Yoongi berjalan menuju kamar mandi dengan wajah bingung, apartemen nampak sepi hari ini. Padahal biasanya di jam segini apartemen sudah ramai seperti tengah tawuran, karena biasanya ia yang bangun paling lambat dihari minggu, sehingga seluruh penghuni apartemen sudah melakukan kegiatan mereka masing-masing.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, jadwal Yoongi bangun dihari minggu. Namun, hari ini berbeda. Tak ada sambutan riuh dari tiga bocah SMA seperti yang biasa mereka lakukan tiap minggunya.
Ada apa gerangan?
Yoongi mengendikkan bahu tak peduli dan segera membasuh wajah rupawannya di kamar mandi, beginilah kebiasaan Yoongi, tidak mandi pagi dihari minggu, ya meskipun terkadang di hari biasa ia juga malas untuk mandi sih.
Setelah mencuci wajahnya, Yoongi segera menghampiri sofa yang seolah melambai guna menggodanya untuk duduk disana.
Nampaknya, godaan sofa pada Yoongi berhasil. Yoongi segera duduk disana kemudian menyalakan televisi, tak lupa setoples cemilan dimeja sudah berpindah di pangkuannya.
Setelah menggonta-ganti channel televisi, akhirnya Yoongi menemukan channel yang sekiranya cocok untuk dirinya. Acara apalagi kalau bukan kartun kumamon kesayangannya, ia menatap beruang(?) hitam yang nampak menggemaskan di matanya.
Yoongi selalu mampu dibuat gemas oleh karakter kartun satu itu.
Sudah hampir satu jam Yoongi menonton televisi, namun semua orang tak kunjung bangun. Ia jadi gemas sendiri karena mereka tak kunjung bangun.
Apakah ini yang mereka rasakan kalau ia tak kunjung bangun jika sudah bertegur sapa dengan kasur?
"Yoongi hyung..?"
Yoongi segera menoleh mendengar suara serak seseorang yang memanggilnya, ia mendapati Jungkook yang berjalan setengah mengantuk kearahnya.
Jungkook nampak kumal dengan rambut acak-acakan, kantung mata yang bergelayut manja di matanya, dan juga selimut yang masih menutupi tubuhnya.
Tak berapa lama, Jungkook sudah sampai dihadapan Yoongi dan segera duduk disampingnya, berkali-kali remaja itu menguap lebar.
"Hyung, tumben sudah bangun?" tanya Jungkook yang masih merem melek.
"Hmm, ini sudah siang."
"Hhooaamm, benarkah? Bukankah ini masih jam delapan?" tanya Jungkook lagi sambil menguap.
"Ini sudah jam.... Heh?! Menyingkir!" usir Yoongi sembari mendorong tubuh Jungkook menjauh.
Bagaimana tidak? Pasalnya Jungkook menggunakan paha Yoongi sebagai bantal, karena ia masih merasa sangat mengantuk. Mengabaikan Yoongi yang terang-terangan merasa terusik karena tingkah lakunya.
"Aku ngantuk, hyung.."
"Kalau mengantuk, tidur dikamar sana!" usir Yoongi sekali lagi.
Bukannya segera menyingkir, dengan polosnya Jungkook justru tidur lelap di pangkuan Yoongi.
Merasa risih akan hal itu, Yoongi segera menyingkirkan kepala Jungkook dari pahanya dengan perlahan, setelah berhasil ia segera mengambil bantal dari kamar nya sebagai bantal dongsaengnya tersebut.
Baru saja Yoongi mematikan televisi, datang lagi satu orang yang juga baru bangun dari tidurnya.
Jimin turun dari lantai atas dengan rambut acak-acakan, bahkan dua kancing atas piyama miliknya terbuka, menampilkan dada miliknya yang menggoda (untukku).
"Pagi, hyung." sapa Jimin sembari menyugar rambutnya.
"Yaa.." jawab Yoongi dengan singkat.
"Tumben sudah bangun, hyung."
"Justru seharusnya aku yang bertanya begitu."
"Loh? Memangnya kenapa, hyung?"
"Ini sudah siang, jam 12, Jimin-ssi.."
"Benarkah? Yaampun, aku kesiangan. Semalam aku terbangun mendengar teriakan Jungkook. Dasar laki-laki itu!"
Yoongi mengendikkan bahu tak peduli lantas berjalan santai menuju dapur untuk membuat sarapan. Jangan salah, Yoongi pintar dalam memasak namun jarang mau melakukannya. Ia khawatir penghuni apartemen menyukai hasil masakannya sehingga menjadi ketagihan. Bisa gawat jika nantinya ia disuruh memasak tiap hari.
Karena tak ingin ribet dalam memasak sekaligus membuang terlalu banyak tenaga, Yoongi memutuskan untuk mengonsumsi roti saja. Tanpa ia sadari, Jimin sudah berada dibelakangnya, mengikuti langkah kakinya lebih tepatnya.
"Hyung..?"
"Hmm?"
"Aku mau..."
"Buat sendiri." jawab Yoongi sembari mengoleskan selai coklat ke roti.
"....."
Karena tak mendapat respon dari Jimin, Yoongi segera menoleh dan mendapati Jimin tengah menatapnya dengan tatapan memelas.
Karena tatapan tersebut, hati Yoongi tergerak untuk membuatkan juga untuk Jimin. Hatinya mampu luluh dengan mudah hanya karena tatapan tersebut.
"Ini.." ujar Yoongi sembari menyerahkan roti yang sudah ia olesi selai tadi pada Jimin.
"Terimakasih, hyung." Jimin menerimanya dengan senang kemudian berjalan menuju meja makan.
Yoongi hanya mengangguk sebagai jawaban, ia segera mengoleskan coklat pada roti lagi, kali ini ia membuatnya benar-benar untuk dirinya sendiri.
Melihat Jimin yang tengah asik memakan roti miliknya, Yoongi teringat jika biasanya setiap pagi Jimin selalu minum susu penambah tinggi badan.
Dengan inisiatif sendiri, Yoongi segera membuatkan susu untuk Jimin. Setelah jadi, ia segera berjalan menghampiri Jimin dengan tangan kanan membawa segelas susu, dan tangan kiri dengan piring berisi roti selai coklat buatannya.
"Ini untukmu, agar kau tambah tinggi." ujar Yoongi yang kini menyodorkan segelas susu tadi kepada Jimin.
''Aey? Serius, hyung?"
"Aish! Cepat minumlah."
Setelah mereka selesai sarapan, mereka segera beranjak dari dapur.
Yoongi berniat ingin mandi, karena tubuhnya terasa sangat lengket. Sedangkan Jimin, masih saja membuntuti Yoongi seperti seekor puppy.
"Hei? Kenapa kau terus mengikutiku? Aku ingin mandi."
"Begitukah? Maaf, hyung. Kupikir kau akan pergi jalan-jalan." ujar Jimin dengan polos.
Yoongi tersenyum, menunjukkan gummy smile miliknya lantas mengusak rambut Jimin dengan gemas. "Jadi kau ingin jalan-jalan?" tanya Yoongi dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.
Kontan saja Jimin langsung mengangguk dengan antusias, namun senyumnya seketika luntur tatkala mendengar jawaban dari Yoongi.
"Yasudah berangkat sana."
Setelahnya Yoongi langsung menutup pintu kamar mandi, dengan Jimin yang masih terpaku ditempat berdiri.
***
Yang Yoonkook sama Yoonmin shipper, mana suaranya?:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Life
FanfictionAttention! Cerita ini hanyalah cerita ringan yang cocok dibaca disaat waktu luang, cerita ini bukanlah cerita bersambung yang memiliki konflik yang berat. Cerita ini ditulis untuk menghibur para pembaca, thanks buat yang udah mampir. ______________...