Tatapan dingin itu terus terpatri di wajah lelaki berkulit pucat tersebut, dengan wajah datar miliknya ia berjalan masuk ke dalam apartemen dengan santai.
Disinilah ia, berada di tempat baru sekaligus tempat yang akan menjadi saksi bisu perjuangan seorang Min Yoongi nantinya.
Tempatnya untuk memulai hidup baru dimana ia tinggal di perantauan jauh dari sanak saudara. Kepergiannya pun ia lakukan dengan banyak pengorbanan, termasuk tanpa restu dari orang tua.
Jauh di lubuk hatinya, perasaan Yoongi dibuat kacau karenanya.
Apartemen yang lumayan luas dan juga berlokasi tidak terlalu jauh dengan lokasi tempat kerja barunya ini amatlah lebih dari cukup bagi Yoongi, terlebih lagi fasilitas dan harga yang ditawarkan amatlah bersahabat.
Hanya saja ada sebuah hal yang membuat Yoongi agak berat hati, hal tersebut dikarenakan ia harus berbagi tempat tinggal dengan enam penghuni asing lainya sekaligus.
Yoongi menatap keadaan disekitarnya tanpa minat, enam orang asing disekitarnya amatlah mengganggu baginya, terlebih lagi laki-laki dengan senyum kotak itu, dari awal mula melihat saja dapat ia simpulkan jika laki-laki tersebut akan masuk dalam jajaran sosok pengganggu ketenangan Yoongi nantinya.
Mengabaikan segala rasa canggung di sekitarnya, Yoongi memilih melesat masuk ke dalam salah satu kamar dengan asal. Tak sedikitpun berniat ikut bernegosiasi dalam pembagian kamar dengan penghuni lain. Lagipula ia juga membayar sewa disini, jadi dia berhak untuk memilih kamar sesuai dengan keinginannya sendiri.
Ia malas ber-sosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya, terlalu merepotkan dan menghabiskan tenaga, toh ia bisa mengerjakan semuanya sendiri tanpa bantuan orang-orang asing di sekitarnya.
Yoongi membanting tubuhnya di salah satu ranjang yang ada, tak peduli ranjang tempatnya terlentang saat ini kotor atau tidak, yang terpenting ia bisa memejamkan matanya walau hanya sesaat.
Menghela nafasnya sebentar, Yoongi mulai memejamkan mata dan berangsur bernafas teratur, pertanda jika ia mulai terlelap dengan mudahnya.
Beberapa menit berlalu dengan tenang, meskipun sebenarnya ia agak terusik dengan suara gusrak-gusruk dari penghuni lain yang kini tengah meringkasi barang bawaan mereka.
"Haruskah aku tidur di kamar ini? Ah, kamar ini terlalu polos."
Orang yang tengah bermonolog itu mengusik ketenangan Yoongi, ia berusaha untuk mengabaikannya dan kembali terlelap. Yoongi terlampau lelah baik fisik maupun batin, ingin istirahat barang sebentar, namun ada saja gangguan yang datang menghampiri dirinya.
Tanpa Yoongi sadari, salah satu penghuni apartemen bernama Kim Seokjin itu membelalakkan matanya tatkala menyadari keberadaan Yoongi yang tengah terlelap di salah satu ranjang kosong yang telah disediakan.
"Astaga, kupikir ada mayat tergeletak disana tadi."
Dengan langkah perlahan, Seokjin beringsut mendekati tubuh Yoongi, namun sebelum Seokjin mampu mengintip wajah orang dihadapannya, orang yang dimaksud justru bangkit dari tidurnya. Membuat Seokjin kaget sekaligus salah tingkah akibat kedapatan berusaha mengintip wajah Yoongi tanpa izin.
Mengelus tengkuknya yang tak gatal, Seokjin tertawa garing. Ia merinding tatkala mendapat tatapan tak bersahabat dari orang albino dihadapannya.
"Maaf, a-aku hanya ingin memastikan jika kau manusia tadi."
Yoongi tak merespon, ia berdecak dan memilih untuk mengambil koper miliknya kemudian mengeluarkan semua isinya, ia melakukannya guna menghindari rasa canggung sekaligus berusaha mengabaikan eksistensi Seokjin yang kini menatap penasaran ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Life
Fiksi PenggemarAttention! Cerita ini hanyalah cerita ringan yang cocok dibaca disaat waktu luang, cerita ini bukanlah cerita bersambung yang memiliki konflik yang berat. Cerita ini ditulis untuk menghibur para pembaca, thanks buat yang udah mampir. ______________...