Kabar Dari Penulis Misterius

11 1 0
                                    

Aku sadarkan diri dan mendapati lebih banyak orang berkumpul di kamar Wina. Kepala sedikit pusing. Wina berdiri membelakangiku, tampak berbicara dengan Pak Wi dan Mbak Fani. Tampak pula Mas Ron dan Lis.

Mas Ron memberitahu Wina bahwa aku sudah siuman. Dengan begitu Wina segera mendekat. Pertanyaan pertamanya adalah bagaimana keadaanku.

“Aku baik-baik saja,” ujarku.

Sebenarnya kehadiran penghuni lain rumah ini malah membikin kurang nyaman. Kuingat-ingat lagi. Pasti mereka tertarik ke sini karena medengar jeritanku.

Pada Wina, aku minta dicarikan minyak gosok. Ia langsung beranjak dari kasur dan kembali beberapa saat kemudian dengan sebotol minyak gosok.

“Biar kuurut,” tawarnya.

“Aku saja. Kamu bicara saja dengan mereka.”

Wina menurut sehingga ia kembali berada di antara orang-orang. Isi pembicaraan itu sepertinya bisa menimbulkan penasaran. Tetapi bertingkah pura-pura lemas menurutku lebih baik daripada menghadapi interogasi berkepanjangan.

Ruangan ini masih juga berwarna kekuningan. Entah kapan listrik kembali hidup.

Kupejamkan mata sejenak supaya mengingat-ingat lebih pasti. Makhluk jelek itu...aku tak percaya ia sudah pergi. Kekuatan makhluk nirwujud itu pasti cukup dihormati di kalangannya. Bisa jadi ia penghuni asli rumah ini turun temurun. Tak berlebihan apabila aku menyebutnya anak kampung sini asli alias akamsi. Dugaan yang menguat, jin akamsi alias si muka terbalik alias si leher panjang ini terlibat dalam semua kengerian yang tercipta di sini. Jangkauannya luas seperti sinyal seluler terkemuka, dengan begitu ia juga tentu punya jaringan sesamanya dan sangat berpengaruh. Ia pelaku tunggal, one satan show.

Selintas bunyi bedebuk yang tidak dikira-kira terdengar, membuat semua orang berpaling. Tetapi mereka tidak berkata barang seucap.

Itu berasal dari binder yang seperti tiba-tiba jatuh ke lantai di samping kasur. Sialan! Bikin kaget saja. Bisa-bisa aku mengulang pingsan.

Namun ada maksud penting pastinya yang tertulis di dalamnya. Hati-hati aku memiringkan badan. Lalu dengan lebih hati-hati lagi kubuka binder tersebut untuk menemukan kabar baru dari makhluk yang lain.

Cahaya lampu minyak menyulitkan pembacaan tulisan. Makhluk misterius yang satu lagi ini menulis dengan ukuran font sewajarnya namun kapital, padahal aku berharap tulisannya besar supaya mudah dibaca.

“SUKMA. DIA BERNAMA SUKMA. JANGAN PERCAYA PADA NAMANYA DAN PADA APAPUN TENTANGNYA. DIA AKAN MENJERAT TIAP JIWA-JIWA YANG MENJADI PENGGANGGUNYA.”

Kemudian aku mengutip halaman lanjutannya, informasi rahasia itu bersambung.

“SESEORANG MEMAKSANYA ENYAH KE UJUNG SANA. IA AKAN KEMBALI UNTUK MENUNTUT PERMINTAAN YANG SAMA. KAMU TAHU APA YANG MENYEBABKAN KERUSUHAN MALAM INI?”

Halaman berikutnya...

“PEREMPUANMU MEMBUAT SATU KESALAHAN KECIL YANG TIDAK DISADARI. CAWAN KELAPA ITU MILIKNYA. ADA BERAGAM PENGHORMATAN YANG WINA TAK SENGAJA TUMPAHKAN. SUPAYA KAMU TAHU SEDIKIT, DIA MENYUKAI BUNGA, KARENA MENYEBARKAN KEHARUMAN. RUPA-RUPA BUNGA MEMBUATNYA LUPA TERHADAP KEBUSUKANNYA SENDIRI DAN KEJAHATAN-KEJAHATANNYA.”

Berikutnya lagi...

“TAPI WINA PUNYA KESALAHAN BESAR TERHADAPMU YANG DISENGAJA. SUPAYA KAMU TAHU SEDIKIT, DIA MENGHUBUNGI BEKAS LELAKINYA BEBERAPA KALI DAN BERTEMU JUGA BEBERAPA KALI. MENURUT PENGLIHATANKU DIA MULAI TAK YAKIN PADAMU.”

Kurangajar, makhluk ini malah mengajak bergosip!

Oh, tapi bagaimana kalau itu benar, demikian aku berpikir. Mendidih juga darahku dipanasi dengan cara begini. Namun yang paling konyol, bagaimana aku percaya sedangkan pemilik tulisan ini bisa saja menulis apa-apa sekehendak dirinya.

Ada tulisan yang lain...

“TERKADANG SULIT MENERIMA KEBENARAN TANPA BUKTI. MAKA PERIKSALAH BUKU YANG SEPERTI INI MILIKNYA. DI SITU AKAN TERBACA PENGAKUAN DAN KENANGAN-KENANGAN MANIS BERSAMA BEKAS LELAKINYA SEBANYAK TIGA HALAMAN PANJANG.”

Ah, masa bodoh gosip murahan yang berasal dari jin. Kalaupun benar, aku tak punya penghakiman, sebab diri ini juga pernah menyeleweng dengan pemilik rumah ini.

Halaman yang lain, rupanya masih ada terusannya...

“SEJATINYA KAMU TAK PERNAH BERKHIANAT. KAMU HANYA MEMBELA HASRATMU YANG TERLAHIR DI ATAS RATA-RATA. WAKTU SEGERA MEMBUATMU MENGETAHUI KEBENARANNYA.”

Lho, rasanya ada yang aneh. Ini seperti si empunya tulisan menulis sesuai pikiranku sekarang. Penasaran, terbuka kertas selanjutnya.

“MUDAH TENTUNYA MENGETAHUI ISI KEPALAMU. AKU LEBIH SUKA JIKA KAMU JUGA MENULIS. SEKARANG ADALAH PENGECUALIAN. TETAPI AKU INGIN PERGI SEKARANG. SUKMA TELAH MENYENTUHMU BAHKAN SEBELUM MALAM INI. MEWANTI DIRI SENDIRI JAUH LEBIH BAIK DALAM SADAR MAUPUN TIDAK.”

Setelah itu ia tidak lagi membalas. Huh, kalau dipikir-pikir, lingkungan gaib punya sisi menarik juga. Mereka punya nama sebagaimana manusia. Sukma itu tentu nama individu, bukan nama kelompok atau jenis. Orang-orang tua dari dulu tak pernah mengatakan “Awas ada hantu sukma!” Selain itu Sukma terlalu bagus dijadikan sebutan hantu tertentu. Coba aku beri contoh, kuntilanak, sundel bolong, butho ijo, pocong, nah! Dari susunan hurufnya saja sudah mewujudkan kengerian.

Maka aku percaya, Sukma yang disebut tulisan misterius ini menyempit pada satu oknum, bukan kelompoknya.

Sementara itu, termasuk jenis hantu apa Si Sukma ini, belum lagi jelas. Tapi aku lebih percaya penggolongan makhluk halus berdasarkan wujudnya semata-mata berasal dari kacamata manusia. Konon di Jepang, salah satu jenis hantu yang termasyhur ialah onryo. Makhluk ini digenderkan perempuan, memiliki rambut panjang terurai bak model shampo dan rambut itu lebih sering terlihat ketimbang wajahnya. Onryo dipercaya sebagai arwah penasaran yang memiliki dendam belum terbalaskan selama hidupnya. Kemudian dari dunia lain itu onryo menebar teror. Penggambaran karakter hantu jenis ini dipertontonkan dalam salah satu seri The Grudge.

Masih dalam The Grudge, ada hantu terkenal lain, yakni Zashiki Warashi. Wujudnya seorang bocah, bermuka pucat dan polos. Namun dalam mitos yang umum, hantu jenis ini tidak berbahaya. Sebaliknya, dipercaya bisa mendatangkan keberuntungan bagi penghuni rumah.

Di negara ini perwujudan jenis hantu arus utama berbeda-beda tiap daerah. Adapun jenis kuntilanak, pocong, atau genderuwo terkesan mendominasi karakter hantu dikarenakan pencitraan visual yang digalakkan industri hiburan selama puluhan tahun. Padahal kalau mau menggali lebih dalam, masih banyak hantu lokal yang berkesan kuat, tetapi termarjinalkan dari layar kaca, sebutlah begu ganjang di Sumatera dan bombo, sejenis hantu penunggu tempat angker di Sulawesi.

Lamunanku cukup lama hingga tepukan Wina menyadarkanku.

“Kamu sedang apa?”

Tepukan itu cukup mengagetkan meski aku masih bisa menguasai diri. Setelah berbalik badan, aku baru tahu orang-orang sudah pada meninggalkan kamar ini.

“Kenapa kamu tadi begitu?” Wina memulai.

Aku sendiri tak tahu bagaimana asalnya. Yang jelas, dari ingatanku, Wina tak tampak wujudnya. Aku hanya melihat si leher panjang sialan itu. Semua yang masih membekas kemudian kuceritakan lengkap. Wina mendengarkan sepenuhnya tanpa memotong perkataanku sekali pun.

Lalu ketika ceritaku berakhir, ia berkata, “Pak Wi minta izin masuk ke kamar ini setiap Selasa dan Kamis.”

“Untuk apa?”

“Dia cuma bilang, mungkin bisa membantu.”

“Kalau gitu artinya rumah ini memang berhantu.”

“Udahlah, nggak ada jalan lain. Apa salahnya diikuti, yang penting kita merasa aman.”

Selanjutnya aku diam. Mengingat-ingat hari dan tanggal, besok Kamis.

[Real Story] Kost Angker Pejaten Jakarta Selatan [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang