🌹
Tatapan mereka terus saja bertemu, saling melempar senyum dan membuang muka karena malu.
Kini Alano menghalangi jalan Avisha, yang tak lain Avisha harus berhenti dan mematung di hadapan Alano. "Kenapa?"
"Maaf ya, aku belum bisa anter jemput kamu setiap hari," ucap Alano sembari berkedip-kedip lucu. "Tapi aku janji! Aku akan ngikutin jadwal bus yang dateng ke sekolah ini!" ujarnya sembari menunjukan jari peace.
Avisha terkekeh, lalu ia sedikit menepis tubuh Alano yang menghalangi jalannya. "Nggak perlu minta maaf Nano, kamu kan tau aku ini cewek tangguh!"
Alano menggaruk tengkuknya yang tak gatal, benar ia memiliki kekasih yang tangguh kekasih yang tak pernah mengeluh. "Hmmm gitu ya?"
Avisha menghentikan langkahnya, sontak membuat langkah Alano ikut terhenti, Avisha memutar badannya lalu diikuti dengan Alano hingga kini posisi mereka berhadapan. "Empat hari lagi, udah siap kamu jadi kelas sebelas?"
Alano memicingkan matanya lalu sedikit mengacak poni Avisha. "Siap dong Apis, nggak ada kata nggak siap di kamus Nano!"
"Uuu gemes, panggil nama sendiri pake sebutan Nano!" ucap Avisha dengan kedua tangan yang mengepal lalu di letakkan di bawah dagunya.
"Tumben nggak cubit pipi? Biasanya kalo gemes kamu suka cubit pipi aku?" tanya Alano polos
Seketika Avisha berpura-pura membenahi poninya yang memang sedikit teracak karena ulah Alano, lagi-lagi dirinya di buat malu. Bagaimana tidak Alano mengucapkan kata-kata itu tepat di samping kerumunan siswa-siswi yang berlalu lalang menuju kelas.
"Hihhh Nano pelanin suara kamu!" tutur Avisha dengan suara lirih
"Oke!" ucap Alano tanpa suara, hanya ada pergerakkan dari mulutnya
"Ya udah sana ke kelas!"
"Nggak mau!" ucap Alano sembari menggeleng imut dan menyandarkan tubuhnya di samping tembok
Haduh ini anak bisa nggak si kalo nggemesin di situasi yang tepat batin Avisha
"Nano, ke kelas ya! Nanti istirahat aku ke kelas kamu deh sama Anya!" titah Avisha di lembut-lembutkan seperti sedang memerintah anak kecil
"Oke!" ujar Alano antusias
"Ya udah sana!"
Alano membenahi posisinya lalu mendekat ke posisi berdiri Avisha, mencium telapak tangan kanannya lalu menempelkannya pada pipi Avisha, setelah itu Alano berlalu tanpa permisi dan langkahnya sangat cepat.
Avisha memejamkan matanya, memegangi pipinya yang terasa panas akibat dicium perantara dari Alano.
Jantung Avisha terus berpacu cepat, meski si pelaku sudah tak nampak dari pandangannya, andai saja ia di tempat yang sangat sepi pasti kali ini Avisha akan guling-guling dan teriak-teriak tidak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persahabatan [END]
Novela JuvenilKenangan buruk seseorang bukanlah suatu keinginan, melainkan suatu kejadian yang hadir tak terelakkan. Tak banyak mereka melupakan atau bahkan sebagian dari mereka mungkin berusaha melupakan meski kejadian itu terus membekas setiap detik di hidupny...