spiritual

323 38 4
                                    

“Aku bersumpah, hyung! Nenek itu berusaha memanjat ke jendela kamarku sejak tiga hari yang lalu.”

“Kau hanya kurang tidur, Kuk. Sudah jangan mengganggu ku.”

Jungkook menggembungkan pipi nya dengan kesal, merasa diabaikan begitu saja oleh Namjoon yang sedari tadi berusaha menjahit kaos miliknya yang tak sengaja tersangkut di pegangan pintu tadi pagi. Andai saja Seokjin tidak pergi ke luar kota, mungkin saat ini Jungkook bisa mengusut tuntas segala kejadian ganjil yang ia alami belakangan ini.

Mulai dari suara ketukan di jendela kamarnya yang jelas-jelas berada di lantai dua, suara orang yang berlarian di halaman depan saat tengah malam, bahkan terdengar sayup-sayup sosok wanita yang merintih kesakitan di dekatnya.

Jujur saja, Jungkook dibuat ketakutan karenanya. Ia benar-benar kesulitan tidur hingga seringkali ia tertidur saat jam pelajaran berlangsung dan berakhir lah ia dihukum untuk membersihkan toilet sekolah yang tentu saja sangat menjijikkan untuk dikunjungi.

“Hyung, apa kau tak memiliki kenalan seorang paranormal? Aku sedikit khawatir jika aku sampai kerasukan nantinya.” Jungkook tak mau menyerah, ia kembali merengek mengganggu konsentrasi Namjoon dalam menjahit.

Menghela nafas sejenak, Namjoon menatap bocah disampingnya dengan malas. “Kau bermain game horror, ya?”

Jungkook berkedip polos lantas tertawa garing, Namjoon ini bisa membaca pikiran, ya? Atau jangan-jangan ia memasang kamera tersembunyi di kamar Jungkook sehingga bisa mengetahui segala kegiatan yang ia lakukan? Baru memikirkannya saja Jungkook sudah bergidik ngeri.

“Huh, sudah tau penakut kenapa masih nekad bermain, sih?”

“Tapi aku tidak berbohong, hyung. Ada sesuatu yang tidak wajar.”

“Yang kau sebut tidak wajar hanyalah imajinasi mu yang mulai kurang ajar.” Namjoon langsung beranjak pergi, meninggalkan Jungkook yang hanya bisa terdiam seorang diri.

Mata bulat itu melirik kearah jam dinding, sekarang sudah pukul sebelas malam, semua penghuni sudah tertidur lelap. Terkecuali Seokjin yang sedang berada di luar kota, dan juga dua sahabat karibnya yang pergi menginap di rumah teman sekelasnya yang tengah mengadakan pesta kemenangan lomba balap marmot se-kabupaten.

Dengan ragu, kini Jungkook melangkahkan kakinya menuju lantai atas, menuju kamarnya lebih tepatnya. Ia berharap banyak jika malam ini ia bisa tidur dengan nyenyak, semoga saja ucapan Namjoon benar, bahwasanya Jungkook hanya berhalusinasi semata.

Sampai di kamarnya, Jungkook langsung menjatuhkan diri diatas ranjang, memeluk guling dengan erat dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.  “Aku anak baik, maka hal buruk akan menjauh dariku.” Gumam Jungkook dengan yakin.

Tak berselang lama setelah mengatakan hal barusan, terdengar suara gemerisik dedaunan yang bergesekan dengan sesuatu, yang pasti suara itu terdengar seperti suara langkah kaki yang tersamarkan oleh tumpukan daun kering yang sudah jatuh di tanah. Jungkook menelan ludah susah payah, gangguan itu datang lebih awal malam ini.

Berusaha mengabaikan hal tersebut, Jungkook memejamkan mata erat-erat, mengendalikan dirinya sendiri agar tidak ketakutan karena hal tersebut.

Tok… tok…tok….

Ketukan di jendela! Baiklah, Jungkook mulai panik, ia langsung bangkit dari tidurnya dan berlari menuju lantai bawah tanpa menoleh sedikitpun ke arah jendela, dengan tergesa ia segera masuk ke salah satu kamar yang pintunya terbuka sedikit. Setelah masuk ke dalamnya, ia langsung menutup pintu dengan rapat.

Nafasnya naik turun saking takutnya ia sekarang, namun setelah melihat keberadaan Yoongi yang tengah sibuk di meja kerjanya, ia langsung bernafas dengan lega. “Maaf masuk kamar mu tanpa izin, hyung.”

Bangtan LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang