengetahui apa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana ia harus menyaji dan kepada siapa ia melakukan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/265698838-288-k177326.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[Real Story] Kost Angker Pejaten Jakarta Selatan [Complete]
TerrorCerita berikut adalah kisah nyata yang sempat fenomenal di Kaskus pada tahun 2016. Saya sebagai reuploader sudah mendapatkan izin dan restu dari pihak pertama. Selamat membaca and Stay Creep...