Taehyung menatap secarik kertas dihadapannya dengan mata berkaca-kaca, ia terus-terusan menghembuskan nafasnya dengan gusar.
Secarik kertas bertuliskan huruf 'F' dengan tinta merah di pojok kanan atasnya mampu membuat Taehyung ingin mengubur kepalanya di halaman belakang saat itu juga, merasa sedih, kesal, sekaligus kecewa pada diri sendiri.
Taehyung sudah berusaha keras, bahkan ia sudah begadang semalaman hanya untuk memahami segala materi bahasa Inggris yang akan diujikan.
Jikalau orangtuanya mengetahui nilai dibawah rata-rata miliknya, dapat dipastikan rasa kecewa akan menghampiri keduanya, dan Taehyung tak ingin melihat hal itu.
Telinga Taehyung berdenging saking frustasi nya dirinya saat ini, entah mengapa materi bahasa Inggris yang telah dijelaskan oleh guru profesional di sekolahnya seakan-akan hanyalah angin lalu yang tak mampu diserap oleh otak Taehyung sedikitpun.
Bukannya benci ataupun tak ada keinginan sedikitpun dalam belajar, hanya saja ia sadar diri jika setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan dalam suatu bidang, tapi disisi lain Taehyung ingin memperbaiki nilainya, hingga setidaknya ia mendapat nilai B.
Tolong, Taehyung ingin mengubah bahasa Korea menjadi bahasa internasional saja jika seperti ini caranya.
"Kau ini kenapa, Tae?"
Merasa terpanggil, Taehyung menolehkan kepalanya dan mendapati Hoseok tengah menatap teduh dirinya. Refleks, Taehyung langsung menyembunyikan kertas miliknya dibalik tubuh kurus nya.
"Tidak ada."
Hoseok mengangkat sebelah alisnya, tak mempercayai ucapan Taehyung barusan, ayolah pancaran mata Taehyung terlihat jelas jika ia tengah berbohong sekarang. "Kenapa? Ceritakan padaku, aku melihatmu terus-terusan menghela nafas sedari tadi. Ada masalah?"
Benar juga, Taehyung harus berkeluh-kesah pada Hoseok sekarang juga untuk mengurangi tekanan dalam dirinya, mau bagaimanapun mereka adalah keluarga yang sudah tinggal bertahun-tahun. Saling terbuka akan mempererat hubungan itu.
Dengan pasrah, Taehyung mengulurkan kertas miliknya dihadapan Hoseok, dapat ia lihat Hoseok agak terbelalak melihat nilai merah miliknya.
Hoseok tersenyum tipis, kemudian mengusak pelan surai kecoklatan milik Taehyung. "Kau sudah berusaha, aku tau ini hasil kerjamu sendiri, jadi jangan bersedih lagi."
Taehyung menggeleng tak terima dengan kepala tertunduk dalam. "Tidak bisa, hyung. Nilai bahasa Inggris ku selalu merah, aku khawatir tidak bisa naik kelas jika seperti ini. Bagaimana reaksi orangtuaku jika seperti ini?"
"Hust! Jangan pesimis seperti ini. Aku juga payah dalam bahasa Inggris, aku juga tau betapa sulitnya bahasa satu ini."
"Lantas, aku harus bagaimana, hyung?''
Sempat hening beberapa saat, sebelum akhirnya terbesit sebuah ide cemerlang yang mampir di benak Hoseok.
"Aku ada ide."
Tatapan Taehyung langsung terfokus sepenuhnya pada wajah berbinar Hoseok.
"Belajar seorang diri kurasa bukan solusi untukmu, karena kau tak akan tau letak kesalahan dalam belajar." Hoseok tersenyum penuh arti. "Kau tau kan jika hanya Namjoon yang ahli dalam bahasa Inggris di apartemen ini, kau minta diajari dia saja, aku juga sering bertanya padanya. Pelan-pelan kau akan bisa sepertiku, semangat! Tersenyumlah, jangan memasang wajah ditekuk terus-terusan, kau jadi jelek."
Lega, hal itulah yang dirasakan Taehyung saat ini. Memang Hoseok itu bagai Doraemon yang mampu memecahkan segala masalah, Taehyung merasa beruntung mengenal Hoseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Life
Fiksi PenggemarAttention! Cerita ini hanyalah cerita ringan yang cocok dibaca disaat waktu luang, cerita ini bukanlah cerita bersambung yang memiliki konflik yang berat. Cerita ini ditulis untuk menghibur para pembaca, thanks buat yang udah mampir. ______________...