.
.Tidak ada lagi hal yang membuatnya tersenyum, dunia seakan mengunci segala bahagia untuknya sekarang.
Ia tidak menyalahkan siapapun dan apapun, akan tetapi, ia sedang mencoba berdamai pada diri sendiri dan berdamai dengan dunia barunya.Avisha harus melewati hari-hari penantian, menanti hal yang sudah jelas hasilnya. Menurutnya sih begitu, tapi entahlah bagaimana hasilnya nanti.
Beberapa kenyataan yang harus Avisha simpulkan, dirinya bukanlah lagi pacar dari Alano melainkan kakak baginya. Dan, dia juga tidak harus mengharapkan kasih sayang Dikto yang ia inginkan sejak kecil, karena memang dia bukanlah putrinya.
Sudahlah, untuk apa juga memikirkan hal yang menyedihkan.
Hari ini SMA NUSA BANGSA melaksanakan Ujian sekolah sebelum masuk ke beberapa ujian selanjutnya, pantas saja di setiap teras kelas ramai, berbondong-bondong siswa menenteng tas dan mempelajari sesuatu dari bukunya.
Ketika sampai di salah ruangan, Avisha mendengar namanya dipanggil, ternyata ada kedua temannya yang sudah menemukan ruangan untuk ujian.
"Sa, lo ko baru dateng sih? Lo udah belajar belum?" tanya Nuri
Avisha menganggukkan kepalanya, lalu ia melirik Ariala yang tengah membaca buku dengan fokus.
"Dia pengen masuk ke UGM, jadi ya lo bisa liat sendiri!" ujar Nuri
Avisha hanya membulatkan mulutnya, semua temannya sudah memiliki planning setelah lulusan, sedangkan dirinya? Untuk kuliah saja ia bingung harus ambil jurusan apa?
Avisha merasa tiba-tiba perutnya sedikit aneh, atau karena makanan instan selama seminggu ini ya?
"Ri, mulai berapa menit lagi sih?" tanya Avisha sembari memegang perutnya
Nuri melihat pergelangan tangannya yang terdapat jam tangannya, "masih lima belas menit lagi sih, kenapa emangnya?"
"Gue mau ke toilet bentar, gue titip tas dulu ya?!" ujarnya lalu lari terbirit-birit menuju toilet
Setelah hampir lima menit berlalu, Avisha keluar dari toilet itu dan mencuci tangannya di wastafel, dengan segera ia kembali ke kelas karena ujian akan segera dimulai.
"Kak!"
Avisha sempat tersentak, bagaimana tidak ucapan itu muncul tiba-tiba saat dirinya baru saja keluar pintu toilet.
Rara, dia lagi. Sebentar-sebentar Avisha dan sekarang Kakak, memang dasarnya anak labil.
"Apa lagi? Lo mau hukum atas semua dosa-dosa gue?" tanya Avisha dengan lantang
"Bukan, semalam Alano bales email aku, ini kak!"
Avisha mengerutkan dahinya melihat kertas yang diserahkan oleh Rara
"Itu udah aku print, yang ada didalam itu semua tulisan Alano. Kalo gitu aku permisi kak!" ujarnya lalu bergegas pergi
Namun, baru saja membalikkan badan Rara langsung menghentikan langkahnya, ia kembali menatap Avisha, "maaf kak!"
"Yah, gue maafin!" jawabnya lalu pergi dari sana.
***
Revan mencoba mengimbangi langkahnya menjadi lebih lambat, karena saat ini dirinya tengah berjalan dengan Avisha, dan entah kenapa anak itu seperti seseorang yang tidak bersemangat hari ini.
"Heh!" tegur Revan
Avisha hanya menatapnya sejenak
"Kenapa lo?" tanya Revan
KAMU SEDANG MEMBACA
Persahabatan [END]
Teen FictionKenangan buruk seseorang bukanlah suatu keinginan, melainkan suatu kejadian yang hadir tak terelakkan. Tak banyak mereka melupakan atau bahkan sebagian dari mereka mungkin berusaha melupakan meski kejadian itu terus membekas setiap detik di hidupny...