P A R T - 03

799 229 105
                                    

"Harusnya, semesta tidak bertindak sejauh ini untuk merencanakan sebuah pertemuan."

—Angelina Chesa Annora

—Angelina Chesa Annora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Di dalam sebuah kamar bernuansa warna abu-abu dan hitam, terlihat ada seorang gadis yang masih terlelap dalam mimpinya. Padahal, sekarang sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi, tapi tidak ada tanda bahwa gadis itu akan bangun.

Angelina Chesa Annora. Ya, gadis itu adalah Chesa.

Ceklek.

Seorang laki-laki yang menggunakan seragam putih abu-abu baru saja masuk ke dalam kamar dan melihat gadis itu dengan senyum tipis miliknya. Kakinya melangkah ke arah tirai dan membukanya dengan pelan. Cahaya matahari langsung menerawang masuk ke dalam kamar, tepat saat itu juga, mata yang tertutup itu langsung terbuka dengan mata yang menyipit, berusaha untuk menyesuaikan dengan pencahayaan yang begitu menyilaukan.

"Udah pagi. Ayo, bangun," ucapnya menarik kedua sudut bibirnya ke atas hingga membentuk bulat sabit. Sejenak Chesa terpaku dengan senyuman itu. Senyuman yang begitu tulus dan manis. Tanpa sadar, Chesa jatuh dalam pesona laki-laki yang baru saja ia kenal.

Chesa mengucek kedua bola matanya dan kembali menatap laki-laki itu. "Rasha mau berangkat ke sekolah, ya?" tanya Chesa menatap seragam yang digunakan laki-laki itu.

Rasha Abigail Dhananjaya, panggil saja, Rasha. Laki-laki itulah yang menolong Chesa semalam. Awalnya, Rasha sangat kebingungan bagaimana cara menolong gadis berponi itu. Karena Chesa yang tidak mengingat arah jalan pulangnya sekaligus alamat rumahnya membuat Rasha harus berpikir keras. Dengan sangat terpaksa dan tidak ada jalan lain, laki-laki itu nekat membawa gadis yang baru saja ia kenal ke apartemen miliknya.

Rasha menganggukkan kepalanya dan tetap tersenyum. "Lo sekolah di mana? Siapa tahu gue punya kenalan di sekolah lo."

Chesa terdiam beberapa saat. Gadis itu meringis pelan ketika membayangkan bagaimana hebohnya semua yang ada di rumah sekarang. Apalagi, Bryan. Laki-laki itu pasti sudah seperti orang gila karena kehilangan adiknya.

Melihat Chesa yang terdiam dengan wajah yang penuh kebingungan membuat Rasha menghela nafas pelan.

"Chesa," panggil Rasha menyentuh pundak gadis itu.

Chesa menoleh lalu tersenyum menampilkan deretan giginya. "Chesa sekolah di SMA Nusa Bangsa. Di sana ada Kakak Chesa namanya, Bryan."

Jawaban yang dilontarkan oleh Chesa membuat Rasha membulatkan matanya tak percaya. Jadi, gadis dihadapannya sekarang adalah adik kelasnya? Tak bisa dipercaya.

Selat Gibraltar  [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang