beda

359 41 3
                                    

Akibat rasa lapar berlebihan pada dirinya, Jimin melahap sarapan miliknya dengan lahap, namun baru beberapa detik makanan bertemu sapa dengan lidahnya, Jimin langsung memuntahkan kembali sarapan yang baru saja ia kunyah.

Wajah gembul Jimin langsung berubah menjadi aneh, saking buruknya rasa makanan yang tersaji dihadapannya. Padahal ia yakin jika yang memasaknya barusan adalah Seokjin, bukan Namjoon dan Taehyung, tapi mengapa rasa masakan Seokjin terasa amat buruk saat ini?

Nafsu makan Jimin lenyap, tergantikan dengan rasa penasaran sekaligus heran dengan hal yang tengah terjadi.

Mata Jimin tertuju sepenuhnya pada bahu lebar Seokjin yang kini tengah mencuci sayuran di wastafel, mau bagaimanapun Jimin harus bertanya alasan masakan Seokjin yang kini berubah berantakan.

Kaki mungil itu melangkah mendekat kearah Seokjin, ia langsung menepuk pundak Seokjin untuk mendapat atensi darinya.

''Hyung..."

Seokjin hanya bergumam sebagai jawaban.

''Apa kau baik-baik saja?"

"Menurutmu?" Seokjin membalik badannya menghadap Jimin, mata orang mungil dihadapannya agak terbelalak entah karena alasan apa.

"Hyung, kau sedang tidak baik-baik saja."

Seokjin mengendikkan bahu dengan acuh, mengabaikan Keberadaan jimin kemudian memilih memotong buah apel menggunakan pisau daging.

Jimin tercengang melihat kejadian dihadapannya. "Hyung, kau butuh istirahat sekarang juga."

Baiklah, keadaan semakin aneh saja. Setahu Jimin, Seokjin selalu menggunakan pisau sesuai dengan kegunaannya, namun hari ini Seokjin malah memotong buah menggunakan pisau daging. Dan lagi, Jimin tercengang melihat Seokjin yang menggunakan celemek berwarna hitam, bukannya celemek pink kesayangan miliknya. Sebenarnya apa yang tengah terjadi disini?

Jimin bergegas pergi, mencari Hoseok untuk diintrogasi.

Bukannya Hoseok, Jimin justru mendapati Namjoon yang kini tengah sibuk menanam sederet bunga hias di halaman belakang, Jimin tertarik untuk melihatnya sebentar.

"Wah, tumben rajin hyung."

"Maksudmu apa, huh? Kalau memang tidak mau membantu, lebih baik kau pergi."

"Eh? Bukan begitu hyung, hanya saja hati-hati ya, biasanya kau kan–"

"Pergi atau ku pukul kepalamu menggunakan cangkul."

Bukan hanya Seokjin, ternyata Namjoon juga sama, kini ia bertingkah seperti Yoongi, apakah ada kemungkinan jiwa mereka tertukar? Entahlah, yang jelas Jimin harus menemukan Hoseok sekarang juga.

"Hoseok hyung... Kau dimana?"

"Dia tidak disini, ih!"

Jimin menolehkan kepalanya, dan kini ia menemukan pemandangan mencengangkan.

"Astaga, hyung! Apa yang terjadi padamu?!"

"Apaan sih? Aku tengah memanjakan diri, aku mengajak Taehyung tadi, tapi ia menolak ajakan ku, dasar adik berhati es, cuek, dan tidak mengerti perasaan hyung nya sendiri!"

Mata sipit Jimin membola, bahkan mulutnya sampai menganga melihat Yoongi yang kini asyik memainkan playstation sendirian. Pancaran mata Yoongi juga lebih bergairah saat ini, tidak berkabut dan dingin seperti biasanya.

Bahkan Yoongi mengomel sendiri akibat ajakan main bersamanya ditolak oleh Taehyung. Aneh, padahal biasanya Taehyung yang bersemangat mengajak Yoongi untuk bermain bersama, namun dihadiahi dengan tolakan sekaligus lemparan benda random yang berada didekat Yoongi.

Bangtan LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang