Avisha tengah memecahkan telur ayam, dengan sangat hati-hati akhirnya ia bisa menaruh isi telur itu kedalam mangkuk.
Avisha menambahkan garam, daun bawang, dan sedikit MSG, membuat telur dadar adalah hal yang mudah bahkan kebanyakan orang bisa melakukannya.
Avisha menyalakan kompor, mengatur apinya menjadi sedang, menunggu beberapa saat lalu Avisha memasukan telur ke atas teplon.
Tok tok tok
"Sapa si," keluh Avisha, "bodo ah, pura-pura ngga denger."
Tok tok tok
"Siapa?!" teriak Avisha
Tok tok tok
Tok tok tok
Sepertinya si tamu sangat tidak sabar, membuat Avisha terpaksa mematikan api kompor dan keluar membukakan pintu.
"Iya sebentar!" sahut Avisha
Avisha terdiam saat membuka pintu, matanya mengedar memperhatikan dua orang lelaki berbadan besar dengan pakaian menyeramkan.
"Cari siapa?" tanya Avisha
"Apa benar ini rumah ibu Shinta Ilyana?" tanya lelaki berbadan gemuk
"Iya benar, saya anaknya," jawab Avisha dengan rasa takut, "ada pa ya?"
"Kami dari pihak bank ingin menagih hutang, sudah tiga bulan ibu anda tidak membayar tagihan." jawab lelaki satunya
"Tapi, ibu saya sedang bekerja belum pulang."
"Tadi kami sudah ke toko ibu anda tapi beliau tidak ada, salah satu karyawannya memberikan alamat rumah ini. Saya pikir ibu anda ada di rumah."
"Beneran nggak ada kok, motornya aja nggak di rumah pak!" sahut Avisha
"Oh begitu ya, kalau begitu sampaikan pada ibu anda untuk segera membayar tagihan."
"Kalau begitu kami permisi!"
Avisha mengangguk, ia memperhatikan dua orang debt colector yang mulai menjauh dari pintu depan, lalu
"Tunggu!" panggil Avisha
Dua debt colector itu berhenti dan menunggu Avisha yang berjalan kearahnya, "ada apa?" tanya lelaki itu
"Boleh saya lihat? Seberapa banyak hutang ibu saya?"
"Karena anda putrinya, silahkan!" lelaki itu menyerahkan satu map pada Avisha
Tertulis jelas Shinta memiliki hutang sepuluh juta, sedangkan Shinta sudah tiga bulan tidak membayar tagihan hingga bunga bank semakin menumpuk. Jika di total untuk hari ini adalah tiga belas juta?
"Segini banyaknya?" lirih Avisha
Debt colector itu meraih map tersebut, "maka dari itu beri tahu ibu anda untuk segera membayar, saya permisi!"
Avisha terdiam, ia bisa merasakan betapa lelahnya Shinta mencari nafkah untuk dirinya dan untuk membayar hutang.
Avisha memasuki rumah dan mengabaikan telur dadar yang akan dimasak, nafsu makannya hilang pikirannya mengacu pada hutang Shinta yang menumpuk.
Kenapa ada banyak sekali masalah akhir-akhir ini? Apakah dirinya tengah dihukum? Bahkan kini Avisha mengumpat dirinya sendiri karena menjadi beban bagi orang disekitarnya.
"Pinter banget mintanya merek GUCCI, mengingat dirinya nggak mampu beli!"
Olokan itu? Avisha jadi ingat ia memiliki barang branded dari Anya. Gila! Bukan untuk dijual tapi Avisha ingat itu barang mahal dari Anya dan Avisha harus mengembalikannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Persahabatan [END]
Ficção AdolescenteKenangan buruk seseorang bukanlah suatu keinginan, melainkan suatu kejadian yang hadir tak terelakkan. Tak banyak mereka melupakan atau bahkan sebagian dari mereka mungkin berusaha melupakan meski kejadian itu terus membekas setiap detik di hidupny...