Terlambat

201 27 7
                                        

Jungkook melenguh kesal tatkala seseorang terus-terusan memaksanya untuk bangun dari tidurnya, jam masih menunjuk pukul enam lebih sepuluh menit, namun seseorang yang kini tengah membangunkannya tersebut bertingkah seolah Jungkook kini sudah terlambat untuk ke sekolah. Menyebalkan.

"Lima menit lagi.."

Taehyung yang sedaritadi berusaha membangunkannya tentu saja langsung berdecak kesal. "Kau juga bilang begitu lima menit yang lalu, aku capek naik turun tangga, tau?"

Pintu yang kembali ditutup dan juga suara langkah kaki yang semakin menjauh, menandakan jika Taehyung sudah pergi dari dalam kamar Jungkook sekarang, sang pemilik kamar tentu saja langsung tersenyum puas karena dapat kembali melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu, ayolah ia terlalu mengantuk akibat semalam begadang bermain game bersama beberapa teman online nya. Sepertinya tambahan jam tidur lima belas menit bukanlah sebuah masalah, bukan?

Cahaya matahari yang kini menyusup diantara gorden jendela mulai mengusik tidur remaja tersebut, karena sudah kehabisan mood untuk tidur, remaja tersebut memilih mengucek matanya kemudian mengerjapkan matanya beberapa kali. Nyawa nya masih belum sepenuhnya terkumpul sekarang.

"Hoamm, orang mana yang semangat bersekolah di hari Senin begini?'' Jungkook menggerutu masih dengan mata yang terbuka sedikit.

Melirik jam dinding, Jungkook langsung bangkit dari ranjang nya, matanya sudah sepenuhnya terbuka sekarang, jam menunjuk pukul tujuh pagi, lima belas menit lagi gerbang sekolah ditutup. Gawat, Jungkook bisa terlambat lagi kalau tidak cepat bersiap.

Berlari menuju lantai bawah, Jungkook menatap nanar kearah meja makan yang kini sudah dalam keadaan kosong, biasanya seluruh penghuni apartemen berkumpul disana guna menikmati sarapan bersama, namun kini sudah dalam keadaan kosong melompong. Pertanda bahwa semua penghuni apartemen sudah tidak ada lagi disana.

Mata remaja tersebut menyipit mendapati semangkuk sereal yang masih dalam keadaan utuh, jangan lupakan sekotak susu pisang favorit nya yang masih rapi diatas meja, gawat habis sudah nasibnya sekarang.

Menyikat gigi dan mencuci wajahnya dengan kilat, Jungkook langsung berlari kembali menuju lantai atas dimana kamarnya berada. Seragam miliknya masih kusut karena belum di setrika, tentu saja ia kembali dilanda rasa panik karena nya. Tak ingin mengulur waktu lebih lama lagi, ia langsung mengenakannya begitu saja.

Menatap penampilannya di pantulan cermin, ia merapikan rambutnya dengan asal, tak sedikitpun menyisirnya. Jantungnya sudah berdegup tak karuan sekarang, bahkan matanya mulai berair saking paniknya ia sekarang.

Seharusnya ia langsung bangun tadi, ia mulai menyesali perbuatannya tersebut. Meski sering terlambat, biasanya penghuni lain masih sudi menunggunya. Namun sekarang? Ia benar-benar ditinggalkan seorang diri seolah dilupakan dan dicampakkan. Sesak rasanya.

Menatap penampilannya yang tak karuan, Jungkook langsung mengambil tas miliknya tanpa mengecek kembali barang bawaannya. Entah sudah benar atau belum buku yang ia bawa, ia tak peduli sedikitpun. Yang ada di benak nya sekarang, ia harus sampai sekolah tepat waktu.

Ia tak ingin terlambat sehingga harus mendapat hukuman berupa membersihkan toilet atau mungkin mencabuti rumput liar seorang diri, karena biasanya ia dihukum bertiga dengan Jimin dan juga Taehyung yang ikutan terlambat akibat harus menunggunya yang selalu saja telat bangun. Hati kecil Jungkook langsung merasa bersalah karenanya.

Berlari kembali menuju lantai bawah, Jungkook meraih semangkok sereal tadi dan melahapnya dengan tergesa, terlebih lagi saat menyadari jam sudah menunjuk pukul tujuh lewat sepuluh menit.

Lima menit, lima menit lagi gerbang sekolah ditutup, Jungkook langsung pasrah menerima takdir, mustahil ia bisa sampai di sekolah dalam lima menit. Terlebih lagi jika harus dengan berlari, mungkin membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit agar tiba di sekolah. Bus sekolah pun sudah lewat sejak tadi, Jungkook sudah mengacaukan segalanya.

Ia masih berada di meja makan dengan mata menatap nanar kearah jam dinding, andai saja ia bisa mengatur waktu dengan baik, mungkin semua ini tidak terjadi. Sudah banyak pelanggaran yang ia lakukan, apalagi kalau bukan terlambat masuk sekolah? Saking seringnya ia terlambat, ia pernah mendapat surat peringatan dari sekolah, ia ingat betul bagaimana murka nya Seokjin yang terus-terusan mengomel kepadanya seharian penuh.

Telinga Jungkook terasa terbakar kala itu.

Bahu remaja tersebut mulai bergetar, ia mulai menangis sekarang, sudah pasrah tak masuk sekolah karena sudah sepenuhnya terlambat. Bisa apa ia tanpa bantuan keeenam hyung nya? Bahkan saking bandel nya dirinya, ia sekarang sudah sepenuhnya diabaikan oleh mereka.

Apakah ia akan mendapat hukuman berupa skorsing nantinya? Peringatan pertama dari sekolah saja sudah cukup mendebarkan untuknya, bagaimana kalau sampai mendapat skorsing? Habis sudah ia diomeli oleh Seokjin nantinya.

Jungkook menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya, ia menangis sesenggukan, semua ini sepenuhnya salahnya. Nama baik Seokjin dipertaruhkan sekarang, dan juga bagaimana caranya ia menghadapi ayah dan ibunya nantinya? Pemikiran buruk berseliweran di dalam benak nya.

Jungkook benar-benar... Takut..

Sebuah tangan menepuk bahu nya, Jungkook langsung menatap kearah orang di belakangnya. Jungkook semakin sesenggukan mendapati Seokjin menatap aneh kearahnya.

Ia langsung menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria tersebut, mengucapkan beberapa kata berupa maaf dan menyesal. Membuat Seokjin semakin dibuat kebingungan karenanya.

"Kau ini kenapa? Sakit?"

"Maaf hyung.. Aku berjanji lebih bangun awal, berhenti begadang main game.."

Hoseok yang se dari tadi hanya memperhatikan di ambang pintu belakang langsung berjalan mendekat, mengelus pucuk kepala dongsaeng nya tersebut, berusaha menenangkan nya. "Kau mimpi buruk ya tadi? Kenapa sampai menangis begini?"

Jungkook sempat kaget mendapati Hoseok masih berada di apartemen, apa pria tersebut tidak mengikuti kelas hari ini? Namun Jungkook tak berpikir jauh, ia memegang tangan Hoseok dengan wajah sembab. ''Aku terlambat masuk sekolah, hyung... Sepertinya aku akan kena skorsing..."

Seokjin dan Hoseok saling tatap, sebelum akhirnya suara gelak tawa pecah, bukan hanya tawa Seokjin dan Hoseok, melainkan suara tawa dari seluruh hyung nya terdengar nyaring di seluruh penjuru apartemen sekarang. Ada apa gerangan?

"Kau mau sekolah dimana, Kuk? Ini 'kan hari Minggu?" Taehyung tertawa puas, terlebih lagi melihat wajah sembab Jungkook yang kini terlihat kebingungan.

"Kau lupa? Hari ini kita sepakat piknik di halaman belakang, kami sudah bersiap sejak subuh tadi. Lihat? Yoongi hyung bahkan masih kesulitan memasang tenda sejak tadi."

Yoongi yang se dari tadi tak berkomentar langsung mendelik ganas kearah Namjoon yang baru saja membicarakan nya.

Jimin mengeluarkan ponsel miliknya. "Penampilanmu jelek sekali, Kuk. Aku foto sebagai kenang-kenangan, ya?"

Sebuah flash ponsel yang menyala langsung membuat Jungkook reflek menutupi wajahnya, memalukan sekali, sudah penampilan nya acak-acakan, wajah sembab karena menangis, di tertawakan seluruh hyung nya, bahkan kini di foto tanpa izin pula. Jungkook ingin menghilang sekarang juga saking malunya.

"Masih muda sudah lupa hari, kau ini bagaimana sih, Kuk? Masih hari Minggu sudah semangat saja untuk ke sekolah." sindir Jimin sembari membuka sebuah botol jus jeruk. "Kangen ibu kantin, ya?"

Wajah Jungkook semakin memerah, ia langsung berlari kembali ke kamarnya, menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut guna menenggelamkan rasa malu yang teramat sangat dalam dirinya.

Hari itu hanya Jungkook seorang yang tak ikut serta dalam piknik, meski sudah dibujuk berkali-kali oleh hyung nya, ia tetap menolak ajakan tersebut.

Mungkin rasa malu yang ia alami sekarang tidak akan hilang dalam waktu dekat, Jungkook membutuhkan banyak waktu untuk menenangkan diri sekarang.

"Sebenarnya aku ini kenapa, sih??" ucapnya sembari jingkrak-jingkrak tak karuan di atas kasur.








***



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bangtan LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang