Sebuah petasan meledak tepat dihadapan Hoseok, laki-laki tersebut langsung terlonjak kaget, kantong belanjaan yang sebelumnya berada dalam genggaman kini tergeletak di atas tanah dengan isi belanjaan yang berhamburan keluar.
Menoleh kearah sosok anak kecil yang kini menatap takut kearahnya, Hoseok memutuskan untuk mendekati anak kecil tersebut. Gemas juga jika dibiarkan, pasalnya belakangan ini ketenangannya terganggu oleh suara petasan yang meledak silih berganti, pelaku dari kegiatan tersebut merupakan sekumpulan anak kecil yang tak pernah absen memainkan petasan dengan jenis yang bervariasi.
Heran, apa orang tua dari anak-anak tersebut tidak merasa khawatir sedikitpun jika semisal anak mereka terkena ledakan dari petasan tersebut? Terlebih lagi mereka bermain petasan tanpa pengawasan dari orangtua, meresahkan.
"Hei, kau tak takut bermain petasan?"
Anak laki-laki tersebut diam seribu bahasa, kakinya sedikit bergetar entah karena alasan apa, mungkin takut dimarahi oleh Jung Hoseok yang jelas-jelas kini melontarkan sebuah senyum ramah kearahnya. Jika dibiarkan lama tak menutup kemungkinan anak tersebut akan menangis, atau lebih parahnya mengompol saking takutnya ia sekarang.
Berbeda dari hari-hari sebelumnya, biasanya Hoseok mendapati gerombolan anak kecil dalam jumlah tiga sampai lima orang, namun kini yang ia dapati hanya satu anak kecil yang masih bingung harus berbuat apa dihadapannya.
"Anu... Maafkan aku, aku tidak sengaja tadi, sungguh."
Kentara sekali, anak ini agaknya merasa bersalah sekaligus was-was.
"Lain ka–"
"Astaga hyung, kau memalak anak kecil?"
Kalimat Hoseok terjeda tatkala mendapati Jimin yang kini tengah bersedekap dan menatap dengan penuh selidik dibelakangnya, agaknya remaja tersebut hendak mengganggunya kali ini, entah drama apa yang akan terjadi selanjutnya, Hoseok harap anak kecil dihadapannya tidak terseret dalam drama tersebut.
"Ingat, hyung. Kegiatan semacam ini tergolong tindakan buruk, bahkan kau tega memalak anak kecil ini?"
Jimin menatap anak kecil tadi kemudian melambaikan tangan kearahnya, hendak menyapa namun anak kecil tersebut langsung berpaling, seolah tak ingin menanggapi Jimin barang sedikitpun.
Menyadari hal tersebut tentu saja Jimin dibuat dongkol luar biasa, anak kecil ini tak bersyukur, kapan lagi ia disapa oleh orang setampan Park Jimin? Benar-benar menyebalkan.
"Siapa namamu?"
Anak tadi terhenyak, menatap Hoseok dengan panik. "Aku benar-benar tidak akan mengulanginya lagi, jangan laporkan ke orangtuaku, tolong..."
Hoseok menggeleng. "Tidak, aku hanya bertanya nama, selebihnya sudah ku maafkan."
"Jangan percaya, paman ini berbohong, lebih baik kau–"
Hoseok membekap mulut Jimin dengan gemas, remaja ini benar-benar jahil, bahkan anak kecil saja tak luput dari kejahilannya. Jika tak dibekap saat ini juga, tak menutup kemungkinan Jimin akan mengatakan bermacam hal yang mampu menyebabkan kesalahpahaman diantara dirinya dan juga anak kecil tersebut.
"Ya? Aku hanya bertanya siapa namamu, tak usah khawatir.''
Anak kecil itu menunduk, dengan suara agak bergetar akhirnya ia menyebutkan namanya sendiri. "Beomgyu, Choi Beomgyu."
"Hei, namamu tak asing! Namamu mirip seseorang, tapi siapa–"
Lagi-lagi Hoseok membekap mulut Jimin, pasalnya Beomgyu nampak ketakutan mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Jimin barusan.
"Baiklah Beomgyu, lebih baik kau bermain hal lain, petasan berbahaya kau tau?" Beomgyu mengangguk ragu, sepertinya tak tau sepenuhnya dengan maksud bahaya yang dimaksud oleh Hoseok barusan. "Jika meledak mengenai mu, rasanya seperti terbakar api, panas dan menyakitkan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Life
FanfictionAttention! Cerita ini hanyalah cerita ringan yang cocok dibaca disaat waktu luang, cerita ini bukanlah cerita bersambung yang memiliki konflik yang berat. Cerita ini ditulis untuk menghibur para pembaca, thanks buat yang udah mampir. ______________...