20 : Kekesalan Acasha

588 38 3
                                    

Anyongg yorobuuunnn💗✨

Apa kabar? Sehat? Pokoknya harus sehat tidak boleh sakit-sakitan!

Seperti biasa. Sebelum baca, vote dulu~!!

Oke, happy membaca💗💗

20 : Kekesalan Acasha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

20 : Kekesalan Acasha

"Baik-baik selama gue gak ada. Jangan banyak mau, apa lagi sampe minta bubble tea malam-malam."

Acasha memejamkan mata mendengar wejangan Raja. Sudah lima belas menit pemuda itu berceloteh. Tak membiarkan Acasha bertindak bodoh selagi ia pergi ke Bandung.

"Lo dengar 'kan, Sha?" Raja bertanya, memicingkan mata menatap Acasha curiga. Pasalnya gadis itu tampak ogah-ogahan mendengar apa yang ia katakan sedari tadi. Gadis itu benar-benar definisi masuk kuping kiri, keluar kuping kanan.

"Iya, gue dengar," jawabnya malas.

"Bagus. Ingat, belajar yang be--"

"Belajar yang benar, bentar lagi mau UAS," sela Acasha jengah. Raja tersenyum puas lalu membentangkan kedua tangannya.

"Peluk gue sini. Pasti bakal kangen."

Acasha langsung masuk ke dalam pelukan Raja. Memeluknya erat seakan tak membiarkan pemuda tengil itu pergi.

"Lo jangan nakal, ya, Ja. Ke sana cuma buat lomba aja! Awas macam-macam!" cetus Acasha.

Raja tertawa gemas. "Iyaaa. Lagian, tiga hari gak lama kok. Kalo lo berangkat sekolah, kudu diantar Pak Edi atau minta jemput anak kelas. Jangan sendirian pokoknya."

"Gini dong, adem! Biasanya berantem mulu." Bella bersandar pada sisi pintu. Di sebelahnya ada Kaisar yang sedang menatap mereka berdua tanpa ekspresi.

Raja mencuatkan bibir. "Sini dong, Ma. Peluk Raja. Entar kangen lagi."

Bella memeluk sang anak. Mencubit punggung Raja sambil tersenyum horor. "Gak usah lebay. Cuma tiga hari doang jangan so-soan kayak mau LDR-an!"

Meringis, Raja segera melepaskan diri. Beralih menatap sang ayah dengan alis menukik keki. "Pa, Mama kok jahat terus sama Raja? Jangan-jangan Raja bukan anak kalian?" tanya Raja asal.

"Iya, kamu bukan anak Mama. Anak Mama gak jelek kayak kamu," sahut Bella menggebu-gebu.

Raja mencibir pelan. "Terus aja terus nistain Raja."

Hansen menggeleng pelan. Tangannya terangkat, menepuk pundak putra bungsunya seraya tersenyum kecil. "Baik-baik di sana, ya, Dek. Makannya harus teratur, jangan sampe sakit."

"Siap, Pa." Atensi Raja lalu beralih pada Kaisar. "Lo gak mau ngomong sesuatu sama gue gitu, Bang?"

"Gak," jawab Kaisar tanpa pikir panjang.

Raja memasang wajah julid. Sedetik kemudian tersenyum saat Nata mengusap rambutnya. "Harus menang, ya, Ja. Biar Aca termotivasi untuk ikut lomba juga."

Raja dan KaisarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang