morning

332 37 14
                                    

"Jungkookie, cepat turun! Sarapan sudah siap!"

Hah, seruan itu lagi, seruan rutin yang selalu kudengar di pagi hari, selalu saja bertepatan saat aku tengah memasukkan buku pelajaran milikku ke dalam tas, rasa-rasanya rutinitas pagi ku tak pernah terlewatkan tanpa seruan nyaring dari Seokjin hyung.

Baiklah, penampilan ku sudah rapi, seluruh buku pelajaran untuk hari ini sudah kumasukkan ke dalam tas.

Merasa sudah siap seluruhnya, aku memilih menyampirkan tas berwarna hijau army milikku di bahu kanan, merapikan rambut sebentar sebelum akhirnya bergegas melangkahkan kaki menuju lantai bawah.

Sampai diujung tangga, kubelokkan langkah menuju dapur, sudah ada keenam hyung ku yang menunggu disana.

Seokjin hyung sedang mematikan kompor, Yoongi hyung mengutak-atik ponselnya, Hoseok hyung tengah bercengkrama dengan Taehyung dan juga Jimin, sedangkan Namjoon hyung sibuk mengelap tumpahan susu diatas meja.

Baru saja tiba, Taehyung sudah menatap kehadiranku dengan antusias, kini ia menepuk-nepuk kursi kosong tepat disebelahnya, tempat yang biasanya kududuki saat waktu makan tiba.

"Cepat kemari anak kelinciku."

Dengan segera aku duduk disana, mendapati cubitan sekilas di pipi dari Taehyung, kemudian memandangi menu sarapan hari ini. Seokjin hyung memasak roti panggang dengan jelly, baru melihatnya saja perutku sudah bergemuruh minta diisi.

"Kau benar-benar lapar rupanya."

Hoseok hyung terkekeh, nampaknya ia mendengar perutku berbunyi barusan, kini dapat kurasakan kedua telingaku memanas. Ah, malu rasanya, meskipun kami sudah tinggal bersama dalam waktu yang lama, tetap saja aku masih merasa malu dengan hal sepele semacam ini.

"Padahal kau mencomot jatah makan malam ku semalam." Jimin mengucapkannya dengan bibir mengerucut. "Apa masih kurang?"

"Jungkook sedang dalam masa pertumbuhan, tau!" Taehyung menyergah sindiran Jimin barusan, aku hanya menyimak dengan pandangan lurus menatap raut wajah Jimin yang kini berubah masam.

"Aku juga sedang dalam masa pertumbuhan, lihat akibatnya? Tinggi badanku tak kunjung bertambah karena jatah makan ku direbut Jungkook terus-terusan."

"Biasanya kau sendiri yang menawari Jungkook." Hoseok hyung menyela, kini ia mulai ikut campur dengan percakapan kami.

Bukannya diam, Jimin kini semakin bersungut-sungut, entah apa yang terjadi padanya, namun hari ini ia nampak amat kesal.

"Jungkook menghipnotis ku, jadi aku terkecoh memberinya jatah makan ku sebagian." kini pandangannya tertuju padaku. "Tunjukkan jimat mu itu, Jeon."

"Jimat?"

Keenam hyung ku memandang ku dengan bertanya-tanya, sedangkan aku hanya mampu memandangi mereka dengan bingung.

Jimat? Jimat macam apa? Aku bahkan tak paham dengan segala ucapan Jimin barusan.

Seokjin hyung berjalan mendekat. "Kau punya jimat, Kuk?"

"Darimana kau mendapat benda magis semacam itu?" kini Yoongi hyung giliran bertanya.

"Kalian percaya benda tahayul?" Namjoon hyung bertanya dengan acuh.

"Aku tak punya jimat." jawabku.

Jimin tak terima, kini tangannya tergerak untuk merogoh saku seragam ku. Mendapat perlakuan semacam itu, aku langsung berusaha melindungi tubuhku, tak nyaman rasanya mendapat perlakuan semacam itu tanpa seizinku.

Tangan mungil Jimin kini berhasil mengambil sesuatu dari saku seragam ku, samar-samar kulihat sesuatu berwarna emas kini berada di tangannya. Entah benda apa itu, semacam koin emas atau sebagainya.

Bangtan LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang