61 : Saksi Bisu

706 57 9
                                    

Vote dulu ✅
Baru baca ✅

Selamat membaca cerita Raja dan Kaisar 👑✨💗

Raganya mungkin masih di sini, tapi jiwanya sudah pergi entah kemana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raganya mungkin masih di sini, tapi jiwanya sudah pergi entah kemana. Sedari tadi yang ia lakukan hanya duduk diam sambil menatap lurus ke depan. Tak beralih sedikit pun walau suara notifikasi terus bersahut-sahutan.

Gadis itu menarik napas dalam-dalam, menahannya sejemang lalu mengembuskan secara kasar.

Sial. Ada sesuatu yang mengganggunya.

Saat pukul dua dini hari, Acasha terjaga sebab terusik oleh suara telepon yang berisik. Saat Acasha mengangkat telepon dari nomor tidak dikenal itu, ia langsung disambut oleh suara napas tak beraturan diiringi suara pisau yang sedang diasah. Tak berhenti sampai di situ, tiba-tiba Acasha mendengar orang di balik telepon menangis, lalu tak lama tertawa histeris.

Jelas saja Acasha takut. Langsung ia putuskan sepihak telepon itu kemudian menenangkan diri di balkon. Seolah tidak diizinkan tenang, Acasha dibuat makin ketakutan ketika ponselnya berbunyi menandakan ada pesan masuk.

Orang tersebut mengirimkan sebuah video yang berhasil membuat isi perut Acasha rasanya mau keluar. Di video tersebut, seseorang mengenakan topeng hitam dengan ruangan minim cahaya sedang memutilasi seekor tikus hidup-hidup. Lalu darah dari tikus itu digunakan untuk menulis sesuatu di atas meja kaca.

Still wanna live, Acasha?

Itulah kalimat yang ia tuliskan di sana. Ketakutan Acasha semakin tersulut begitu dua pesan lainnya masuk menyusul.

+6283176432609: Don't try to take mine, Acasha.

+6283176432609: Or I'll kill you.

Tubuh Acasha bergetar hebat. Segera ia meringkuk di dalam kasur, berusaha menyembunyikan diri.

"Gue harus tenang," gumamnya risau. "Ada ya orang iseng kek begitu."

Sejurus kemudian, Acasha meringis pelan. Sekeras apapun ia berusaha menghibur diri, namun rasa was-was ini tak kunjung hilang.

Yang benar saja!

Emang ada orang iseng yang nekat memutilasi tikus dan diambil darahnya hanya untuk menulis sebuah pesan? Jelas bukan pesan biasa. Itu adalah ancaman! Acasha sedang diteror!

"G-gue takut," monolog Acasha pelan. Rohnya nyaris terbang saat ponselnya tiba-tiba berbunyi. Acasha jadi menyesal karena menyetel audio telepon menggunakan suara Jihan.

Acasha meraba-raba sisi kasur mencari keberadaan benda persegi panjang itu. Setelah ketemu, ia melihat nomor yang tertera di layar.

"29? Penggemar rahasia?" Dahi Acasha berkerut. Lantas menegakkan punggung dan bersandar pada kepala kasur. "Ini beneran dia nelpon gue?"

Raja dan KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang