Bagian 33|| Si Hitam dan Pecundang

434 39 5
                                    

Warning!!!
Banyak kata-kata kasar di part ini, saatnya lebih bijak dalam membaca hehe.

Warning!!!Banyak kata-kata kasar di part ini, saatnya lebih bijak dalam membaca hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nih biar nggak tegang wkwkwk

🌹

Tatapan Avisha begitu berat, tatapannya belum sepenuhnya sempurna, ia menoleh kesana kemari dan mengingat kejadian yang membuatnya terbaring di UKS.

"eh udah sadar lo!" ujar Anya sembari menyodorkan satu gelas teh hangat

Avisha paham, ia langsung mengubah posisinya menjadi duduk dan menerima teh hangat tersebut lalu meneguknya.

"Sebenarnya gue kenapa sih, Nya?" tanya Avisha dengan kepalanya yang masih terasa berat

"Lo kena-"

"Permisi!" ujar lelaki yang baru saja masuk ke dalam UKS

Seketika tatapan mereka mengarah ke lelaki yang baru saja datang itu.

"Nanti aja ya gue ceritanya, gue duluan!" ujar Anya lalu ia pergi meninggalkan UKS

Avisha seakan tak percaya dengan sosok lelaki di hadapannya, matanya berkaca-kaca ia sangat merindukan sosok ini, lama tak jumpa.

Lelaki itu melangkah ke arah Avisha dan mulai memeluknya, memeluk penuh kasih sayang, "kamu baik-baik aja?" tanya lelaki itu sembari membelai lembut puncak kepala Avisha

"Abang!" lirih Avisha di dalam pelukan sang kakak

Pelukan mereka mengendur setelah itu Ihza menatap lekat wajah adiknya, "kalo emang nggak sanggup, kamu nggak perlu maksain buat ikut tim!"

Avisha tak mengindahkan perkataan Ihza barusan, ia kembali memeluk kakaknya dan bermanja-manja di dada bidang kakaknya.

Ihza terkekeh adiknya ini sangat manja ternyata.

"Bang aku tuh bisa, tapi tadi ada orang yang sengaja nimpuk kepalaku pake bola!" rengek Avisha seperti anak kecil.

"Oh ya? Mana coba abang liat!" ujar Ihza sembari meneliti kepala adiknya

"Oh ya bang, kok Abang bisa disini?" tanya Avisha

Ihza menghentikan pergerakannya yang meneliti kepala adiknya, lalu membalasnya dengan senyuman.

"Abang udah pulang ke rumah kan? Iya kan bang?"

"Iya Sa, kamu tenang aja!"

"Syukurlah kalo gitu!" Avisha menghela nafasnya sejenak, "tapi kenapa Abang disini? Nggak takut sama ancaman papah?"

"Nggak, kan acara ini yang sponsori Abang!"

"Ha?"

"Iya, kamu pikir sekolah mau ngeluarin sebegitu banyaknya biaya cuma buat hadiah pemenang lomba?"

Benar, hadiah dari lomba basket ini sangatlah fantastis, mulai dari uang 3 juta untung juara tiga, uang 4 juta untuk juara dua serta hadiah kaos, sedangkan juara satu mendapatkan uang 5 juta sekaligus voucher belanja di toko brand ternama.

Persahabatan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang