P A R T - 01

1.9K 281 272
                                    

"Semua yang kita dapatkan belum tentu sepenuhnya menjadi milik kita. Ingat, Tuhan adalah satu-satunya yang mampu membolak-balikan hati seseorang."

—Angelina Chesa Annora

—Angelina Chesa Annora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

SMA Nusa Bangsa. Salah satu SMA favorit di Jakarta. Ada beberapa faktor yang menyebabkan sekolah ini menjadi banyak incaran dari anak-anak sekitar, salah satunya adalah keadilan. SMA Nusa Bangsa selalu menerapkan prinsip adil untuk semua para muridnya. Tidak peduli jika anak tersebut adalah anak donatur terbesar atau bahkan keluarga dari pemilik sekolah sekalipun.

Angelina Chesa Annora, gadis yang memiliki rambut sebahu dan poni itu sudah siap dengan seragam kebanggaan SMA Nusa Bangsa. Dengan senyuman yang terus mengembang di bibir mungilnya, Chesa meraih tas kesayangannya dan berjalan keluar dari kamar. Tepat saat itu juga seorang laki-laki yang menggunakan seragam yang sama dengan dirinya pun baru saja keluar dari kamar.

"Tumben gak kesiangan," sindir laki-laki itu dan berjalan mendekati Chesa.

Terlihat Chesa yang mengerucutkan bibirnya dan menatap sang Kakak dengan kesal. Namun, laki-laki itu justru terkekeh pelan melihat wajah adiknya yang sangat menggemaskan. Andrew Bryan Geraldo, Anak pertama dari keluarga Geraldo. Keduanya hanya terpaut usia satu tahun. Dengan sifat Bryan yang sangat possesive membuat Chesa yang polos ini selalu menuruti apapun perkataannya.

"Awas nanti bibir kamu bisa lepas," tegur Bryan melihat Chesa yang tetap memasang ekspresi tadi.

Mendengar itu spontan Chesa memegang bibirnya dan menatap Bryan dengan terkejut. "Bibir bisa lepas, ya, Kak?" Chesa meringis pelan membayangkan perkataan Bryan tadi. Bagaimana jika bibir pink miliknya ini lepas? Nanti dirinya tidak bisa berbicara lagi? Dirinya tidak bisa memakan cokelat lagi? Tidak bisa makan permen? Tidak bisa makan gulali? Lolipop? Bagaimana mungkin?

"Hei." Seketika lamunan Chesa buyar karena Bryan yang menepuk bahunya. Dengan terpaksa Bryan tersenyum. Kenapa dirinya bisa lupa jika gadis di hadapannya sekarang adalah sosok gadis dengan tingkat loading yang sangat lama? Seharusnya, Bryan harus lebih berhati-hati lagi dalam berbicara.

"Ayo, sarapan nanti kita terlambat," ajak Bryan menarik tangan adiknya dengan lembut. Keduanya berjalan menuruni tangga, tapi Chesa tetaplah Chesa. Gadis itu terus memikirkan perkataan Bryan tadi.

Seketika langkah Chesa berhenti membuat Bryan menatap gadis itu dengan bingung. "Omongan Kakak tadi bohong, kan?" tanya Chesa memiringkan wajahnya dan menatap wajah sang kakak dengan polos.

"Kalau gak mau apa yang Kakak bilang tadi jadi beneran, Chesa harus turutin semua perkataan Kakak, oke?"

Kesempatan bagus untuk Bryan. Dirinya kembali memanfaatkan otak Chesa yang lemot.  Dan, selang beberapa detik kemudian Chesa menganggukkan kepalanya dengan patuh. "Chesa janji akan turutin semua perkataan Kakak, tapi jangan sampai bibir Chesa lepas beneran, ya, Kak?" pinta Chesa dengan mimik wajah takut. Bukannya apa, dirinya takut tidak akan bisa memakan makanan manis kesukaannya, apalagi jika bukan cokelat.

Selat Gibraltar  [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang